I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha perikanan
bukanlah usaha yang hanya sekedar melakukan kegiatan penangkapan ikan-ikan di
kolam, tetapi yang prinsip adalah bagaimana menerapkan teknik budidaya yang
sesuai di dalam memanfaatkan sumber daya alam yang optimal guna memperoleh
hasil yang maksimal. Usaha perikanan air tawar di Indonesia dapat dikembangkan
dengan baik, mengingat perairan darat yang kita miliki cukup luas arealnya.
Selain itu, perairan darat kita mempunyai persediaan air bersih yang cukup
besar sehingga memungkinkan penggantian air secara kontinyu.
Struktur tanah
adalah penyusun partikel-partikel tanah primer seperti pasir, debu dan liat
membentuk agregat-agregat antara agregat satu dengan yang lain dibatasi bidang
alami yang lemah. (Nurhayati. 1986).
Menunjukkan kasar halusnya tanah berdasarkan perbandingan
banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat. (Hardjowigeno. 1987)
Faktor-Faktor yang
Dipengaruhi Struktur Tanah
·
Porositas, merupakan pori tanah
yang diisi udara dan air. Jika letaknya satu dengan yang lain cenderung erat,
maka porositasnya rendah, dan sebaliknya. (Harry and Brody. 1982)
·
Pergerakan Air, tanah berstruktur kasar
mempunyai pori makro yang menunjukkan ciri lalu lintas udara dan air memudahkan
pergerakan air. Sedangkan tanah yang bertekstur halus dan padat mempunyai pori
mikro, pergerakan airnya tidak lancar karena gerakannya sangat dibatasi menjadi
gerakan kapiler yang lembut. (Harry and Brody. 1982)
·
Konsistensi Tanah, menunjukkan kekuatan
daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda
lain. Hal ini ditunjukkan oleh adanya daya tahan tanah terhadap gaya yang akan
mengubah bentuk. Jika struktur tanah terlalu padat maka konsistensinya tinggi.
(Hardjowigeno. 1982)
Pengertian debit
adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan
debit yang digunakan dalam system satuan SI adalah meter kubik per detik (m3 /
detik). Menurut Asdak (2002), debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk
volume).
Data debit
diperlukan untuk menentukan volume aliran atau perubahannya dalam suatu sistem
das. Data debit diperoleh dengan cara pengukuran debit langsung dan pengukuran
tidak langsung yaitu dengan menggunakan liku kalibrasi. Liku kalibrasi
merupakan hubungan grafis antara tinggi muka air dengan debit. Liku kalibrasi
deperoleh dengan sejumlah pengukuran yang terencana dan mengkorelasikan 2
variabel yaitu tinggi muka air dan debit yang dilakukan dengan menghubungkan
titik-titik pengukuran dengan garis lengkung di atas kertas garis logaritmik.
(Sri, 2000)
Debit air merupakan
ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam suatu tempat atau yang dapat
di tampung dalam sutau tempat tiap satu satuan waktu. Aliran air dikatakan
memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimanfaatkan dan
berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada gerakan air tersebut
memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa dan
gerakannya beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi. ( Harnalin,2010)
Dalam hidrologi dikemukakan, debit
air sungai adalah, tinggi permukaan air
sungai yang terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai. Pengukurannya
dilakukan tiap hari, atau dengan pengertian yang lain debit atau aliran sungai
adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang
melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt). air)
yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu.
Untuk memungkinkan
terjadinya aliran air secara gravitasi di dalam badan koalm, harus terdapat
perbedaan ketinggian antara sumber air dan dasar kolam atau dasar saluran
pembuangan setinggi ketinggian air di dalam kolam (biasanya sekitar 1-1,5 m)
oleh karena itu kolam air deras umumnya dibangun di daerah yang mempunyai
sungai jeram atau sungai di dataran tinggi.( Barus,2004)
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan
dari praktikum yang dilakukan adalah dapat mengambil sampel tanah pada lokasi
dan kedalaman tertentu, dapat mengidentifikasi jenis tanah yang sesuai untuk
kolam (secara praktis dilapangan), dapat menganalisa sampel tanah dengan metode
tertentu untuk menentukan tekstur tanah (percent pasir, lempung, dan litany),
dapat memasang sebuah alat weir pada selokan dengan benar, dapat menghitung
volume aliran air yang melewati weir dengan rumus yang telah ditentukan,
menghitung debet air dengan menggunakan “Floating method”.
