Tuesday 1 January 2013

LAPORAN REKAYASA AKUAKULTUR 2


I.   PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Usaha perikanan bukanlah usaha yang hanya sekedar melakukan kegiatan penangkapan ikan-ikan di kolam, tetapi yang prinsip adalah bagaimana menerapkan teknik budidaya yang sesuai di dalam memanfaatkan sumber daya alam yang optimal guna memperoleh hasil yang maksimal. Usaha perikanan air tawar di Indonesia dapat dikembangkan dengan baik, mengingat perairan darat yang kita miliki cukup luas arealnya. Selain itu, perairan darat kita mempunyai persediaan air bersih yang cukup besar sehingga memungkinkan penggantian air secara kontinyu.
Struktur tanah adalah penyusun partikel-partikel tanah primer seperti pasir, debu dan liat membentuk agregat-agregat antara agregat satu dengan yang lain dibatasi bidang alami yang lemah. (Nurhayati. 1986). Menunjukkan kasar halusnya tanah berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat. (Hardjowigeno. 1987)
Faktor-Faktor yang Dipengaruhi Struktur Tanah
·         Porositas, merupakan pori tanah yang diisi udara dan air. Jika letaknya satu dengan yang lain cenderung erat, maka porositasnya rendah, dan sebaliknya. (Harry and Brody. 1982)
·         Pergerakan Air, tanah berstruktur kasar mempunyai pori makro yang menunjukkan ciri lalu lintas udara dan air memudahkan pergerakan air. Sedangkan tanah yang bertekstur halus dan padat mempunyai pori mikro, pergerakan airnya tidak lancar karena gerakannya sangat dibatasi menjadi gerakan kapiler yang lembut. (Harry and Brody. 1982)
·         Konsistensi Tanah, menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh adanya daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Jika struktur tanah terlalu padat maka konsistensinya tinggi. (Hardjowigeno. 1982)
Pengertian debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan dalam system satuan SI adalah meter kubik per detik (m3 / detik). Menurut Asdak (2002), debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume).
Data debit diperlukan untuk menentukan volume aliran atau perubahannya dalam suatu sistem das. Data debit diperoleh dengan cara pengukuran debit langsung dan pengukuran tidak langsung yaitu dengan menggunakan liku kalibrasi. Liku kalibrasi merupakan hubungan grafis antara tinggi muka air dengan debit. Liku kalibrasi deperoleh dengan sejumlah pengukuran yang terencana dan mengkorelasikan 2 variabel yaitu tinggi muka air dan debit yang dilakukan dengan menghubungkan titik-titik pengukuran dengan garis lengkung di atas kertas garis logaritmik. (Sri, 2000)
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam suatu tempat atau yang dapat di tampung dalam sutau tempat tiap satu satuan waktu. Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimanfaatkan dan berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa dan gerakannya beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi. ( Harnalin,2010)
Dalam hidrologi dikemukakan, debit  air  sungai  adalah, tinggi permukaan  air  sungai yang terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt). air) yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu.
Untuk memungkinkan terjadinya aliran air secara gravitasi di dalam badan koalm, harus terdapat perbedaan ketinggian antara sumber air dan dasar kolam atau dasar saluran pembuangan setinggi ketinggian air di dalam kolam (biasanya sekitar 1-1,5 m) oleh karena itu kolam air deras umumnya dibangun di daerah yang mempunyai sungai jeram atau sungai di dataran tinggi.( Barus,2004)

1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum yang dilakukan adalah dapat mengambil sampel tanah pada lokasi dan kedalaman tertentu, dapat mengidentifikasi jenis tanah yang sesuai untuk kolam (secara praktis dilapangan), dapat menganalisa sampel tanah dengan metode tertentu untuk menentukan tekstur tanah (percent pasir, lempung, dan litany), dapat memasang sebuah alat weir pada selokan dengan benar, dapat menghitung volume aliran air yang melewati weir dengan rumus yang telah ditentukan, menghitung debet air dengan menggunakan “Floating method”.
Sedangkan manfaat yang didapatkan selama melakukan praktikum adalah dapat menentukan tekstur tanah yang baik untuk membuat kolam, dapat mengidentifikasi dan menganalisa jenis tanah yang sesuai untuk kolam, mengetahui cara pemasangan alat weir dengan benar serta cara menghitung volume air dan debet airnya yang melewati weir.


















