Tuesday, 1 January 2013

LAPORAN PARASIT DAN PENYAKIT IKAN


I. PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang
Penyakit pada ikan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai dalam usaha budidaya ikan. Di Indonesia telah diketahui ada beberapa jenis ikan air tawar, dan diantaranya sering menimbulkan wabah penyakit serta menyebabkan kegagalan dalam usaha budidaya ikan (Irawan, 2004).
Serangan penyakit dan gangguan hama dapat menyebabkan pertumbuhanikan menjadi lambat (kekerdilan), padat tebar sangat rendah, konveri pakan menjadi tinggi, periode pemeliharaan lebih lama, yang berarti meningkatnya biaya produksi. Dan pada tahap tertentu, serangan penyakit dan gangguan hama tidak hanya menyebabkan menurunnya hasil panen (produksi), tetapi pada tahap yanglebih jauh dapat menyebabkan kegagalan panen (Kordi, 2004).
Secara umum penyakit dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan penanganan (Afrianto dan Liviawaty, 2003).
Parasit didefenisikan sebagai organisme yang hidupnya menumpang pada permukaan atau dalam tubuh organisme lain yang disebut inang (host), mempunyai sifat merugikan inangnya. Jadi dalam hidupnya golongan parasit membutuhkan inang sebagai habitat atau tempat hidupnya (Levine dalam Maryanto, 1996).
Kemajuan teknologi budidaya perikanan pada satu sisi dapat meningkatkan produksi sektor  perikanan. Namun disisi lain dengan padat tebar yang tinggi serta pemberian pakan yang berlebihan, menyebabkan pergeseran keseimbangan antara lingkungan, ikan yang dipelihara dan patogen penyebab penyakit. Pergeseran keseimbangan ini menyebabkan stres pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimiliki menjadi lemah dan akhirnya terserang penyakit.
Menurut Plumb (1994), lingkunngan perairan mengandung banyak sekali spesies bakteri, kebanyakan dari bakteri ini bermanfaat untuk keseimbangan alam dan tidak berakibat buruk bagi ikan. Namun demikian, sekitar 60 hingga 70 spesies bakteri mampu menimbulkan penyakit pada hewan air dan jarang sekali ikan yang terinfeksi bakteri ini juga menyebabkan infeksi pada manusia.
Lingkungan perairan, khususnya perairan budidaya dan eutrophik, menyediakan habitat alami bagi pertumbuhan dan proliferasi bakteri karena tersedianya nutrien-memproduksi bahan organik yang meningkatkan pertumbuhan bakteri. Beberapa bakteri akan tumbuh dan berkembang pesat jika terdapat bahan organik sebagai sumber nutrien, sementara yang lainnya lebih bersifat memilih makanannya dan mampu bertahan hidup dilingkungan dengan cara menempel di inangnya. Selain itu juga, salinitas air, atau media kultur, berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan beberapa bakteri.
Sebagian besar penyakit bakteri pada ikan ditimbulkan secara langsung dari stressor lingkungan seperti kualitas air, handling, atau parasit nonlethal. Kebanyakan infeksi bakteri adalah bersifat “secondary” bahkan pathogen obligat pun demikian pula. Ikan pembawa bakteri (carrier) obligat (ex. A.salmonicida) tidak menimbulkan efek negatif dengan hadirnya bakteri tersebut sampai respon stress ikan mencapai titik puncak imunitas dan resitensinya, meyebabkan infeksi fase dorman menjadi aktif, melemahkan, dan timbul infeksi klinis. Saat organisme bakteri fakultatif menimbulkan penyakit, seringnya diklasifikasikan sebagai “secondary” dan tidak dianggap sebagai penyebab serius penyakit, namun hal ini tidak sepenuhnya benar. Infeksi sekunder sering menyesatkan karena sebenarnya banyak bakteri fakultatif adalah penyebab utama kematian ikan dan harus ditangani segera dengan benar. 