Sedangkan
manfaat yang didapatkan selama melakukan praktikum adalah dapat menentukan tekstur tanah yang baik untuk membuat kolam,
dapat mengidentifikasi dan menganalisa jenis tanah yang sesuai untuk kolam,
mengetahui cara pemasangan alat weir dengan benar serta cara menghitung volume
air dan debet airnya yang melewati weir.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tekstur Tanah
Tanah disusun dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian
butir tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti
kerikil, koral sampai batu. Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm
disebut bahan halus tanah. Bahan halus tanah dibedakan menjadi:
- pasir, yaitu butir tanah yang berukuran
antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm.
- debu, yaitu butir tanah yang berukuran
antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm.
- liat, yaitu butir tanah yang berukuran
kurang dari 0,002 mm.
Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah
menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara
butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam 12 klas
tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase kandungan
pasir, debu dan liat.
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan
dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol
dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa
keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
- apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak
dapat dibentuk bola dan gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Pasir.
- apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat
dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Pasir Berlempung.
- apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola
tetapi mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung
Berpasir.
- apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat
dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan
permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung.
- apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak
teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Lempung Berdebu.
- apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola
teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Debu.
- apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak
teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah
tersebut tergolong bertekstur Lempung Berliat.
- apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak
melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah
hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat
Berpasir.
- terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola
teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka
tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berdebu.
- apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat
dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Liat Berpasir.
- terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola
teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat Berdebu.
- apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola
dengan baik, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat.
Pengelompokan tanah
terdiri dari : pasir, debu, liat
- Pasir (memiliki ciri terasa kasar jika dipegang, berbutir, tidak lengket, tidak bias dibentuk
bola atau gulungan dan pengalirkan air (porous/permeable)
- Debu/Endapan (terasa tidak kasar, masih terasa berbutir,
agak melekat dan dapat dibentuk bola atau tegak
- Liat (terasa berat, halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, mudah digulung, jika dibentuk pita panjang mencapai 5 cm atau lebih dan agak sulit
menyerapkan air (tidak porous /impermeable))
2.2. Debit Aliran Air
Sungai terbentuk dgn adanya aliran air dari satu atau beberapa sumber air
yang berada di ketinggian,umpamanya disebuah puncak bukit atau gunung yg
tinggi, dimana air hujan sangat banyak jatuh di daerah itu, kemudian terkumpul
dibagian yang cekung, lama kelamaan dikarenakan sudah terlalu penuh, akhirnya
mengalir keluar melalui bagian bibir cekungan yang paling mudah tergerus air.
Selanjutnya air itu akan mengalir di atas
permukaan tanah yang paling rendah, mungkin mula mula merata, namun karena ada
bagian- bagian dipermukaan tanah yg tidak begitu keras,maka mudahlah terkikis,
sehingga menjadi alur alur yang tercipta makin hari makin panjang, seiring
dengan makin deras dan makin seringnya air mengalir di alur itu, maka semakin
panjang dan semakin dalam, alur itu akan berbelok, atau bercabang, apabila air
yang mengalir disitu terhalang oleh batu sebesar alur itu, atau batu yang
banyak, demikian juga dgn sungai di bawah permukaan tanah, terjadi dari air
yang mengalir dari atas, kemudian menemukan bagian-bagan yang dapat di tembus
ke bawah permukaan tanah dan mengalir ke arah dataran rendah yg rendah.lama
kelamaan sungai itu akan semakin lebar.( Dahril,1998)
Komponen kolam air
deras sama dengan kolam air tenang, yakni meliputi pematang/dinding kolam,
dasar pintu, pintu air masuk, pintu air keluar, saluran pembuangan, dan saluran
pemasukan. Fungsi setiap komponen tersebut sama dengan kolam air tenang.
