Tuesday, 1 January 2013

LAPORAN MKA DANAU SINGKARAK


                                                                                                                                                      I.            PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Provinsi Sumatera Barat memiliki luas area 42.297,3 km2 dan memiliki kondisi alam yang berupa dataran tinggi yang bergunung-gunung. Dari luas area yang dimiliki hanya 15 % yang bisa digunakan untuk pertanian. Provinsi ini memiliki 5 danau besar yaitu: Danau Singkarak (10.908,2 ha), Danau Maninjau (9.950 ha), Danau Atas (3.500 ha), Danau Bawah (1.400 ha) serta Danau Talang (500 ha). Danau Singkarak terletak pada 100o28’28” BT – 100o36’08” BT dan 0o32’01” LS – 0o42’03” LS. Luas danau ini 10.908,2 ha, kedalaman maksimum 271,5 m, kedalaman rata-rata 178,677 m, panjang maksimum 20,808 km, dan lebar maksimum 7,175 km (Suryono et al., 2006). Air masuk berasal dari Sungai Sumpur, Sungai Sumani, serta beberapa sungai kecil di sekeliling danau. Sedangkan air keluar hanya melalui Sungai Ombilin. Danau ini dimanfaatkan untuk perikanan berupa kegiatan penangkapan oleh penduduk sekitar, PLTA, irigasi dan kegiatan pariwisata (Sulawesty, 2007).
 Danau Singkarak berada di dua kabupaten Sumatera Barat yakni Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar, danau ini merupakan danau terluas ke-2 di Pulau Sumatera. Danau ini merupakan hulu dari Batang Ombilin (Sungai Ombilin), air danau ini sebagian dialirkan melewati terowongan menembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak di dekat Lubuk Alung, Padang Pariaman (Kristian, 2009). Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi sampai ratusan meter persegi. Pada danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari, (1) daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut dengan daerah fotik, (2) daerah yang tidak tertembus cahaya disebut dengan daerah afotik, (3) pada danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin,(4) Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar (Simarmata, 2009).
Danau Singkarak merupakan salah satu aset bagi pemerintah Sumatera Barat terutama Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok. Selain sebagai daerah kunjungan wisata, potensi perikanan Danau Singkarak juga cukup menjanjikan. Serta pemanfataan air danau oleh masyarakat sekitar untuk keperluan sehari-hari seperti kebutuhan air minum, mandi, cuci, kakus (MCK) dan irigasi. Pemanfaatan Danau Singkarak lainnya sebagai pendukung sarana pertanian, perikanan, pariwisata, transportasi, pembangkit listrik dan lain sebagainya. Selain itu danau ini juga merupakan tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh orang-orang luar daerah, aktivitas yang terjadi pada pinggir danau ini seperti adanya usaha rumah makan, restoran, cucian mobil dan bengkel yang buangannya langsung menuju ke perairan danau. Ada pula pasar tradisional yang berada di pinggiran Danau Singkarak dan menghasilkan buangan limbah berupa sampah organik dan anorganik.
Fitoplankton merupakan produsen primer terpenting dalam ekosistem perairan, produksi zat organik dari anorganik yang dapat dilakukann oleh fitoplankton melalui proses fotosintesis, merupakan sumber energi yang paling utama yang mendasari struktur trofik suatu ekosistem. Hampir semua biota air apabila ditelusuri rantai makanannya akan menunjukkan pangkalnya pada fitoplankton. Oleh karena itu kelimpahan fitoplankton penting artinya dalam menentukan kesuburan suatu perairan (Nurdin, 2010).
Berbagai faktor dapat mempengaruhi kelimpahan fitoplank-ton yang dapat dibagi dalam: (a) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fisiologis secara langsung, misalnya dalam proses fotosintesis dan respirasi, termasuk dalam golongan ini faktor-faktor seperti cahaya, suhu, salinitas, hara makro, hara mikro. (b) Faktor-faktor eksternal yang menyebabkan berkurangnya jumlah fitoplankton misalnya karena pemangsa oleh herbivor, turbulensi dan penenggelaman (Nurdin, 2010).

2.1. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui keragaman dari fitoplankton yang ada di perairan Danau Singkarak serta mengetahui kualitas air yang dimiliki singkarak
Sedangkan manfaatnya adalah agar mahasiswa dapat mengetahui serta membenadingkan jenis-jenis kualitas air yang baik untuk kehidupan organisme perairan, khususnya dibidang budidaya perikanan.