1. 2. Tujuan dan manfaat
1.      Tujuan dan manfaat dari praktikum  Identifikasi Ektoparasit Dan Endoparasit adalah mendiagnosa jenis-jenisbendoparasit dan ektoparasit yang menginfeksi ikan serta organ-organ yang terinfeksi.
2.      Tujuan dan manfaat dari praktikum teknik pengawetan spesimen parasit ikan adalah mempelajari teknik pengawetan spesimen parasit dan pembuatan preparat permanen untuk tujuan identifikasi.
3.      Tujuan dan manfaat dari praktikum siklus hidup digenea adalah untuk mempraktekkan salah satu fase dalam siklus hidup parasit digenea.
4.      Tujuan dan manfaat dari praktikum pengamatan terhadap ikan yang keracunan bahan polutan adalah melihat gejala klinis pada ikan yang disebabkan oleh adanya bahan polutan diperairan.
5.      Tujuan dari praktikum pengamatan bakteri adalah agar mahasiswa dapat mengenal bentuk-bentuk bakteri , setelah melakukan pewarnaan gram.
6.      Tujuan dan manfaat dari praktikum pewarnaan dan pembuatan preparat parasit darah adalah untuk mempraktekkan cara pembuatan sampel darah dan pewarnaan parasit pada darah terutama golongan flagellata.

















II. TINJAUAN PUSTAKA

Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut. Dengan kata lain parasit hidup dari pengorbanan inangnya. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri, virus, dan jamur. Manfaat yang diambil parasit terutama adalah zat makanan dari inangnya.
Bakteri yang menyebabkan masalah penyakit pada ikan adalah bakteri batang/rod gram negatif, namun beberapa pathogen adalah bakteri rod gram positif atau cocci.  Terdapat dua tipe dasar bakteri yang menyebabkan masalah pada ikan : 1) pathogen obligat, dan 2) pathogen fakultatif. Bakteri yang bersifat obligate sangat jarang ditemui yaitu bakteri yang tidak mampu hidup tanpa menempel pada inang, contohnya adalah Renibacterium salmoninarum, penyebab penyakit ginjal, dan Mycobacterium. Bakteri fakultatif mampu bertahan hiudp di air, namun pada kondisi tertentu, saat lingkungan menyebabkan stress, bakteri ini memyebabkan infeksi penyakit pada ikan. Aeromonas hydrophila, adalah satu contoh dari jenis bakteri ini yang sering ditemukan. 
Gejal klinis yang umum ditemui dari infeksi bakteri adalah hilangnya nafsu makan, tingkah laku dan berenang tidak tentu dan lemah, lendir yang berlebihan pada insang dan kulit, nekrosis pada integumen, sirip geripis, cairan darah terdapat di rongga abdominal, dan internal organ mengalami hemorrhagic dan bengkak. Insang menjadi pucat, bengkak, atau mengalami nekrosis.  
Menurut Kottelat et al (1993), mengklasifikasikan ikan mas kedalam filum chordata, klas pises, subklas teleostei, subordo cyprinoidea, famili cyprinidae, genus cyprinus, spesies Cyprinus carpio.
Ikan sepat siam merupakan ikan yang memiliki habitat di perairan tawar. Ikan sepat siam adalah ikan yang termasuk dalam Ordo Anabantoidea, family belontiidae, genus trichogaster, dan spesies Trichogaster pectoralis (Djuhanda,1981).
Menurut Bleeker, 1852, klasifikasi ikan sepat mutiara adalah kerajaan animalia, filum chordata, kelas actinopterygii, ordo perciformes, famili osphronemidae, genus : trichogaster dan spesies trichogaster leeri
 (Susanto,1987) Ikan gurami memiliki bentuk tubuh pipih dan lebar dimana tinggi badannya lebih dari setengah kali panjang tubuh, sirip punggung panjang, terdiri dari 12-13 jari-jari lemah, sirip dubur terdiri dari 9-11 jari-jari keras dan 9-21 jari-jari lemah, sirip perut satu jari-jari keras dan dua diantara jari-jari lemahnya memanjang seperti benang yang berfungsi sebagai alat peraba, sirip dada terdiri dari 2 jari-jari keras yang kecil dan 13-14 jari-jari lemah. Gurat sisi sempurna mulai dari pangkal kepala sampai kepangkal ekor yang terdiri dari 30-33 keping sisik.
Handjani dan Samsundari (2005), penyakit merupakan suatu keadaan dimana organisme tidak dapat mempertahankan keadaan normal karena adanya gangguan fungsi fisiologi yang dapat disebabkan oleh organisme patogen maupun faktor lainnya. Dengan demikian timbulnya serangan penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun keadaan lingkungan.
Lingga dan Susanto (1987), menyatakan penyakit parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya parasit yang menyerang pada badan ikan, insang, lendir maupun dalam tubuh ikan itu sendiri. Parasit ini dapat berupa protozoa, cacing, udang renik, jamur, bakteri dan virus. Lokasi penyerangan berbeda-beda, kadang didalam tubuh namun tidak jarang diluar (kulit, insang dan sirip).
Taufik (1984), menyatakan bahwa penyakit ikan terjadi sebagai interaksi antara ikan dengan lingkungan. Hal-hal yang mempengaruhi berkembangnya penyakit berkembangnya penyakit adalah gangguan lingkungan, jenis, perubahan musim, fluktuasi suhu yang tinggi dan cara penanganan yang salah dapat mengakibatkan ikan menjadi stres, luka atau kerusakan pada tubuhnya.