Demikian pula sistem distribusi dan drainase airnya. Mengingat sifat aliran
yang relatif deras tersebut maka desain kolam air deras umumnya memanjang
seperti saluran , dengan panjang 5-10 mm, lebar 2-4 m dan kedalaman 1-2 m.
Dengan sifat aliran demikian maka dinding dan dasar kolam air deras biasanya
terbuat dari beton. Kolam air deras bisa juga terbuat dari tanah, tetapi
dinding atau pematang dan dasar kolam harus dilapisi plastik untuk mencegaj
tergerusnya dinding tersebut oleh aliran air.
Untuk memungkinkan
terjadinya aliran air secara gravitasi di dalam badan koalm, harus terdapat
perbedaan ketinggian antara sumber air dan dasar kolam atau dasar saluran
pembuangan setinggi ketinggian air di dalam kolam (biasanya sekitar 1-1,5 m)
oleh karena itu kolam air deras umumnya dibangun di daerah yang mempunyai
sungai jeram atau sungai di dataran tinggi. Sungai tersebut umumnya memiliki
perbedaan ketinggian muka air yang relatif besar antara titik pada jarak
tertentu di dalam badan sungai. Kolam air deras bisa juga dibangun di dekat
sungai di dataran rendah sebagai sumber airnya. Untuk menciptakan ketinggian
maka sungai tersebut dibendung dengan dam. Aliran air yang deras di kolam air
deras bisa juga diciptakan dengan bantuan pompa. Air diangkat dengan
menggunakan pompa, kemudian digelontorkan di dalam kolam sehingga tercipta
aliran yang relatif deras. Kolam air deras dengan cara demikian tentunya
membutuhkan biaya oprasional yang tinggi sehingga harus disesuaikan dengan
nilai komoditas yang diusahakan.( Hadiwigeno,1990)
Debit air di kolam
air deras sangat tinggi. Aliran ini sangat mudah untuk bersirkulasi ke seluruh
bagian kolam. Sudah jelas, aliran ini mampu menciptakan kandungan oksigen
sangat tinggi secara kontinyu. Tak mengenal waktu, baik siang, sore, maupun
pagi hari. Jarang terlihat ikan-ikan yang kekurangan oksigen.
Debit air yang
tinggi pada kolam air deras, selain untuk suplay oksigen, juga untuk membuang
habis semua kotoran dalam kolam itu sendiri. Kotoran pada sebuah kolam bisa
berupa lumpur, sisa pakan, kotoran ikan, dan kotoran lainnya. Semua kotoran itu
dapat menurunkan kualitas air kolam. Pada kualitas air yang rendah, maka proses
pernapasan ikan terganggu dan napsu makan ikan menjadi rendah.( Davis,1981)
Weir adalah sebuah
obstruksi yang dilalui cairan di dalam sebuah aliran terbuka. Aplikasinya banyak dipakai pada sistem
pengolahan limbah, irigasi dan saluran pembuangan limbah. Pengukuran dapat
dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran dengan satuan yang umum yaitu gallon
per menit (gpm) menjadi gallon per hari. Laju alir sebagai fungsi dari
ketinggian head di atas cekung weir dan lebar bukaan (notch).
Secara umum ada tiga bentuk weir notch yaitu segiempat (rectangular),
segitiga ( V-notch) dan trapesium (cipoletti). Weir segiempat merupakan salah
satu bentuk weir yang sudah lama digunakan karena bentuknya sederhana,
konstruksinya mudah dan akurat. Weir segitiga mempunyai jangkauan kapasitas yang
lebih besar dan praktis dibandingkan dengan bentuk weir lainya. Weir trapesium
merupakan benutuk weir yang cukup banyak digunakan. Aliran fluida proposional
dengan lebar dibawah cekungan weir trapesium.
(Adriman,2006)
Weir hanya dapat digunakan apabila liquida mengalir dalam channel terbuka,
tidak dapat digunakan untuk liquida dalam pipa. Perhitungan pada aliran terbuka
lebih rumit dari pada aliran dalam pipa dikarenakan:
·
Bentuk
penampang yang tidak teratur (terutama sungai)
·
Sulit
menentukan kekasaran (sungai berbatu sedangkan pipa tembaga licin)
·
Kesulitan
pengumpulan data di lapangan.