II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Tekstur Tanah
Tanah disusun dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian butir tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti kerikil, koral sampai batu. Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan halus tanah. Bahan halus tanah dibedakan menjadi:
  1. pasir, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm.
  2. debu, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm.
  3. liat, yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm.
Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase kandungan pasir, debu dan liat.
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
  1. apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir.
  2. apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir Berlempung.
  3. apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berpasir.
  4. apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung.
  5. apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berdebu.
  6. apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Debu.
  7. apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berliat.
  8. apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berpasir
  9. terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berdebu.
  10. apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berpasir.
  11. terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berdebu.
  12. apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat.
Pengelompokan tanah terdiri dari : pasir, debu, liat
  1. Pasir (memiliki ciri terasa kasar jika dipegang, berbutir, tidak lengket, tidak bias dibentuk bola atau gulungan dan pengalirkan air (porous/permeable)
  2. Debu/Endapan (terasa tidak kasar, masih terasa berbutir, agak melekat dan dapat dibentuk bola atau tegak
  3. Liat (terasa berat, halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, mudah digulung, jika dibentuk pita panjang mencapai 5 cm atau lebih dan agak sulit menyerapkan air (tidak porous /impermeable))

2.2. Debit Aliran Air
Sungai terbentuk dgn adanya aliran air dari satu atau beberapa sumber air yang berada di ketinggian,umpamanya disebuah puncak bukit atau gunung yg tinggi, dimana air hujan sangat banyak jatuh di daerah itu, kemudian terkumpul dibagian yang cekung, lama kelamaan dikarenakan sudah terlalu penuh, akhirnya mengalir keluar melalui bagian bibir cekungan yang paling mudah tergerus air.
Selanjutnya air itu akan mengalir di atas permukaan tanah yang paling rendah, mungkin mula mula merata, namun karena ada bagian- bagian dipermukaan tanah yg tidak begitu keras,maka mudahlah terkikis, sehingga menjadi alur alur yang tercipta makin hari makin panjang, seiring dengan makin deras dan makin seringnya air mengalir di alur itu, maka semakin panjang dan semakin dalam, alur itu akan berbelok, atau bercabang, apabila air yang mengalir disitu terhalang oleh batu sebesar alur itu, atau batu yang banyak, demikian juga dgn sungai di bawah permukaan tanah, terjadi dari air yang mengalir dari atas, kemudian menemukan bagian-bagan yang dapat di tembus ke bawah permukaan tanah dan mengalir ke arah dataran rendah yg rendah.lama kelamaan sungai itu akan semakin lebar.( Dahril,1998)
Komponen kolam air deras sama dengan kolam air tenang, yakni meliputi pematang/dinding kolam, dasar pintu, pintu air masuk, pintu air keluar, saluran pembuangan, dan saluran pemasukan. Fungsi setiap komponen tersebut sama dengan kolam air tenang. Demikian pula sistem distribusi dan drainase airnya. Mengingat sifat aliran yang relatif deras tersebut maka desain kolam air deras umumnya memanjang seperti saluran , dengan panjang 5-10 mm, lebar 2-4 m dan kedalaman 1-2 m. Dengan sifat aliran demikian maka dinding dan dasar kolam air deras biasanya terbuat dari beton. Kolam air deras bisa juga terbuat dari tanah, tetapi dinding atau pematang dan dasar kolam harus dilapisi plastik untuk mencegaj tergerusnya dinding tersebut oleh aliran air.