III. BAHAN DAN METODE


3.1. Waktu dan tempat
        Praktikum Parasit dan Penyakit Ikan ini dilaksanakan pada hari kamis mulai tanggal 22 Oktober, 29 Oktober, 5 November, 12 November, 19 November, 26 November, dan 3 Desember 2011 pukul 13.00 – 15.00 WIB. Yang bertempat di Laboratorium  Parasit Dan Penyakit Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2. Alat Dan Bahan
3.2.1. Metode dasar dalam identifikasi ektoparasit dan endoparasit
Adapun bahan yang digunakan yaitu ikan Ikan gurami (Osphronemus gouramy), ikan sepat rawa (Trichogaster pectoralis), dan ikan sepat mutiara  Sepat mutiara (Trichogaster leeri yang masih hidup serta lauran aquades, sedangkan alat yang digunakan yaitu mikroskop, gunting bedah, pinset, slide glass, mistar ukur, cover glass dan alat tulis.
3.2.2. Teknik pengawetan spesimen parasit
Adapun bahan yang digunakan yaitu ikan mas Ikan gurami (Osphronemus gouramy) yang masih hidup berukuran besar, aquades, dan safranin. Sedangkan alat yang digunakan yaitu petri disk, slide glass, pipet tetes, cover glass dan alat tulis.
3.2.3. Pengamatan terhadap siklus digenea
Adapun bahan yang digunakan yaitu siput, aquades. Sedangkan alat yang digunakan yaitu lampu, slide glass, cover glass, cawan petri, dan pipet paestur.

3.2.4. Pengamatan terhadap ikan yang keracunan bahan polutan
Adapun bahan yang digunakan yaitu ikan patin (Pangasius pangasius) ukuran 5-10 cm, deterjen bubuk, bayclin, minyak jelantah dan oli. Sedangkan alat yang digunakan yaitu wadah stoples volume 5-10 liter, stopwatch, gunting bedah, pinset dan alat tulis.
3.2.5. Pengamatan terhadap bakteri
Adapun bahan yang digunakan yaitu ikan Aeromonas sp, aquades, alcohol absolute, minyak emersi, kristal violet, lugol dan safranin. Sedangkan alat yang digunakan yaitu jarum ase, kaca objek, mikroskop, lampu bunsen, pipet tetes.
3.2.6. Pewarnaan dan pembuatan preparat parasit darah
Adapun bahan yang digunakan yaitu ikan mas (Cyprinus carpio) dan yang masih hidup berukuran besar, larutan natrium citrate 3,8%, alkohol absolute dan larutan giemsa. Sedangkan alat yang digunakan yaitu jarum suntik, slide glass, cover glass dan alat tulis.

3.3. Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan pada praktikum ini adalah metode langsung dimana objek diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan.

