I. PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Penyakit pada ikan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai dalam
usaha budidaya ikan. Di Indonesia telah diketahui ada beberapa jenis ikan
air tawar, dan diantaranya sering menimbulkan wabah penyakit serta menyebabkan kegagalan
dalam usaha budidaya ikan (Irawan, 2004).
Serangan penyakit dan gangguan hama dapat menyebabkan pertumbuhanikan menjadi lambat (kekerdilan), padat tebar sangat rendah, konveri pakan menjadi
tinggi, periode pemeliharaan lebih lama, yang berarti meningkatnya
biaya produksi. Dan pada tahap tertentu, serangan penyakit dan
gangguan hama tidak hanya menyebabkan menurunnya hasil panen (produksi),
tetapi pada tahap yanglebih jauh dapat menyebabkan kegagalan panen (Kordi,
2004).
Secara umum penyakit dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi
dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti
parasit, jamur, bakteri, dan virus dan penyakit non infeksi disebabkan oleh
faktor non hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan penanganan (Afrianto
dan Liviawaty, 2003).
Parasit didefenisikan sebagai organisme yang hidupnya menumpang pada
permukaan atau dalam tubuh organisme lain yang disebut inang (host), mempunyai
sifat merugikan inangnya. Jadi dalam hidupnya golongan parasit membutuhkan
inang sebagai habitat atau tempat hidupnya (Levine dalam Maryanto, 1996).
Kemajuan teknologi budidaya perikanan pada satu sisi dapat meningkatkan
produksi sektor perikanan. Namun disisi
lain dengan padat tebar yang tinggi serta pemberian pakan yang berlebihan,
menyebabkan pergeseran keseimbangan antara lingkungan, ikan yang dipelihara dan
patogen penyebab penyakit. Pergeseran keseimbangan ini menyebabkan stres pada
ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimiliki menjadi lemah dan
akhirnya terserang penyakit.
Menurut
Plumb (1994), lingkunngan perairan mengandung banyak sekali spesies bakteri,
kebanyakan dari bakteri ini bermanfaat untuk keseimbangan alam dan tidak
berakibat buruk bagi ikan. Namun demikian, sekitar 60 hingga 70 spesies bakteri
mampu menimbulkan penyakit pada hewan air dan jarang sekali ikan yang terinfeksi
bakteri ini juga menyebabkan infeksi pada manusia.
Lingkungan
perairan, khususnya perairan budidaya dan eutrophik, menyediakan habitat alami
bagi pertumbuhan dan proliferasi bakteri karena tersedianya nutrien-memproduksi
bahan organik yang meningkatkan pertumbuhan bakteri. Beberapa bakteri akan
tumbuh dan berkembang pesat jika terdapat bahan organik sebagai sumber nutrien,
sementara yang lainnya lebih bersifat memilih makanannya dan mampu bertahan
hidup dilingkungan dengan cara menempel di inangnya. Selain itu juga, salinitas
air, atau media kultur, berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan
beberapa bakteri.
Sebagian
besar penyakit bakteri pada ikan ditimbulkan secara langsung dari stressor
lingkungan seperti kualitas air, handling, atau parasit nonlethal. Kebanyakan
infeksi bakteri adalah bersifat “secondary” bahkan pathogen obligat pun
demikian pula. Ikan pembawa bakteri (carrier) obligat (ex. A.salmonicida) tidak
menimbulkan efek negatif dengan hadirnya bakteri tersebut sampai respon stress
ikan mencapai titik puncak imunitas dan resitensinya, meyebabkan infeksi fase
dorman menjadi aktif, melemahkan, dan timbul infeksi klinis. Saat organisme
bakteri fakultatif menimbulkan penyakit, seringnya diklasifikasikan sebagai
“secondary” dan tidak dianggap sebagai penyebab serius penyakit, namun hal ini
tidak sepenuhnya benar. Infeksi sekunder sering menyesatkan karena sebenarnya
banyak bakteri fakultatif adalah penyebab utama kematian ikan dan harus
ditangani segera dengan benar.
1. 2. Tujuan dan manfaat
1.
Tujuan dan manfaat dari praktikum Identifikasi Ektoparasit Dan Endoparasit
adalah mendiagnosa jenis-jenisbendoparasit
dan ektoparasit yang menginfeksi ikan serta organ-organ yang terinfeksi.