                                                                                                                                         II.            TINJAUAN PUSTAKA


Fitoplankton merupakan produsen primer terpenting dalam ekosistem perairan, produksi zat organik dari anorganik yang dapat dilakukann oleh fitoplankton melalui proses fotosintesis, merupakan sumber energi yang paling utama yang mendasari struktur trofik suatu ekosistem. Hampir semua biota air apabila ditelusuri rantai makanannya akan menunjukkan pangkalnya pada fitoplankton. Oleh karena itu kelimpahan fitoplankton penting artinya dalam menentukan kesuburan suatu perairan (Nurdin, 2010).
Berbagai faktor dapat mempengaruhi kelimpahan fitoplank-ton yang dapat dibagi dalam: (a) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fisiologis secara langsung, misalnya dalam proses fotosintesis dan respirasi, termasuk dalam golongan ini faktor-faktor seperti cahaya, suhu, salinitas, hara makro, hara mikro. (b) Faktor-faktor eksternal yang menyebabkan berkurangnya jumlah fitoplankton misalnya karena pemangsa oleh herbivor, turbulensi dan penenggelaman (Nurdin, 2010).
Rimper (2002) mengelompokkan bahwa fitoplankton terbagi atas 3 kelompok yaitu, rendah, sedang dan tinggi. 1). Kelimpahan fitopalnkton rendah < 12.000 sel/l. 2). Kelimpahan sedang 12.500 sel/l. dan 3). Kelimpahan fitoplankton tinggi > 17.000 sel/l.
ada beberapa faktor yang menyebabkan penyebaran fitoplankton di setiap stasiun berbeda-beda, diantaranya adalah faktor lingkungan perairan baik secara fisika, kimia dan biolagi (Rukhoyah, 2005).
                                                                                                                                    III.            BAHAN DAN METODE


3.1. Waktu dan tempat
Praktikum Manajemen Kualitas Air dilakuakan pada tanggal 18 November 2012, hari Minggu pada pukul 10.00 – 14.00 WIB yang bertempat di Danau Singkarak, Sumatera Barat.

3.2. Alat Dan Bahan
            Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum ini adalah thermometer, salinitu conductivity temperature, plankton net, indikator pH, dan formalin 4%.

3.3. Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan pada praktikum ini adalah metode langsung dimana objek diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan dilokasi danau singkarak.

3.4. Prosedur Pratikum
            Adapun prosedur yang dilakukan pada praktikum nutrisi ikan adalah sebagi berikut:
1.      Manajemen kualitas air secara fisika
Pengukuran suhu, menggunakan thermometer yaitu dengan cara memasukkan alat thermometer kedalam perairan, lalu lihat kenaikan suhu yang terjadi. Menggunakan salinity conductivity temperature dilakukan dengan cara melihat langsung perubahan angka suhu yang terjadi ketika alat telah diatur.
2.      Manajemen kualitas air secara kimia
Pengukuran pH dilakuan dengan cara memasukkan kertas indikator pH kedalan perairan, lalu dikeringkan. Maka cocokkan hasil pH dengan alat indikator pH. Kesadahan dan salinitas dilakukan dengan cara memanfaatkan alat salinity conductivity temperature.
3.      Manajemen kualitas air secara biologi
Dilakukan dengan cara memanfaatkan plankton net. Lalukan penyaringan beberapa kali. Kemudian hasil akhirnya dimasukkan kedalam botol sampel yang telah dimasukkan larutan formalin 4% tujuan pengawetan.













                                                                                                                            IV.            HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Hasil yang didapatkan pada praktikum kualitas air di danau singkarak:
1.      Kualitas air pada tepi danau singkarak
Penggunaan salinity conductivity temperature mendapatkan hasil suhu 28,5 °C dan salinitas 0,1 ppt. Menggunakan thermometer mendapatkan hasil suhu 29 °C. Sedangkan menggunakan plankton net mendapatkan jenis-jenis plankton Ceratoneis arcus, Melosira islandica, Diatoma maximum, Aphanothece falida, Closterium libellula, Gonatozygon sp., Netrium sp., Pennium spirostriolanum, Staurastrum sp., Hydrocoryne sp., Dactylococopsis fascularis, Tolypothrix byssoidea, Tribonema affine.
2.      Kualitas air pada keramba jaring apung
Menggunakan alat salinity conductivity temperature mendapatkan hasil salinitas 0,1 ppt, suhu 28,7 °C, conductivitas 191 dan kesadahan (hardness) 98 ppt. Kedaan keramba jaring apung adalah ukuran mata jaring 1 inchi, panjang tambak 1 petak 3 x 3 m, kedalaman tambah 4 m, panjang benih 5-8 cm serta padat tebar 5000 ekor/kolam. Pengamatan keramba jaring apung tepi danau, memiliki hasil pengamatan yang sama dengan pengamatan jaring apung ditengah danau.