3.4. Prosedur Pratikum
3.4.1. Metode dasar dalam identifikasi ektoparasit dan endoparasit
1.      Ikan yang sakit dimasukkan kedalam wadah
2.      Ambil satu ekor ikan dan ambil lendir dibagian sisik ikan kemudian letakkan di diatas slide glass dan amati jenis bakterinya dibawah mikroskop
3.      Kemudian ambil insangnya dan letakkan diatas slide glass dan amati jenis bakterinya dibawah mikroskop
4.      Bedah ikan tersebut dan ambil ginjalnya kemudian amati bakteri dibawah mikroskop
5.      Gambar jenis-jenis bakteri yang didapat dalam kertas gambar
3.4.2. Pengawetan spesimen parasit
1.      Ikan diambil dari tempatnya lalu diambil lendirnya dari bagian atas kebawah
2.      Liat diabgian insang sisik dan daerah luar ikan dan amati dibawah mikroskop
3.      Bedah ikannya dan liat dibagian ususnya
4.      Lalu amati dan gambar parasit apa yang didapatkan
3.4.3. Pengamatan siklus hidup digenea
1.      Ambil siput dari lokasi-lokasi peternakan ikan
2.      Pindahkan beberapa siput pada cawan petri, lalu dipenuhi dengan air
3.      Tutup cawan petri tanpa ada gelembung udara. Jika terbentuk gelembung udara, ulangi lagi mengisi cawan petri dengan aquades
4.      Sinari cawan petri yang berisi siput tersebut dengan cahaya atau lampu kuat.
5.      Amati cercaria yang dikeluarkan dari siput, lalu pindahkan pada slide glass tutup dengan cover glass
6.      Amati dibawah mikroskop majemuk dan gambar larva cercaria tersebut
3.4.4. Pengamatan terhadap ikan yang keracunan bahan polutan
1.      Siapkan wadah kemudian isi wadah dengan air
2.      Larutkan bahan pencemar, aduk sampai homogen
3.      Masukkan ikan
4.      Amati tingkah laku ikan,mucus dan bukaan mulutnya selama lebih kurang 30 menit
5.      Ikan yang sudah mati kemudian dibedah dan diamati warna jantung, insang, hati dan ginjalnya
6.      Catat di kertas gambar hasil yang diperoleh
3.4.5. Pengamatan terhadap bakteri
1.      Ambil satu kolom bakteri dengan jarum ose, letakkan diatas kaca objek, teteskan sedikit akuades lalu buat preparat ulas, kemudian kering anginkan selanjutnya dilewatkan diatas api lampu bunsen 3 kali, tujuan untuk fiksasi
2.      Genangi dengan zat warna kristal violet 1-2 menit
3.      Buang kelebihan warna dengan cara memberi larutan lugol selama 1 menit
4.      Cuci dengan alkohol absolute beberapa detik, bilas dengan air kran mengalir
5.      Genangi dengan safranin selama 2-3 menit lalu cuci dengan air kran mengalir
6.      Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 × 100 (teteskan minyak emersi ke preparat)
7.      Gambar bentuk-bentuk bakteri dan apa warnanya
3.4.6. Pewarnaan dan pembuatan preparat parasit darah
1.      Ambil darah dari ikan mas dengan menggunakan jarum suntik. Penggumpalan darah dapat dihindari dengan menggunakan larutan natrium citrate 3,8% atau heparin
2.      Letakkan setetes darah pada salah satu ujung slide glass yang tidak berminyak
3.      Tempelkan salah satu ujung slide glass yang lain pada slide glass yang mengandung darah, lalu geser kearah menjauhi darah untuk menciptakan lapisan tipis darah
4.      Biarkan kering udara lapisan spesimen darah tersebut
5.      Warnai dengan larutan giemsa dan biarkan kering
6.      Amati dan gambar parasit darah dibawah mikroskop
















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1.  Hasil
            Selama praktikum parasit dan penyakit ikan, mendapatkan hasil praktikum sebagai berikut:
4.1.1. Metode dasar dalam identifikasi ektoparasit dan endoparasit
Gambar 1. Camallanus lacustris
Gambar 2. Ichthyophthirius multifiliis
Gambar 3. Dactylogyrus sp