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan tempat
Dilakukannya praktikum pada hari Selasa, 22 November 2012 pada pukul 13.00 – 15.00 wib bertempat di
Laboratorium Pengelolaan Kualitas Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau, Pekanbaru.
3.2. Bahan dan alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah sampel tanah diambil dengan scope, La Motte Soil Kit yang
terdiri dari : 3 buah tube (tabung), rak yang digunakan sebagai tempat menaruh
tube, bahan reagent kimia, scope, benda apung, stopwatch, meteran pita,
penggaris, water pas tonggak.
3.3. Metode praktikum
Adapun metode yang
digunakan/dilaksanakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan untuk
melihat tekstur tanah yang baik untuk kolam serta metode pengamata alat weir
yang di lalui air sungai dan pengamati kecepatan benda apung yang diletakkan di
alat weir yang terisi air.
3.4. Prosedur praktikum
Prosedur yang dilakukan pada waktu
praktikum adalah :
·
Menentukan tekstur tanah
- Ambil sampel
tanah pada kedalaman tertentu
- Siapkan 2/3
buah tabung Lamotte dan tandai ke tiga tabung pemisah tersebut dengan kode
A, B, dan C
- Masukkan
sampel tanah ke tabung A hingga volume 15 cm3 kemudian
tambahkan air air hingga volume menjadi 45 cm3.
- Tutup tabung
dan kocok selama 3 menit hingga benar – benar homogen.
- Buka tutupnya
dan taruh tabung dirak selama 30 detik.
- Tuang isi
tabung A yang tidak mengendap ke tabung B kemudian biarkan tabung B dalam
rak selama 30 menit dan taruh/simpan tabung A pada rak. Setelah 30 menit
sisa larutan di tabung B tuangkan ke tabung C.
- Catat jumlah
endapan pada tabung A (pasir) dan B (lempung), sedangkan sisanya di tabung
C adalah liatnya. Setelah itu hitung persentase pasir, lempung, dan
liatnya.
·
Mengukur debet aliran air
1.
Metoda weir
Ø Pasang papan weir menghadang aliran air, usahakan agar tidak ada air
yang mengalir melalui samping-samping dan bagian bawah weir. Dengan kata lain,
air hanya lewat melalui celah weir.
Ø Tancapkan tonggak di bagian hulu weir kira-kira sejauh 4 kali tinggi
air di celah weir
Ø Dengan bantuan water pass,tancapkan tonggak selevel dengan dasar celah
weir.
Ø Biarkan air mengalir hingga nampak konstan, kemudian ukur tinggi air
mulai dari ujung tonggak hingga permukaan air dengan penggaris.
Ø Catat datanya dan hitung debit air dengan rumus sebagi berikut:
ü Celah persegi: Q = 3,33( l – 0,2 t)t ³/²
ü Trapesium: Q = 3,367l.t³/²
ü Segitiga (bersudut 90°): Q= 2,5t 5/²
Dimana:
Q=
debit air dalam cubic feet/ second atau cm³/detik
L=
panjang celah weir dalam feet atau cm
H=
tinggi air dalam feet (cm) dihitung mulai dari atas tonggak yang selevel dengan
dasar celah weir yang dipancang sejarak tidak kurang dari 4x tinggi air,
kecuali untuk celah yang di tengah H= tinggi air mulai dari tengah-tengah celah
sampai ke permukaan air.
2.