4.2. Pembahasan
            Kualitas air yang terkandung dalam danau singkarak dapat digolongkan jenis air yang tepat dilakukan usaha budidaya perikanan. Memiliki pH 7, salinitas 0,1 ppt, suhu 28,5 °C, konduktivitas 191 dan kesadahan 98. Dari hasil ini menandakan lingkungan perairan danau singkarak sengat cocok dilakukan usaha budidaya perikanan tergantung dari jenis ikan tertentu.
Fitoplankton merupakan produsen primer terpenting dalam ekosistem perairan, produksi zat organik dari anorganik yang dapat dilakukann oleh fitoplankton melalui proses fotosintesis, merupakan sumber energi yang paling utama yang mendasari struktur trofik suatu ekosistem. Hampir semua biota air apabila ditelusuri rantai makanannya akan menunjukkan pangkalnya pada fitoplankton. Oleh karena itu kelimpahan fitoplankton penting artinya dalam menentukan kesuburan suatu perairan (Nurdin, 2010).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penyebaran fitoplankton di setiap stasiun berbeda-beda, diantaranya adalah faktor lingkungan perairan baik secara fisika, kimia dan biolagi (Rukhoyah, 2005).  Secara keseluruhan semua lokasi praktikum mempunyai indeks keragaman di antara 1,920 – 2,356. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kondisi Danau.









                                                                                                                              V.            KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Kualitas air didanau singkarak secara umum adalah pH 7, salinitas 0,1 ppt, suhu 28,5 °C, konduktivitas 191 dan kesadahan 98. Sedangkan mendapatkan jenis-jenis plankton Ceratoneis arcus, Melosira islandica, Diatoma maximum, Aphanothece falida, Closterium libellula, Gonatozygon sp., Netrium sp., Pennium spirostriolanum, Staurastrum sp., Hydrocoryne sp., Dactylococopsis fascularis, Tolypothrix byssoidea, Tribonema affine.

5.2. Saran
agar mendapatkan hasil pengukuran kualitas air yang akurat dan tepat, sebaiknya para praktikan melakukan praktikum dengan serius dan teliti serta diperlukannya kerja kelompok yang kompak.









DAFTAR PUSTAKA


Kristian , R. 2009. Danau Singkarak, Unik, Indah dan Memprihatinkan. Dalam Situs (http://rieko.wordpress.com/2009/11/28/danau-singkarak-unik-indah-dan-memprihatinkan/).


Nurdin, S. 2009. Bahan Ajar Kuliah Tumbuhan Air. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru, Tidak diterbitkan.


Rukhoyah, S. 2005. Kualitas Perairan Sungai Kandis di Sekitar Pabrik Kelapa Sawit PTPN V Ditinjau Dari Sifat Fisika-Kimia dan Koefisien Saprobik. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 54 hal. Tidak diterbitkan.


Simarmata, A., C. Shotanmg, dan Efawani. 2009. Diktat Limnologi. Fakultas Simarmata, A., Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Pekanbaru. Tidak diterbitkan.


Sulawesty, F. 2007. Distribusi Vertikal Fitoplankton di Danau Singkarak. Limnotek, Vol XIV, No. 1, p, 37 – 46.

















LAMPIRAN




Lampiran 1. Alat-alat yang digunakan selama praktikum























Lampiran 2. Jenis-jenis plankton yang ditemukan


                   
Ceratoneis arcus                                                          Melosira islandica
                   
Diatoma maximum                                                     Aphanothece falida
                
Closterium libellula                                                     Gonatozygon sp
                
Netrium sp                                                                   Pennium spirostriolanum
               
Staurastrum sp                                                            Hydrocoryne sp
               
Dactylococopsis fascularis                                          Tolypothrix byssoidea
Tribonema affine

No comments:

Post a Comment

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laatar Belakang Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk pengg...