4.1.2. Teknik pengawetan spesimen parasit
Gambar 4. Ichthyophthirius multifilii
4.1.3.  Pengamatan Siklus hidup parasit digenea
Gambar 8. Siput
Gambar 9. Cercaria
4.1.4. Pengamatan terhadap ikan yang keracunan bahan polutan
Bahan polutan     : bayclin, deterjen dan rondap/
Dosis                    : dikondisionalkan
Menit ke 1           : 157 bukaan operculumnya
Ikannya keliatan stress dan megap-megap, pergerakan liar dan tubuhnya memucat.
Tabel 1. Pengamatan perbandingan terhadap ikan yang keracunan
Pengamatan
Insang
Jantung
Mukus
Polutan:
Bayclin
Deterjen
Rondap


Merah pekat

Merah pekat

Merah pekat
 


Merah pekat

Merah pekat

Merah pekat
 



Banyak

Sedang

Banyak
 
Tidak polutan (kokntol)
tidak terdapat bintik hitam
merah tua
Tidak ada

4.1.5. Pengamatan bakteri
Gambar 10. Aeromonas sp gram negatif

104Mm2
 104 Mm2
 
4.1.6. Pewarnaan dan pembuatan preparat parasit darah
            Eritosit =


500ML2
 500 ML2
ML2

 
            Leukosit =
                                                                                  

Peripheal parasit darah :
Gambar 7. Darah


4.2. Pembahasan
Kusumah dalam Mairita (1999), menyatakan serangan patogen pada ikan dikenal dengan ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit yaitu parasit yang hidup pada tubuh bagian luar organisme yang ditumpanginya. Sedangkan endoparasit yaitu parasit yang hidup pada organ tubuh bagian dalam suatu organisme yang ditumpanginya.
Penyakit Ichthyophthiriosis menyebabkan kematian masal baik pada ikan stadia larva, ikan kecil maupun ikan dewasa. Larva dan ikan kecil adalah stadia yang paling rentan. Kematian masal terjadi secara bertahap, dan kurang dari satu minggu lebih dari 70% ikan akan mati.
            Penyakit Ichthyophthiriosis memiliki tanda klinis yang khas, yaitu adanya bercak putih pada permukaan kulit dan insang dari ikan yang terinfeksi. Penetrasi parasit ke dalam jaringan kulit ikan menyebabkan perubahan pada jaringan integument, yaitu terbentuknya rongga di sekitar parasit, ephitelial sel rusak, pembuluh darah di daerah infeksi pecah dan jaringan akan diselimuti oleh sel darah.
Dana dan angka (1990), menyatakan bahwa serangan Dactylogyrus sp sering dijumpai pada insang, kulit dan sirip. Penularan dari organisme ini melalui pergesekan tubuh pada fase infektif  (fase berenang bebas).
Afrianto dan liviawaty (1994), ikan yang terserang gyrodactylus sp ini biasanya akan menjadi kurus dan kulitnya tidak kelihatan bening lagi, sirip ekor sering rontok dan tutup insang tidak dapat menutup dengan sering terlihat menggosok-gosok badannya dengan sengaja kedasar kolam atau benda keras lainnya.
Sutriawati (1997), menyatakan bahwa gejala penyakit yang dapat ditimbulkan oleh dactylogyrus sp dan gyrodactilus sp adalah insang dan kulit menjadi rusak, luka dan terjadi pendarahan. Pernapasan terganggu, kulit ikan berlendir banyak dan warna pucat, ikan lemas dan tidak suka bergerak serta siripnya menguncup.
Camallanus lacustris merupakan parasit air tawar yang umum yang bersifat kosmopolit untuk menginfeksi ikan berbeda-beda untuk setiap inangnya yang menununjukkan spesifikasi yang luas (Grabda, 1991)
Menurut Paperna (1995), digenia mempunyai siklus hidup tidak langsung dan fase dewasanya bersifat parasitik pada vertebrata. Selain itu, ikan juga dapat diinfeksi oleh fase larva, metaserkaria. Infeksi metaserkaria merupakan sumber utama penyakit.
Pengamatan terhadap ikan patin yang diberikan bahan polutan seperti bayclin, deterjen dan rondap memiliki indikasi seperti ikan akan megap-megap, pergerakan yang agresif dengan bergerak kepermukaan perairan untuk mencoba menagbil oksigen dari luar sehingga pergerakan operculum sangat cepat, perlahan-lahan ikan menjadi kejang-kejang kemudian beberapa menit kemudian terjadinya mortalitas.
Bakteri aeromonas Sp yang diamati memiliki bentuk yang bulat, tepi yang rata dan memiliki diameter 0,2 cm (uji fisika). Pada uji pewarnaan gram bakteri memberikan hasil bakteri berwarna merah sehingga dapat disimpulkan bakteri gram negatif. Sedangkan pada uji KOH 3% yang berdasarkan 1 koloni bakteri memberikan hasil yang cair/tidak mengental maka ditandai bakteri ini bersifar gram negatif.
Uji sampel darah pada ikan mas memiliki eritrosit yang melebihi batas normal yang dapat dikatakan ikan mengalami penyakit hipermia, terhadap leukosit juga melebihi batas normal ditandai bahwa selama kehidupan ikan mengalami stress.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Serangan patogen pada ikan dikenal dengan ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit yaitu parasit yang hidup pada tubuh bagian luar organisme yang ditumpanginya. Sedangkan endoparasit yaitu parasit yang hidup pada organ tubuh
Penyakit merupakan suatu keadaan dimana organisme tidak dapat mempertahankan keadaan normal karena adanya gangguan fungsi fisiologi yang dapat disebabkan oleh organisme patogen maupun faktor lainnya. Dengan demikian timbulnya serangan penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun keadaan lingkungan.