2. Tujuan dan manfaat dari praktikum teknik pengawetan
spesimen parasit ikan adalah mempelajari teknik pengawetan spesimen parasit dan
pembuatan preparat permanen untuk tujuan identifikasi.
3. Tujuan dan manfaat dari praktikum siklus hidup
digenea adalah untuk mempraktekkan salah satu fase dalam siklus hidup parasit digenea.
4. Tujuan dan manfaat dari praktikum pengamatan
terhadap ikan yang keracunan bahan polutan adalah melihat gejala klinis pada
ikan yang disebabkan oleh adanya bahan polutan diperairan.
5. Tujuan dari praktikum pengamatan bakteri adalah agar
mahasiswa dapat mengenal bentuk-bentuk bakteri , setelah melakukan pewarnaan
gram.
6. Tujuan dan manfaat dari praktikum pewarnaan dan
pembuatan preparat parasit darah adalah untuk mempraktekkan cara pembuatan
sampel darah dan pewarnaan parasit pada darah terutama golongan flagellata.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Parasit
adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun lendir
inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut. Dengan kata lain parasit
hidup dari pengorbanan inangnya. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa,
cacing, bakteri, virus, dan jamur. Manfaat yang diambil parasit terutama adalah
zat makanan dari inangnya.
Bakteri
yang menyebabkan masalah penyakit pada ikan adalah bakteri batang/rod gram
negatif, namun beberapa pathogen adalah bakteri rod gram positif atau
cocci. Terdapat dua tipe dasar bakteri yang menyebabkan masalah pada ikan
: 1) pathogen obligat, dan 2) pathogen fakultatif. Bakteri yang bersifat
obligate sangat jarang ditemui yaitu bakteri yang tidak mampu hidup tanpa
menempel pada inang, contohnya adalah Renibacterium salmoninarum, penyebab
penyakit ginjal, dan Mycobacterium. Bakteri fakultatif mampu bertahan hiudp di
air, namun pada kondisi tertentu, saat lingkungan menyebabkan stress, bakteri
ini memyebabkan infeksi penyakit pada ikan. Aeromonas hydrophila, adalah satu
contoh dari jenis bakteri ini yang sering ditemukan.
Gejal
klinis yang umum ditemui dari infeksi bakteri adalah hilangnya nafsu makan,
tingkah laku dan berenang tidak tentu dan lemah, lendir yang berlebihan pada
insang dan kulit, nekrosis pada integumen, sirip geripis, cairan darah terdapat
di rongga abdominal, dan internal organ mengalami hemorrhagic dan bengkak.
Insang menjadi pucat, bengkak, atau mengalami nekrosis.
Menurut Kottelat et al (1993), mengklasifikasikan ikan mas kedalam filum chordata, klas
pises, subklas teleostei, subordo cyprinoidea, famili cyprinidae, genus
cyprinus, spesies Cyprinus carpio.
Ikan
sepat siam merupakan ikan yang memiliki habitat di perairan tawar. Ikan
sepat siam adalah ikan yang termasuk dalam Ordo Anabantoidea, family belontiidae,
genus trichogaster, dan spesies Trichogaster pectoralis (Djuhanda,1981).
Menurut Bleeker, 1852,
klasifikasi ikan sepat mutiara adalah kerajaan animalia, filum chordata, kelas actinopterygii,
ordo perciformes, famili osphronemidae, genus : trichogaster dan spesies trichogaster
leeri
(Susanto,1987) Ikan gurami
memiliki bentuk tubuh pipih dan lebar dimana tinggi badannya lebih dari
setengah kali panjang tubuh, sirip punggung panjang, terdiri dari 12-13
jari-jari lemah, sirip dubur terdiri dari 9-11 jari-jari keras dan 9-21
jari-jari lemah, sirip perut satu jari-jari keras dan dua diantara jari-jari
lemahnya memanjang seperti benang yang berfungsi sebagai alat peraba, sirip
dada terdiri dari 2 jari-jari keras yang kecil dan 13-14 jari-jari lemah. Gurat
sisi sempurna mulai dari pangkal kepala sampai kepangkal ekor yang terdiri dari
30-33 keping sisik.
