I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Provinsi
Sumatera Barat memiliki luas area 42.297,3 km2 dan memiliki kondisi alam yang berupa
dataran tinggi yang bergunung-gunung. Dari luas area yang dimiliki hanya 15 %
yang bisa digunakan untuk pertanian. Provinsi ini memiliki 5 danau besar yaitu:
Danau Singkarak (10.908,2 ha), Danau Maninjau (9.950 ha), Danau Atas (3.500
ha), Danau Bawah (1.400 ha) serta Danau Talang (500 ha). Danau Singkarak terletak
pada 100o28’28” BT – 100o36’08” BT dan 0o32’01” LS – 0o42’03” LS. Luas danau ini 10.908,2
ha, kedalaman maksimum 271,5 m, kedalaman rata-rata 178,677 m, panjang maksimum
20,808 km, dan lebar maksimum 7,175 km (Suryono et al., 2006). Air masuk
berasal dari Sungai Sumpur, Sungai Sumani, serta beberapa sungai kecil di
sekeliling danau. Sedangkan air keluar hanya melalui Sungai Ombilin. Danau ini
dimanfaatkan untuk perikanan berupa kegiatan penangkapan oleh penduduk sekitar,
PLTA, irigasi dan kegiatan pariwisata (Sulawesty, 2007).
Danau
Singkarak berada di dua kabupaten Sumatera Barat yakni Kabupaten Solok dan
Kabupaten Tanah Datar, danau ini merupakan danau terluas ke-2 di Pulau
Sumatera. Danau ini merupakan hulu dari Batang Ombilin (Sungai Ombilin), air
danau ini sebagian dialirkan melewati terowongan menembus Bukit Barisan ke
Batang Anai untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak di dekat Lubuk Alung,
Padang Pariaman (Kristian, 2009). Danau merupakan suatu badan air yang
menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi sampai ratusan meter
persegi. Pada danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya
matahari, (1) daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi
fotosintesis disebut dengan daerah fotik, (2) daerah yang tidak
tertembus cahaya disebut dengan daerah afotik, (3) pada danau juga
terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin,(4) Termoklin
memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar
(Simarmata, 2009).
Danau Singkarak merupakan salah satu aset bagi
pemerintah Sumatera Barat terutama Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok.
Selain sebagai daerah kunjungan wisata, potensi perikanan Danau Singkarak juga
cukup menjanjikan. Serta pemanfataan air danau oleh masyarakat sekitar untuk
keperluan sehari-hari seperti kebutuhan air minum, mandi, cuci, kakus (MCK) dan
irigasi. Pemanfaatan Danau Singkarak lainnya sebagai pendukung sarana
pertanian, perikanan, pariwisata, transportasi, pembangkit listrik dan lain
sebagainya. Selain itu danau ini juga merupakan tempat wisata yang banyak
dikunjungi oleh orang-orang luar daerah, aktivitas yang terjadi pada pinggir
danau ini seperti adanya usaha rumah makan, restoran, cucian mobil dan bengkel
yang buangannya langsung menuju ke perairan danau. Ada pula pasar tradisional
yang berada di pinggiran Danau Singkarak dan menghasilkan buangan limbah berupa
sampah organik dan anorganik.
Fitoplankton merupakan produsen primer
terpenting dalam ekosistem perairan, produksi zat organik dari anorganik yang
dapat dilakukann oleh fitoplankton melalui proses fotosintesis, merupakan
sumber energi yang paling utama yang mendasari struktur trofik suatu ekosistem.
Hampir semua biota air apabila ditelusuri rantai makanannya akan menunjukkan
pangkalnya pada fitoplankton. Oleh karena itu kelimpahan fitoplankton penting
artinya dalam menentukan kesuburan suatu perairan (Nurdin, 2010).
Berbagai faktor dapat mempengaruhi kelimpahan
fitoplank-ton yang dapat dibagi dalam: (a) Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses fisiologis secara langsung, misalnya dalam proses fotosintesis dan
respirasi, termasuk dalam golongan ini faktor-faktor seperti cahaya, suhu,
salinitas, hara makro, hara mikro. (b) Faktor-faktor eksternal yang menyebabkan
berkurangnya jumlah fitoplankton misalnya karena pemangsa oleh herbivor,
turbulensi dan penenggelaman (Nurdin, 2010).