5.2. Saran
Untuk mendapatkan hasil yang baik sebaiknya kerjasama sesama praktikan bisa berjalan dengan lancar. Dan juga diharapkan kepada asisten agar tetap menegakkan disiplin bagi praktikan yang tidak serius selama praktikum berlangsung.








DAFTAR PUSTAKA

Afrianto dan Liviawaty. 2003. Pengendalian hama dan penyakit ikan. Penerbit kanisius. Yogyakarta


Dana. D dan S. L. Angka. 1990. ‘Masalah Penyakit Dan Bakteri Pada Ikan Air Tawar Serta Cara Penanggulangannya’. Makalah Pada Seminar Nasional II Penyakit Ikan Dan Udang. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Bogor. 121 hal

Djuhanda, T. 1981. Dunia ikan. Armico Bandung. 190 halaman.


Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology, an Outline. Polish Scientific Publisher. Poland, p: 3-22; 29-31


Susanto, H. 1987. Budaya Ikan di Pekarangan., Penerbit Penebar Swadaya., Jakarta.


Sutriawati, H. 1997. ‘Identifikasi Dan Pengendalian Parasit Pada Ikan Mas Di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Bogor. 32 hal

Irawan .2004. Budidaya Ikan Ait Tawar. Ikan Gurame, Ikan Nila. Kanisius. Yogyakrta.


Kordi .2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. C.V. Aneka. Solo. Kusumamihardja S. 1989. Diktat Parasitologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Yanong RPE. 2002. Nematode (Roundworm) Infection in Fish. Sirkular 911:33570-3434.


Kottelat, M., A. J, Whitten, S. N. Kartika Sari dan Wirjoatmojo. 1993. Ikan Air Tawar Tawarv Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Jakarta . 293 hal.


Lingga, P dan H. Susanto. 1987. ‘Ikan Hias Air Tawar’. Penebar Swadaya. Jakarta. 236 hal.


Mairita, H. 1999. ‘Ektoparasit Pada Ikan Jelawat (Leptobarbus haevenii Bleker) Yang Dipelihara Dalam Kolam Kelurahan Langgini Kec. Bangkinang Kab. Kampar Prov. Riau’. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 48 hal (Tidak diterbitkan)


Paperna, I. 1995. Digenea (Phylum Platyhelminthes). In Woo, P. T. K. (Ed). Fish Disease and Disorders. Volume 1. Protozoa and Metazoa Infections. University Press. Cambridge. P: 329.







































 




LAMPIRAN



No comments:

Post a Comment

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laatar Belakang Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk pengg...