Handjani dan Samsundari (2005), penyakit merupakan suatu keadaan dimana
organisme tidak dapat mempertahankan keadaan normal karena adanya gangguan
fungsi fisiologi yang dapat disebabkan oleh organisme patogen maupun faktor
lainnya. Dengan demikian timbulnya serangan penyakit pada ikan dapat disebabkan
oleh organisme lain, pakan maupun keadaan lingkungan.
Lingga dan Susanto (1987), menyatakan penyakit parasiter adalah penyakit
yang disebabkan oleh adanya parasit yang menyerang pada badan ikan, insang,
lendir maupun dalam tubuh ikan itu sendiri. Parasit ini dapat berupa protozoa,
cacing, udang renik, jamur, bakteri dan virus. Lokasi penyerangan berbeda-beda,
kadang didalam tubuh namun tidak jarang diluar (kulit, insang dan sirip).
Taufik (1984), menyatakan bahwa penyakit ikan terjadi sebagai interaksi
antara ikan dengan lingkungan. Hal-hal yang mempengaruhi berkembangnya penyakit
berkembangnya penyakit adalah gangguan lingkungan, jenis, perubahan musim,
fluktuasi suhu yang tinggi dan cara penanganan yang salah dapat mengakibatkan
ikan menjadi stres, luka atau kerusakan pada tubuhnya.
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan tempat
Praktikum
Parasit dan Penyakit Ikan ini dilaksanakan pada hari kamis mulai tanggal 22 Oktober, 29 Oktober, 5 November, 12 November, 19 November, 26 November, dan 3 Desember 2011 pukul 13.00 – 15.00 WIB. Yang bertempat di Laboratorium
Parasit Dan Penyakit
Ikan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Riau.
3.2. Alat Dan Bahan
3.2.1. Metode dasar dalam identifikasi ektoparasit dan endoparasit
Adapun bahan yang digunakan yaitu ikan Ikan gurami (Osphronemus gouramy),
ikan sepat rawa (Trichogaster pectoralis), dan ikan sepat
mutiara Sepat mutiara (Trichogaster leeri) yang masih hidup serta lauran aquades, sedangkan alat yang digunakan yaitu
mikroskop, gunting bedah, pinset, slide glass, mistar ukur, cover glass dan
alat tulis.
3.2.2. Teknik pengawetan spesimen parasit
Adapun bahan yang digunakan yaitu ikan mas Ikan gurami (Osphronemus gouramy) yang masih hidup berukuran besar, aquades,
dan safranin. Sedangkan alat yang digunakan yaitu petri disk, slide glass, pipet
tetes, cover glass dan alat tulis.
3.2.3. Pengamatan terhadap siklus digenea
Adapun bahan yang digunakan yaitu siput, aquades.
Sedangkan alat yang digunakan yaitu lampu, slide glass, cover glass, cawan
petri, dan pipet paestur.
3.2.4. Pengamatan terhadap ikan yang keracunan bahan
polutan
Adapun bahan yang digunakan yaitu ikan patin (Pangasius pangasius) ukuran 5-10 cm,
deterjen bubuk, bayclin, minyak jelantah dan oli. Sedangkan alat yang digunakan
yaitu wadah stoples volume 5-10 liter, stopwatch, gunting bedah, pinset dan
alat tulis.
3.2.5. Pengamatan terhadap bakteri
Adapun bahan yang digunakan yaitu ikan Aeromonas sp, aquades, alcohol absolute,
minyak emersi, kristal violet, lugol dan safranin. Sedangkan alat yang
digunakan yaitu jarum ase, kaca objek, mikroskop, lampu bunsen, pipet tetes.
3.2.6. Pewarnaan dan pembuatan preparat parasit darah
Adapun bahan yang digunakan yaitu ikan mas (Cyprinus carpio) dan yang masih hidup
berukuran besar, larutan natrium citrate 3,8%, alkohol absolute dan larutan
giemsa. Sedangkan alat yang digunakan yaitu jarum suntik, slide glass, cover
glass dan alat tulis.
3.3. Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan pada praktikum ini adalah metode langsung dimana
objek diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan.