2.1. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui keragaman dari fitoplankton yang ada di perairan Danau Singkarak serta mengetahui kualitas air yang dimiliki singkarak
Sedangkan manfaatnya adalah agar mahasiswa dapat mengetahui serta
membenadingkan jenis-jenis kualitas air yang baik untuk kehidupan organisme
perairan, khususnya dibidang budidaya perikanan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Fitoplankton merupakan produsen primer
terpenting dalam ekosistem perairan, produksi zat organik dari anorganik yang
dapat dilakukann oleh fitoplankton melalui proses fotosintesis, merupakan
sumber energi yang paling utama yang mendasari struktur trofik suatu ekosistem.
Hampir semua biota air apabila ditelusuri rantai makanannya akan menunjukkan
pangkalnya pada fitoplankton. Oleh karena itu kelimpahan fitoplankton penting
artinya dalam menentukan kesuburan suatu perairan (Nurdin, 2010).
Berbagai faktor dapat mempengaruhi kelimpahan
fitoplank-ton yang dapat dibagi dalam: (a) Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses fisiologis secara langsung, misalnya dalam proses fotosintesis dan
respirasi, termasuk dalam golongan ini faktor-faktor seperti cahaya, suhu, salinitas,
hara makro, hara mikro. (b) Faktor-faktor eksternal yang menyebabkan
berkurangnya jumlah fitoplankton misalnya karena pemangsa oleh herbivor,
turbulensi dan penenggelaman (Nurdin, 2010).
Rimper (2002) mengelompokkan
bahwa fitoplankton terbagi atas 3 kelompok yaitu, rendah, sedang dan tinggi.
1). Kelimpahan fitopalnkton rendah < 12.000 sel/l. 2). Kelimpahan sedang
12.500 sel/l. dan 3). Kelimpahan fitoplankton tinggi > 17.000 sel/l.
ada beberapa faktor
yang menyebabkan penyebaran fitoplankton di setiap stasiun berbeda-beda,
diantaranya adalah faktor lingkungan perairan baik secara fisika, kimia dan
biolagi (Rukhoyah, 2005).
III.
BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan tempat
Praktikum Manajemen Kualitas Air dilakuakan pada tanggal 18 November 2012, hari Minggu pada pukul 10.00 – 14.00 WIB yang bertempat di Danau
Singkarak, Sumatera Barat.
3.2. Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama
praktikum ini adalah thermometer, salinitu conductivity temperature, plankton
net, indikator pH, dan formalin 4%.
3.3. Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan pada praktikum ini adalah metode langsung dimana
objek diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan dilokasi
danau singkarak.
3.4. Prosedur Pratikum
Adapun
prosedur yang dilakukan pada
praktikum nutrisi ikan adalah sebagi berikut:
1. Manajemen kualitas air secara fisika
Pengukuran suhu,
menggunakan thermometer yaitu dengan cara memasukkan alat thermometer kedalam
perairan, lalu lihat kenaikan suhu yang terjadi. Menggunakan salinity
conductivity temperature dilakukan dengan cara melihat langsung perubahan angka
suhu yang terjadi ketika alat telah diatur.
2. Manajemen kualitas air secara kimia
Pengukuran pH
dilakuan dengan cara memasukkan kertas indikator pH kedalan perairan, lalu
dikeringkan. Maka cocokkan hasil pH dengan alat indikator pH. Kesadahan dan
salinitas dilakukan dengan cara memanfaatkan alat salinity conductivity
temperature.
3. Manajemen kualitas air secara biologi
Dilakukan dengan
cara memanfaatkan plankton net. Lalukan penyaringan beberapa kali. Kemudian
hasil akhirnya dimasukkan kedalam botol sampel yang telah dimasukkan larutan
formalin 4% tujuan pengawetan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil yang didapatkan
pada praktikum kualitas air di danau singkarak:
1.
Kualitas air pada tepi danau
singkarak
Penggunaan salinity
conductivity temperature mendapatkan hasil suhu 28,5 °C dan
salinitas 0,1 ppt. Menggunakan thermometer mendapatkan hasil suhu 29 °C.
Sedangkan menggunakan plankton net mendapatkan jenis-jenis plankton Ceratoneis
arcus, Melosira islandica, Diatoma maximum, Aphanothece falida, Closterium
libellula, Gonatozygon sp., Netrium sp., Pennium spirostriolanum,
Staurastrum sp., Hydrocoryne sp., Dactylococopsis fascularis,
Tolypothrix byssoidea, Tribonema affine.