Untuk memungkinkan terjadinya aliran air secara gravitasi di dalam badan koalm, harus terdapat perbedaan ketinggian antara sumber air dan dasar kolam atau dasar saluran pembuangan setinggi ketinggian air di dalam kolam (biasanya sekitar 1-1,5 m) oleh karena itu kolam air deras umumnya dibangun di daerah yang mempunyai sungai jeram atau sungai di dataran tinggi. Sungai tersebut umumnya memiliki perbedaan ketinggian muka air yang relatif besar antara titik pada jarak tertentu di dalam badan sungai. Kolam air deras bisa juga dibangun di dekat sungai di dataran rendah sebagai sumber airnya. Untuk menciptakan ketinggian maka sungai tersebut dibendung dengan dam. Aliran air yang deras di kolam air deras bisa juga diciptakan dengan bantuan pompa. Air diangkat dengan menggunakan pompa, kemudian digelontorkan di dalam kolam sehingga tercipta aliran yang relatif deras. Kolam air deras dengan cara demikian tentunya membutuhkan biaya oprasional yang tinggi sehingga harus disesuaikan dengan nilai komoditas yang diusahakan.( Hadiwigeno,1990)
Debit air di kolam air deras sangat tinggi. Aliran ini sangat mudah untuk bersirkulasi ke seluruh bagian kolam. Sudah jelas, aliran ini mampu menciptakan kandungan oksigen sangat tinggi secara kontinyu. Tak mengenal waktu, baik siang, sore, maupun pagi hari. Jarang terlihat ikan-ikan yang kekurangan oksigen.
Debit air yang tinggi pada kolam air deras, selain untuk suplay oksigen, juga untuk membuang habis semua kotoran dalam kolam itu sendiri. Kotoran pada sebuah kolam bisa berupa lumpur, sisa pakan, kotoran ikan, dan kotoran lainnya. Semua kotoran itu dapat menurunkan kualitas air kolam. Pada kualitas air yang rendah, maka proses pernapasan ikan terganggu dan napsu makan ikan menjadi rendah.( Davis,1981)
Weir adalah sebuah obstruksi yang dilalui cairan di dalam sebuah aliran terbuka. Aplikasinya banyak dipakai pada sistem pengolahan limbah, irigasi dan saluran pembuangan limbah. Pengukuran dapat dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran dengan satuan yang umum yaitu gallon per menit (gpm) menjadi gallon per hari. Laju alir sebagai fungsi dari ketinggian head di atas cekung weir dan lebar bukaan (notch).
Secara umum ada tiga bentuk weir notch yaitu segiempat (rectangular), segitiga ( V-notch) dan trapesium (cipoletti). Weir segiempat merupakan salah satu bentuk weir yang sudah lama digunakan karena bentuknya sederhana, konstruksinya mudah dan akurat. Weir segitiga mempunyai jangkauan kapasitas yang lebih besar dan praktis dibandingkan dengan bentuk weir lainya. Weir trapesium merupakan benutuk weir yang cukup banyak digunakan. Aliran fluida proposional dengan lebar dibawah cekungan weir trapesium. (Adriman,2006)
Weir hanya dapat digunakan apabila liquida mengalir dalam channel terbuka, tidak dapat digunakan untuk liquida dalam pipa. Perhitungan pada aliran terbuka lebih rumit dari pada aliran dalam pipa dikarenakan:
·         Bentuk penampang yang tidak teratur (terutama sungai)
·         Sulit menentukan kekasaran (sungai berbatu sedangkan pipa tembaga licin)
·         Kesulitan pengumpulan data di lapangan.





III.  BAHAN DAN METODE


3.1. Waktu dan tempat
            Dilakukannya praktikum pada hari Selasa, 22 November 2012 pada pukul 13.00 – 15.00 wib bertempat di Laboratorium Pengelolaan Kualitas Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru.

3.2. Bahan dan alat
            Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel tanah diambil dengan scope, La Motte Soil Kit yang terdiri dari : 3 buah tube (tabung), rak yang digunakan sebagai tempat menaruh tube, bahan reagent kimia, scope, benda apung, stopwatch, meteran pita, penggaris, water pas tonggak.