3.4. Prosedur Pratikum
3.4.1. Metode dasar dalam identifikasi ektoparasit dan endoparasit
1.
Ikan
yang sakit dimasukkan kedalam wadah
2.
Ambil
satu ekor ikan dan ambil lendir dibagian sisik ikan kemudian letakkan di diatas
slide glass dan amati jenis bakterinya dibawah mikroskop
3.
Kemudian
ambil insangnya dan letakkan diatas slide glass dan amati jenis bakterinya
dibawah mikroskop
4.
Bedah
ikan tersebut dan ambil ginjalnya kemudian amati bakteri dibawah mikroskop
5.
Gambar
jenis-jenis bakteri yang didapat dalam kertas gambar
3.4.2. Pengawetan spesimen parasit
1.
Ikan
diambil dari tempatnya lalu diambil lendirnya dari bagian atas kebawah
2.
Liat
diabgian insang sisik dan daerah luar ikan dan amati dibawah mikroskop
3.
Bedah
ikannya dan liat dibagian ususnya
4.
Lalu
amati dan gambar parasit apa yang didapatkan
3.4.3. Pengamatan siklus hidup digenea
1.
Ambil
siput dari lokasi-lokasi peternakan ikan
2.
Pindahkan
beberapa siput pada cawan petri, lalu dipenuhi dengan air
3.
Tutup
cawan petri tanpa ada gelembung udara. Jika terbentuk gelembung udara, ulangi
lagi mengisi cawan petri dengan aquades
4.
Sinari
cawan petri yang berisi siput tersebut dengan cahaya atau lampu kuat.
5.
Amati
cercaria yang dikeluarkan dari siput, lalu pindahkan pada slide glass tutup
dengan cover glass
6.
Amati
dibawah mikroskop majemuk dan gambar larva cercaria tersebut
3.4.4. Pengamatan terhadap ikan yang keracunan bahan polutan
1.
Siapkan
wadah kemudian isi wadah dengan air
2.
Larutkan
bahan pencemar, aduk sampai homogen
3.
Masukkan
ikan
4.
Amati
tingkah laku ikan,mucus dan bukaan mulutnya selama lebih kurang 30 menit
5.
Ikan
yang sudah mati kemudian dibedah dan diamati warna jantung, insang, hati dan
ginjalnya
6.
Catat
di kertas gambar hasil yang diperoleh
3.4.5. Pengamatan terhadap bakteri
1.
Ambil
satu kolom bakteri dengan jarum ose, letakkan diatas kaca objek, teteskan
sedikit akuades lalu buat preparat ulas, kemudian kering anginkan selanjutnya
dilewatkan diatas api lampu bunsen 3 kali, tujuan untuk fiksasi
2.
Genangi
dengan zat warna kristal violet 1-2 menit
3.
Buang
kelebihan warna dengan cara memberi larutan lugol selama 1 menit
4.
Cuci
dengan alkohol absolute beberapa detik, bilas dengan air kran mengalir
5.
Genangi
dengan safranin selama 2-3 menit lalu cuci dengan air kran mengalir
6.
Amati
dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 × 100 (teteskan minyak emersi ke
preparat)
7.
Gambar
bentuk-bentuk bakteri dan apa warnanya
3.4.6. Pewarnaan dan pembuatan preparat parasit darah
1.
Ambil
darah dari ikan mas dengan menggunakan jarum suntik. Penggumpalan darah dapat
dihindari dengan menggunakan larutan natrium citrate 3,8% atau heparin
2.
Letakkan
setetes darah pada salah satu ujung slide glass yang tidak berminyak
3.
Tempelkan
salah satu ujung slide glass yang lain pada slide glass yang mengandung darah,
lalu geser kearah menjauhi darah untuk menciptakan lapisan tipis darah
4.
Biarkan
kering udara lapisan spesimen darah tersebut
5.
Warnai
dengan larutan giemsa dan biarkan kering
6.