2.
Kualitas air pada keramba jaring
apung
Menggunakan alat
salinity conductivity temperature mendapatkan hasil salinitas 0,1 ppt, suhu
28,7 °C, conductivitas 191 dan kesadahan (hardness) 98 ppt. Kedaan keramba
jaring apung adalah ukuran mata jaring 1 inchi, panjang tambak 1 petak 3 x 3 m,
kedalaman tambah 4 m, panjang benih 5-8 cm serta padat tebar 5000 ekor/kolam. Pengamatan keramba jaring apung tepi danau,
memiliki hasil pengamatan yang sama dengan pengamatan jaring apung ditengah
danau.
4.2. Pembahasan
Kualitas air yang terkandung dalam danau singkarak dapat digolongkan
jenis air yang tepat dilakukan usaha budidaya perikanan. Memiliki pH 7, salinitas 0,1 ppt,
suhu 28,5 °C, konduktivitas 191 dan kesadahan 98. Dari hasil ini menandakan
lingkungan perairan danau singkarak sengat cocok dilakukan usaha budidaya
perikanan tergantung dari jenis ikan tertentu.
Fitoplankton
merupakan produsen primer terpenting dalam ekosistem perairan, produksi zat
organik dari anorganik yang dapat dilakukann oleh fitoplankton melalui proses
fotosintesis, merupakan sumber energi yang paling utama yang mendasari struktur
trofik suatu ekosistem. Hampir semua biota air apabila ditelusuri rantai
makanannya akan menunjukkan pangkalnya pada fitoplankton. Oleh karena itu
kelimpahan fitoplankton penting artinya dalam menentukan kesuburan suatu
perairan (Nurdin, 2010).
Ada beberapa faktor
yang menyebabkan penyebaran fitoplankton di setiap stasiun berbeda-beda,
diantaranya adalah faktor lingkungan perairan baik secara fisika, kimia dan
biolagi (Rukhoyah, 2005). Secara
keseluruhan semua lokasi praktikum mempunyai indeks keragaman di antara 1,920 –
2,356. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kondisi Danau.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kualitas air
didanau singkarak secara umum adalah pH 7, salinitas 0,1 ppt, suhu 28,5 °C,
konduktivitas 191 dan kesadahan 98. Sedangkan mendapatkan jenis-jenis plankton Ceratoneis
arcus, Melosira islandica, Diatoma maximum, Aphanothece falida, Closterium libellula,
Gonatozygon sp., Netrium sp., Pennium spirostriolanum,
Staurastrum sp., Hydrocoryne sp., Dactylococopsis fascularis,
Tolypothrix byssoidea, Tribonema affine.
5.2. Saran
agar mendapatkan
hasil pengukuran kualitas air yang akurat dan tepat, sebaiknya para praktikan
melakukan praktikum dengan serius dan teliti serta diperlukannya kerja kelompok
yang kompak.
DAFTAR PUSTAKA
Kristian , R. 2009. Danau
Singkarak, Unik, Indah dan Memprihatinkan. Dalam Situs (http://rieko.wordpress.com/2009/11/28/danau-singkarak-unik-indah-dan-memprihatinkan/).
Nurdin, S. 2009. Bahan Ajar
Kuliah Tumbuhan Air. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru, Tidak diterbitkan.
Rukhoyah, S. 2005. Kualitas
Perairan Sungai Kandis di Sekitar Pabrik Kelapa Sawit PTPN V Ditinjau Dari
Sifat Fisika-Kimia dan Koefisien Saprobik. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 54 hal. Tidak diterbitkan.
Simarmata, A., C. Shotanmg, dan
Efawani. 2009. Diktat Limnologi. Fakultas Simarmata, A., Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Riau. Pekanbaru. Tidak diterbitkan.
Sulawesty, F. 2007. Distribusi
Vertikal Fitoplankton di Danau Singkarak. Limnotek, Vol XIV, No. 1, p, 37 – 46.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat-alat yang digunakan selama praktikum
Lampiran 2. Jenis-jenis plankton yang ditemukan
Ceratoneis arcus Melosira
islandica
Diatoma maximum Aphanothece falida
Closterium libellula Gonatozygon sp
Netrium sp Pennium
spirostriolanum
Staurastrum sp Hydrocoryne sp
Dactylococopsis fascularis Tolypothrix
byssoidea
Tribonema affine
No comments:
Post a Comment