3.3. Metode praktikum
            Adapun metode yang digunakan/dilaksanakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan untuk melihat tekstur tanah yang baik untuk kolam serta metode pengamata alat weir yang di lalui air sungai dan pengamati kecepatan benda apung yang diletakkan di alat weir yang terisi air.

3.4. Prosedur praktikum
            Prosedur yang dilakukan pada waktu praktikum adalah :
·         Menentukan tekstur tanah
  1. Ambil sampel tanah pada kedalaman tertentu
  2. Siapkan 2/3 buah tabung Lamotte dan tandai ke tiga tabung pemisah tersebut dengan kode A, B, dan C
  3. Masukkan sampel tanah ke tabung A hingga volume 15 cm3 kemudian tambahkan air air hingga volume menjadi 45 cm3.
  4. Tutup tabung dan kocok selama 3 menit hingga benar – benar homogen.
  5. Buka tutupnya dan taruh tabung dirak selama 30 detik.
  6. Tuang isi tabung A yang tidak mengendap ke tabung B kemudian biarkan tabung B dalam rak selama 30 menit dan taruh/simpan tabung A pada rak. Setelah 30 menit sisa larutan di tabung B tuangkan ke tabung C.
  7. Catat jumlah endapan pada tabung A (pasir) dan B (lempung), sedangkan sisanya di tabung C adalah liatnya. Setelah itu hitung persentase pasir, lempung, dan liatnya.
·         Mengukur debet aliran air
1.      Metoda weir
Ø  Pasang papan weir menghadang aliran air, usahakan agar tidak ada air yang mengalir melalui samping-samping dan bagian bawah weir. Dengan kata lain, air hanya lewat melalui celah weir.
Ø  Tancapkan tonggak di bagian hulu weir kira-kira sejauh 4 kali tinggi air di celah weir
Ø  Dengan bantuan water pass,tancapkan tonggak selevel dengan dasar celah weir.
Ø  Biarkan air mengalir hingga nampak konstan, kemudian ukur tinggi air mulai dari ujung tonggak hingga permukaan air dengan penggaris.
Ø  Catat datanya dan hitung debit air dengan rumus sebagi berikut:
ü  Celah persegi: Q = 3,33( l – 0,2 t)t ³/²
ü  Trapesium: Q = 3,367l.t³/²
ü  Segitiga (bersudut 90°): Q= 2,5t 5/²
Dimana:
Q= debit air dalam cubic feet/ second atau cm³/detik
L= panjang celah weir dalam feet atau cm
H= tinggi air dalam feet (cm) dihitung mulai dari atas tonggak yang selevel dengan dasar celah weir yang dipancang sejarak tidak kurang dari 4x tinggi air, kecuali untuk celah yang di tengah H= tinggi air mulai dari tengah-tengah celah sampai ke permukaan air.
2.      Floating Method
Ø  Pilih tempat aliran air( selokan) yang lurus tanpa penghalang
Ø  Berilah 2 patok dengan jarak tertentu misal 5m
Ø  Hanyutkan benda yang mengapung beberapa cm ke arah hulu dari tonggak yang 1 (A1= tonggak yang lebih dahulu)
Ø  Catat waktunya dengan menggunakan stopwatch mulai saat benda sampai pada tonggak A1 hingga tepat sampai di tonggak A2. Jarak tonggak dibagi waktu yang dibutuhkan benda itu merupakan kecepatan aliran air(m/detik). Karena kecepatan benda terapung di permukaan tidak sama lebih rendah dari kecepatan aliran air,maka untuk kecepatan aliran air sesungguhnya perlu kecepatan benda terapung dikalikan 5/4, sehingga dengan demikian kecepatan aliran air adalah:
V=  Jarak  x 5/4(m/detik)
  Waktu
Ø  Ukur lebar serta tinggi air pada selokan tepat pada pancang A1 dan A2
Ø  Hitung luas penampang melintang selokan di kedua lokasi ( A1 dan A2)
Ø  Hitung debit air dengan formula berikut:
     Q= A1 + A2  x V
                                           2
Dimana:
Q= debit air dalam cm³
A= luas penampang selokan (aliran air) dalam cm²
V= kecepatan aliran air (cm/detik)











IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
            Hasil yang didapatkan selama melakukan praktikum adalah sebagai berikut :
4.1.1. Hasil Menentukan Tekstur Tanah
Volume sampel awal 15 cc = 100 %
Volume endapan di Tabung A 9 cc (Berpasir ), 9/15×100 % = 60 %
Volume endapan di Tabung B 3 cc (Lempung), 3/15×100 % = 20 %
Volume endapan di Tabung C = 15 cc -9 cc -3 cc  = 3 cc
3/15 × 100 = 20 %
4.1.2. Menentukan Debet Aliran Air
Ø  Metoda Weir
ü  Trapesium
h= 4,2 cm dan l= 5 cm
Q= 3,367l.t ³/²
                           = 3,367 x 5cm x 4,2cm³/²
                           = 16,835 x 4,2 cm³/²
                           =16,835 x 8,607
                           = 144,90 cm³/detik
ü  Segitiga
Q= 2,5 t 5/²
                        = 2,5 x 3,5 .5/²
                        = 57,3 cm³/detik
Ø  Floating Method
ü  Kecepatan aliran air
V= Jarak  x 5/4(m/detik)
                                                Waktu
                                 = 1 m/ detik       
                                      2 detik
        = 0,5 m/detik
ü  Debit air
Q= A1 + A2  x V
                                           2
                                 = 1,3 m + 1,3 m  x o,5 m/det
                                                2
                                 = 0,65 cm³/detik.

4.2. Pembahasan
Tekstur tanah yang yang didapatkan adalah volume endapan pasir mengandung 20%, volume endapan lempung 20% sehingga kandungan volume liat yang didapatkan adalah 20%.
Tekstur tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Tekstur tanah yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat memacu dan memperkuat tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik, sehinnga segala sesuatu yang diperlukan karena faktor tanah dapat diperoleh. Tekstur tanah juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mendirikan suatu bangunan, apakah suatu bangunan tersebut dapat berdiri kokoh atau tidak di wilayah tersebut, sehingga perlu adanya suatu analisis untuk menentukan jenis tekstur tanah suatu area atau wilayah tertentu.
Tekstur tanah dapat digolongkan :
1.      Apabila terasa kasar, berarti pasir, pasir geluhan
2.      Apabila terasa agak kasar, berarti geluh pasiran, geluh pasiran halus
3.      Apabila terasa sedang, berari geluh pasiran sangat halus, geluh, geluh debuan
4.      Agak halus, berarti geluh lempungan, geluh lempung pasiran, geluh lempung      
5.      Halus, berari lempung pasiran, lempung debuan, lempung.
Menurut Asmika dkk, Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penanmpang tertentu (sungai/saluran/mata air ) persatuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk ). Pemilihan lokasi debit air mempunyai beberapa syarat antara lain di bagian sungai yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen, aliran tidak melimpah melewati tebing sungai. Debit air yang didapatkan pada metoda weir menggunakan celah segitiga adalah 57,3 cm³/detik sedangkan pada celah trapesium adalah 144,90 cm³/detik. Perhitungan dengan menggunakan metoda floating method adalah 0,65 cm³/detik.
Praktikum yang telah kami lakukan aliran yang terjadi adalah aliran laminar dimana gabus sebahan bahan apung tersebut berjalan lurus tanpa naik turun di permukaan air. Selain faktor besar kecilnya debit aliran juga dapat dipengaruhi oleh basah atau keringnya gabus tersebut. Semakin basah gabus tersebut maka laju aliran akan semakin lambat, hal ini terjadi karena kadar air yang dikandung daun tersebut banyak sehingga akan lebih berat. Sedangkan pada gabus tanpa air laju aliran akan semakin cepat hal ini juga dipengaruhi oleh kandungan air yang terkandung didalamnya.
Selain dua faktor diatas juga dapat dipengaruhi oleh faktor alam antara lain angin yang bertiup yang akan menyebabkan daun tersebut mengalir tidak pada tengah aliran tersebut, faktor lain yang mempengaruhi adalah hujan yang menyebabkan aliran. tersebut dapat berubah dari aliran laminar menjadi turbulen serta dapat membuat gerak menjadi tidak teratur.
Debit air pada aliran terbuka sangat penting dalam pertanian yang biasanya dimanfaatkan untuk irigasi pesawahan, mengerakan turbin pada generator listrik serta dapat dimanfaatkan untuk kegiatan transportasi jika debit air yang dibutuhkan dapat memenuhi standar transportasi. Seperti kita ketahui bersama dihutan Kalimantan yang mempunyai aliran debit air yang besar bahwa bebit aliran ini digunakan masyarakat didekat hulu sungai untuk menghanyutkan batang pohon kayu yang sudah ditebang dihutan sehingga memudahkan masyarakat untuk mengangkut kayu-kayu tersebut.