Amati
dan gambar parasit darah dibawah mikroskop
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Selama
praktikum parasit dan penyakit ikan, mendapatkan hasil praktikum sebagai
berikut:
4.1.1. Metode dasar dalam identifikasi ektoparasit
dan endoparasit
Gambar 1. Camallanus lacustris
Gambar 2. Ichthyophthirius
multifiliis
Gambar 3. Dactylogyrus sp
4.1.2. Teknik pengawetan
spesimen parasit
Gambar 4. Ichthyophthirius multifilii
4.1.3. Pengamatan Siklus hidup parasit digenea
Gambar 8. Siput
Gambar 9. Cercaria
4.1.4. Pengamatan terhadap ikan yang keracunan bahan polutan
Bahan polutan :
bayclin, deterjen dan rondap/
Dosis :
dikondisionalkan
Menit ke 1 :
157 bukaan operculumnya
Ikannya keliatan stress dan megap-megap, pergerakan
liar dan tubuhnya memucat.
Tabel
1. Pengamatan perbandingan terhadap ikan yang keracunan
Pengamatan
|
Insang
|
Jantung
|
Mukus
|
||||||
Polutan:
Bayclin
Deterjen
Rondap
|
|
|
|
||||||
Tidak
polutan (kokntol)
|
tidak
terdapat bintik hitam
|
merah
tua
|
Tidak ada
|
4.1.5. Pengamatan bakteri
Gambar 10. Aeromonas sp gram negatif
|
Eritosit =
|
Peripheal parasit darah :
Gambar 7. Darah
4.2.
Pembahasan
Kusumah dalam Mairita (1999),
menyatakan serangan patogen pada ikan dikenal dengan ektoparasit dan endoparasit.
Ektoparasit yaitu parasit yang hidup pada tubuh bagian luar organisme yang
ditumpanginya. Sedangkan endoparasit yaitu parasit yang hidup pada organ tubuh
bagian dalam suatu organisme yang ditumpanginya.
Penyakit Ichthyophthiriosis
menyebabkan kematian masal baik pada ikan stadia larva, ikan kecil maupun ikan
dewasa. Larva dan ikan kecil adalah stadia yang paling rentan. Kematian masal
terjadi secara bertahap, dan kurang dari satu minggu lebih
dari 70% ikan akan mati.
Penyakit Ichthyophthiriosis memiliki tanda klinis
yang khas, yaitu adanya bercak putih pada permukaan kulit dan insang dari ikan
yang terinfeksi. Penetrasi parasit ke dalam jaringan kulit ikan menyebabkan
perubahan pada jaringan integument, yaitu terbentuknya rongga di sekitar
parasit, ephitelial sel rusak, pembuluh darah di daerah
infeksi pecah dan jaringan akan diselimuti oleh sel darah.
Dana dan angka (1990), menyatakan bahwa serangan Dactylogyrus sp sering dijumpai pada
insang, kulit dan sirip. Penularan dari organisme ini melalui pergesekan tubuh
pada fase infektif (fase berenang
bebas).
Afrianto dan liviawaty (1994), ikan yang terserang
gyrodactylus sp ini biasanya akan menjadi kurus dan kulitnya tidak kelihatan
bening lagi, sirip ekor sering rontok dan tutup insang tidak dapat menutup
dengan sering terlihat menggosok-gosok badannya dengan sengaja kedasar kolam
atau benda keras lainnya.
Sutriawati (1997), menyatakan bahwa gejala
penyakit yang dapat ditimbulkan oleh dactylogyrus sp dan gyrodactilus sp adalah
insang dan kulit menjadi rusak, luka dan terjadi pendarahan. Pernapasan
terganggu, kulit ikan berlendir banyak dan warna pucat, ikan lemas dan tidak
suka bergerak serta siripnya menguncup.
Camallanus lacustris merupakan parasit air tawar yang umum yang
bersifat kosmopolit untuk menginfeksi ikan berbeda-beda untuk setiap inangnya
yang menununjukkan spesifikasi yang luas (Grabda, 1991)
Menurut Paperna (1995), digenia mempunyai siklus hidup
tidak langsung dan fase dewasanya bersifat parasitik pada vertebrata. Selain
itu, ikan juga dapat diinfeksi oleh fase larva, metaserkaria. Infeksi
metaserkaria merupakan sumber utama penyakit.