Floating Method
Ø Pilih tempat aliran air( selokan) yang lurus tanpa penghalang
Ø Berilah 2 patok dengan jarak tertentu misal 5m
Ø Hanyutkan benda yang mengapung beberapa cm ke arah hulu dari tonggak
yang 1 (A1= tonggak yang lebih dahulu)
Ø Catat waktunya dengan menggunakan stopwatch mulai saat benda sampai
pada tonggak A1 hingga tepat sampai di tonggak A2. Jarak tonggak dibagi waktu
yang dibutuhkan benda itu merupakan kecepatan aliran air(m/detik). Karena
kecepatan benda terapung di permukaan tidak sama lebih rendah dari kecepatan
aliran air,maka untuk kecepatan aliran air sesungguhnya perlu kecepatan benda
terapung dikalikan 5/4, sehingga dengan demikian kecepatan aliran air adalah:
V=
Jarak x 5/4(m/detik)
Waktu
Ø Ukur lebar serta tinggi air pada selokan tepat pada pancang A1 dan A2
Ø Hitung luas penampang melintang selokan di kedua lokasi ( A1 dan A2)
Ø Hitung debit air dengan formula berikut:
Q= A1 + A2 x V
2
Dimana:
Q=
debit air dalam cm³
A=
luas penampang selokan (aliran air) dalam cm²
V=
kecepatan aliran air (cm/detik)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil yang didapatkan selama
melakukan praktikum adalah sebagai berikut :
4.1.1. Hasil Menentukan Tekstur Tanah
Volume sampel awal
15 cc = 100 %
Volume endapan di Tabung A 9 cc (Berpasir ), 9/15×100 % = 60 %
Volume endapan di Tabung B 3 cc (Lempung), 3/15×100 % = 20 %
Volume endapan di Tabung C = 15 cc -9 cc -3 cc =
3 cc
3/15 × 100 = 20 %
4.1.2. Menentukan Debet Aliran Air
Ø Metoda Weir
ü Trapesium
h=
4,2 cm dan l=
5 cm
Q=
3,367l.t ³/²
= 3,367 x 5cm x 4,2cm³/²
= 16,835 x 4,2 cm³/²
=16,835 x 8,607
= 144,90 cm³/detik
ü Segitiga
Q= 2,5 t 5/²
= 2,5
x 3,5 .5/²
= 57,3
cm³/detik
Ø Floating Method
ü Kecepatan aliran air
V= Jarak x
5/4(m/detik)
Waktu
= 1 m/ detik
2 detik
= 0,5 m/detik
ü Debit air
Q= A1 + A2 x V
2
= 1,3 m + 1,3 m x o,5 m/det
2
= 0,65 cm³/detik.
4.2. Pembahasan
Tekstur
tanah yang yang didapatkan adalah volume endapan pasir mengandung 20%, volume
endapan lempung 20% sehingga kandungan volume liat yang didapatkan adalah 20%.
Tekstur
tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Tekstur
tanah yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat memacu dan
memperkuat tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik, sehinnga segala sesuatu yang
diperlukan karena faktor tanah dapat diperoleh. Tekstur tanah juga dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mendirikan suatu bangunan, apakah
suatu bangunan tersebut dapat berdiri kokoh atau tidak di wilayah tersebut,
sehingga perlu adanya suatu analisis untuk menentukan jenis tekstur tanah suatu
area atau wilayah tertentu.
Tekstur
tanah dapat digolongkan :
1.
Apabila terasa kasar, berarti pasir, pasir geluhan
2.
Apabila terasa agak kasar, berarti geluh pasiran, geluh pasiran halus
3.
Apabila terasa sedang, berari geluh pasiran sangat halus, geluh, geluh debuan
4.
Agak halus, berarti geluh lempungan, geluh lempung pasiran, geluh lempung
5.
Halus, berari lempung pasiran, lempung debuan, lempung.
Menurut Asmika dkk,
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penanmpang tertentu
(sungai/saluran/mata air ) persatuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk
). Pemilihan lokasi debit air mempunyai beberapa
syarat antara lain di bagian sungai yang relatif lurus, jauh dari pertemuan
cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen, aliran tidak
melimpah melewati tebing sungai. Debit air yang didapatkan
pada metoda weir menggunakan celah segitiga adalah 57,3
cm³/detik sedangkan pada celah
trapesium adalah 144,90 cm³/detik. Perhitungan dengan menggunakan metoda floating method adalah 0,65 cm³/detik.
Praktikum yang
telah kami lakukan aliran yang terjadi adalah aliran laminar dimana gabus
sebahan bahan apung tersebut berjalan lurus tanpa naik turun di permukaan air.