V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Tekstur tanah yang yang didapatkan adalah volume endapan pasir mengandung 20%, volume endapan lempung 20% sehingga kandungan volume liat yang didapatkan adalah 20%.
Debit air yang didapatkan pada metoda weir menggunakan celah segitiga adalah 57,3 cm³/detik sedangkan pada celah trapesium adalah 144,90 cm³/detik. Perhitungan dengan menggunakan metoda floating method adalah 0,65 cm³/detik.

5.2. Saran
Agar paktikum bisa berjalan dengan lancar, maka ketelitian dan keseriusan dari setiap mahasiswa/I sangat diperlukan dalam menjalankan praktikum ini. Dan selalu meminta petunjuk kepada asisten dosen agar kegiatan praktikum bisa berjalan dengan lancar.







DAFTAR PUSTAKA


Adriman, 2006. Penuntun pratikum ekologi perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Asdak, H. 2002. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta

Barus, T.A, 2004. Faktor-Faktor Lingkungan Abiotik Dan Keanekaragaman Plankton Sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba. Jurnal Manusia Dan Lingkungan, Vol. XI, No.2.

Cahyono, N., 2001. Efek Pengudaraan terhadap Kualitas Air Waduk Tropika. Jurnal Lembaga PenelitianUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta. 3 (1): 1 – 7.

Dahril, T., 1998. Reformasi di Bidang Perikanan Menuju Perikanan Indonesia Yang Tangguh Abad ke-21, hal 25-34. Dalam Feliatra (editor) Strategi Pembangunan Perikanan dan Kelautan Nasional Dalam Meningkatkan Devisa Negara. Universitas Riau Press, Pekanbaru.

Davis, C.C. 1951. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State University Press, USA.

Hadiwigeno, 1990. Petunjuk Praktis Pengelolaan Perairan Umum bagi Pembangunan Perikanan. Departemen Perikanan, Badan Penelitian dan Pembangunan Pertanian, Jakarta, 80 hal.

Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta

Harnalin, Bangun.2010. Pengelolaan Air Irigasi. Dinas Pertanian Jawa Timur

Mulyadi, dkk. 2008. Diktat Penuntun Praktikum Rekayasa Budidaya Perikanan.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru


Sri Harto. 2000. Kualitas Perairan dan Struktur Komunitas Fitoplankton. Faperika UNRI (tidak diterbitkan).






















LAMPIRAN










Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum


                               
la motte soil texture kit                                                   sampel tanah
                                  
Penggaris                                                                     Papan weir
                              
Pena                                                                            Kalkulator      

Lampiran 2. Diagram segitiga Tanah









No comments:

Post a Comment

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laatar Belakang Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk pengg...