Pengamatan terhadap ikan patin yang diberikan bahan
polutan seperti bayclin, deterjen dan rondap memiliki indikasi seperti ikan
akan megap-megap, pergerakan yang agresif dengan bergerak kepermukaan perairan
untuk mencoba menagbil oksigen dari luar sehingga pergerakan operculum sangat
cepat, perlahan-lahan ikan menjadi kejang-kejang kemudian beberapa menit
kemudian terjadinya mortalitas.
Bakteri aeromonas Sp
yang diamati memiliki bentuk yang bulat, tepi yang rata dan memiliki diameter
0,2 cm (uji fisika). Pada uji pewarnaan gram bakteri memberikan hasil bakteri
berwarna merah sehingga dapat disimpulkan bakteri gram negatif. Sedangkan pada uji
KOH 3% yang berdasarkan 1 koloni bakteri memberikan hasil yang cair/tidak
mengental maka ditandai bakteri ini bersifar gram negatif.
Uji sampel darah pada ikan mas memiliki eritrosit yang
melebihi batas normal yang dapat dikatakan ikan mengalami penyakit hipermia,
terhadap leukosit juga melebihi batas normal ditandai bahwa selama kehidupan
ikan mengalami stress.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Serangan patogen pada ikan dikenal dengan ektoparasit dan endoparasit.
Ektoparasit yaitu parasit yang hidup pada tubuh bagian luar organisme yang
ditumpanginya. Sedangkan endoparasit yaitu parasit yang hidup pada organ tubuh
Penyakit merupakan suatu keadaan dimana organisme tidak dapat
mempertahankan keadaan normal karena adanya gangguan fungsi fisiologi yang
dapat disebabkan oleh organisme patogen maupun faktor lainnya. Dengan demikian
timbulnya serangan penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh organisme lain,
pakan maupun keadaan lingkungan.
5.2. Saran
Untuk mendapatkan hasil yang baik sebaiknya kerjasama
sesama praktikan bisa berjalan dengan lancar. Dan juga diharapkan kepada
asisten agar tetap menegakkan disiplin bagi praktikan yang tidak serius selama praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan
Liviawaty. 2003. Pengendalian hama dan penyakit ikan. Penerbit
kanisius. Yogyakarta
Dana. D dan S.
L. Angka. 1990. ‘Masalah Penyakit Dan Bakteri Pada Ikan Air Tawar Serta Cara
Penanggulangannya’. Makalah Pada Seminar Nasional II Penyakit Ikan Dan Udang.
Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Bogor. 121 hal
Djuhanda, T. 1981. Dunia ikan. Armico
Bandung. 190 halaman.
Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology, an Outline.
Polish Scientific Publisher. Poland, p: 3-22; 29-31
Susanto, H. 1987. Budaya Ikan di Pekarangan., Penerbit
Penebar Swadaya., Jakarta.
Sutriawati, H.
1997. ‘Identifikasi Dan Pengendalian Parasit Pada Ikan Mas Di Balai Budidaya
Air Tawar Sukabumi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Bogor. 32 hal
Irawan .2004. Budidaya Ikan Ait Tawar. Ikan Gurame, Ikan Nila. Kanisius. Yogyakrta.
Kordi
.2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. C.V. Aneka. Solo.
Kusumamihardja S. 1989. Diktat
Parasitologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Yanong RPE. 2002. Nematode (Roundworm)
Infection in Fish. Sirkular 911:33570-3434.
Kottelat, M., A. J, Whitten, S. N. Kartika Sari dan
Wirjoatmojo. 1993. ‘Ikan Air
Tawar Tawarv Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi’. Jakarta . 293 hal.
Lingga, P dan H.
Susanto. 1987. ‘Ikan Hias Air Tawar’. Penebar Swadaya. Jakarta. 236 hal.
Mairita, H.
1999. ‘Ektoparasit Pada Ikan Jelawat (Leptobarbus haevenii Bleker) Yang
Dipelihara Dalam Kolam Kelurahan Langgini Kec. Bangkinang Kab. Kampar Prov.
Riau’. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Pekanbaru. 48 hal (Tidak diterbitkan)
Paperna, I. 1995. Digenea (Phylum Platyhelminthes). In Woo, P. T. K. (Ed). Fish Disease and
Disorders. Volume 1. Protozoa and Metazoa Infections. University Press.
Cambridge. P: 329.
LAMPIRAN
No comments:
Post a Comment