Selain faktor besar kecilnya debit aliran juga dapat dipengaruhi oleh basah
atau keringnya gabus tersebut. Semakin basah gabus tersebut maka laju aliran
akan semakin lambat, hal ini terjadi karena kadar air yang dikandung daun
tersebut banyak sehingga akan lebih berat. Sedangkan pada gabus tanpa air laju
aliran akan semakin cepat hal ini juga dipengaruhi oleh kandungan air yang
terkandung didalamnya.
Selain dua faktor
diatas juga dapat dipengaruhi oleh faktor alam antara lain angin yang bertiup
yang akan menyebabkan daun tersebut mengalir tidak pada tengah aliran tersebut,
faktor lain yang mempengaruhi adalah hujan yang menyebabkan aliran. tersebut
dapat berubah dari aliran laminar menjadi turbulen serta dapat membuat gerak
menjadi tidak teratur.
Debit air pada
aliran terbuka sangat penting dalam pertanian yang biasanya dimanfaatkan untuk
irigasi pesawahan, mengerakan turbin pada generator listrik serta dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan transportasi jika debit air yang dibutuhkan dapat
memenuhi standar transportasi. Seperti kita ketahui bersama dihutan Kalimantan
yang mempunyai aliran debit air yang besar bahwa bebit aliran ini digunakan
masyarakat didekat hulu sungai untuk menghanyutkan batang pohon kayu yang sudah
ditebang dihutan sehingga memudahkan masyarakat untuk mengangkut kayu-kayu
tersebut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Tekstur tanah yang yang didapatkan adalah
volume endapan pasir mengandung 20%, volume endapan lempung 20% sehingga
kandungan volume liat yang didapatkan adalah 20%.
Debit air yang didapatkan pada metoda weir menggunakan celah segitiga
adalah 57,3 cm³/detik sedangkan pada celah trapesium adalah 144,90
cm³/detik. Perhitungan dengan
menggunakan metoda floating method adalah
0,65 cm³/detik.
5.2. Saran
Agar paktikum bisa berjalan dengan lancar, maka ketelitian dan
keseriusan dari setiap mahasiswa/I sangat diperlukan dalam menjalankan
praktikum ini. Dan selalu meminta petunjuk kepada asisten dosen agar kegiatan
praktikum bisa berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Adriman, 2006. Penuntun pratikum ekologi perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Asdak, H. 2002. Telaah
Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta
Barus, T.A, 2004. Faktor-Faktor
Lingkungan Abiotik Dan Keanekaragaman Plankton Sebagai Indikator Kualitas
Perairan Danau Toba. Jurnal Manusia Dan Lingkungan, Vol. XI, No.2.
Cahyono, N., 2001. Efek Pengudaraan terhadap Kualitas Air
Waduk Tropika. Jurnal Lembaga PenelitianUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta. 3
(1): 1 – 7.
Dahril, T., 1998. Reformasi di Bidang Perikanan Menuju
Perikanan Indonesia Yang Tangguh Abad ke-21, hal 25-34. Dalam Feliatra
(editor) Strategi Pembangunan Perikanan dan Kelautan Nasional Dalam
Meningkatkan Devisa Negara. Universitas Riau Press, Pekanbaru.
Davis, C.C. 1951. The
Marine and Freshwater Plankton. Michigan State University Press, USA.
Hadiwigeno, 1990.
Petunjuk Praktis Pengelolaan Perairan Umum bagi Pembangunan Perikanan.
Departemen Perikanan, Badan Penelitian dan Pembangunan Pertanian, Jakarta, 80
hal.
Hardjowigeno, Sarwono.
1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta
Harnalin, Bangun.2010.
Pengelolaan Air Irigasi. Dinas Pertanian Jawa Timur
Mulyadi, dkk. 2008. Diktat
Penuntun Praktikum Rekayasa Budidaya Perikanan.Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau Pekanbaru
Sri Harto. 2000. Kualitas
Perairan dan Struktur Komunitas Fitoplankton. Faperika UNRI (tidak
diterbitkan).
LAMPIRAN
Lampiran
1. Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum
la
motte soil texture kit
sampel tanah
Penggaris
Papan
weir
Pena Kalkulator
Lampiran
2. Diagram segitiga Tanah
No comments:
Post a Comment