I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fisiologi
adalah adalah turunan biologi yang mempelajari bagaimana kehidupan berfungsi
secara fisik dan kimiawi. Istilah ini dibentuk dari kata Yunani Kuna physis,
"asal-usul" atau "hakikat", dan logia,
"kajian". Fisiologi menggunakan berbagai metode ilmiah untuk
mempelajari biomolekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, dan organisme
secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan kimiawinya untuk mendukung
kehidupan (Wikipedia, 2012).
Fisiologi
hewan air adalah Ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja dari
organ, jaringan dan sel dari suatu organisme (ikan sebagai hewan air). Termasuk
dalam Fisiologi Hewan Air adalah Penyesuaian diri terhadap lingkungan
(adaptasi), Metabolisme, Peredaran darah, Respirasi, Reproduksi dan Pengambilan
makanan (nutrisi) (Zaldi, 2010).
Reproduksi
adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk
melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu menghasilkan
keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar
individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis
hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung
setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun.
Ikan memiliki variasi yang luas
dalam strategi reproduksi agar keturunannya mampu bertahan hidup. ada tiga
strategi reproduksi yang menonjol: 1). Memijah hanya bilamana energi cukup
tersedia; 2). Memijah dalam proporsi ketersediaan energi; 3). Memijah dengan
mengorbankan semua fungsi yang lain, jika sesudah itu individu tersebut mati.
Oleh karena itu fisiologi reproduksi sangat penting untuk diketahui karena
menghasilkan banyak faedah yang baik bagi masnyarakat, mahasiswa, maupun
instansi-instansi yang terkait dengan pembudidayaan ikan.
Strategi reproduksi biasanya
melalui ukuran dan jumlah telur yang dihasilkan dalam hubungannya dengan
kemampuan merawat telur dan anak. Satu hal yang menonjol adalh ikan yang
memiliki telur-telur yang kecil biasanya memiliki jumlah telur yang besar,
sebagai konsekuensi dari derajat kelulusan hidup yang rendah.
Berdasarkan strategi reproduksi
yang dimiliki oleh hewan-hewan air, maka dikenal 3 tipe reproduksi yaitu: 1).
Reproduksi aseksual, diaman anak yang dihasilkan tanpa penggabungan gamet,
biasanya banyak dijumpai padan hewan vertebrata; 2). Reproduksi sexual dengan
fertilisasi internal, umumnya dilakukan oleh hewan-hewan teristrial, dan dalam
beberapa juga ikan perenang cepat; 3). Reproduksi sexual dengan fertilisasi
internal, merupakan penggabungan dua gamet (sperma dan telur) diluar
masing-masing tubuh masing-masing induk. Fertlisais external terjadi dimana
ikan jantan dan betina berdekatan dan mengeluarkan sel telur serta sperma
secara terkoordinir. Kemungkinan fertlisasi diperbesar oleh besarnya jumlah
telur dan sperma yang diproduksi dalam satu kali pemijahan.
1.2. TujuandanManfaat
Tujuan dan manfaat dari praktikum fisiologi
reproduksi organisme akuatik yang selama ini dilakukan adalah:
1.
Mahasiswa bisa mengenali dan
mengetahui kualitas sperma dan
telur ikan patin selain itu dapat menghitung volume semen, motilitas
semen dan viabilitas semen. Serta mengetahui diameter telur dan letak dari inti
sel telur.
2.
Mahasiswa bisa mengetahui indeks gonad somatik (IGS),
indeks hati somatik (IHS) dan indek usus somatik (IUS) dari ikan sepat siam.
Serta dapat mengetahui golongan dari TKG ikan, mengetahui diameter telur ikan
dan fekunditas telur ikan.
3.
Mahasiswa dapat mengetahui dari perkembangan embrio dari
ikan mas yang membeikan manfaat dalam proses budidaya perikanan
4.
Mahasiswa dapat mengetahui morfologi dan histologi dari
testis ikan baung. Sehingga memberikan manfaat penambahan pengetahuan dari
penglihatan TKG ikan secara histologi
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan
adalah hewan bertulang belakang yang berdarah dingin, hidup di air, pergerakan
dan keseimbangan tubuhnya menggunakan sirip dan bernafas dengan insang
(Raharjo, 1980 dalam Lisa, 2009).
Faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad ikan di
daerah bermusim empat antara lain ialah suhu dan makanan.Tetapi untuk ikan di daerah tropic faktor suhu secara relative perubahannya tidak besar dan umumnya gonad dapat masak lebih cepat (Effendie, 2002).
Pemijahan ikan dipengaruhi oleh faktor eksternal (eksogenous) dan internal (endogenous). Kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap pematangan gonad akhir dan ovulasi oosit. Faktor eksternal yang mempengaruhi reproduksi yaitu pendorong dan penghambat hormon gonadotropin, gonadotropin
praovulasi dan respon ovarium terhadap GtH. Sedangkan faktorek sternal yang mempengaruhi pemijahan adalah photo periode, suhu, substrat untuk pemijahan dan hubungan dengan individu
lain (faktorsosial) (Djariah, 2002).
Menurut Kesteven dalam Bagenal dan Braum (1971) gonad yang sudah jelas bentuknya,
berbentuk testes atau ovary ialah apabila individu ikan itu sudah mulai matang gonad (kelamin) berada pada tahap perkembangan I atau ke
III. Akan tetapi jika masih berada pada tahap kematangan gonad 1 dan 2 masih agak suli tuntuk dibedakan bentuknya dengan mata biasa.
Gonad adalah organ reproduksi
yang berfungsimenghasilkanselkelamin (gamet). Gonad yang terdapat pada tubuh ikan jantan tersebut disebut testes yang berfungsi menghasilkan spermatozoa, sedangkan yang
terdapat pada individu ikan betina disebut ovary berfungsi menghasi lkan telur. (Pulungan et al., 2005).
Sumantadinata (1997) mengatakan bahwa reproduksi ikan dikendalikan oleh tiga sumbu utama,
yaitu hipotalaums, hipofisa, dan
gonad. Secaraalami, sistem kerja reproduksi ikan dimulai dari keadaan lingkungan seperti suhu, cahaya, dan cuaca yang diterima oleh organ perasa dan meneruskannya ke sistem saraf. Selanjutnya, hipotalamus melepasakan GnRH (gonadotropin releasing hormon) yang bekerja merangsang kelenjar hipofisauntukmelepaskanGtH
(gonadotropin). Gonadotropin akanberfungsidalamperkembangandanpematangan gonad
serta pemijahan.Menurut Effendi (1997) menyatakan bahwa tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu kematangan
gonad sebelum dan sesudah ikan itu memijah.
Volume air mani yang dikeluarkan
oleh ikan jantan tergantung pada jenis ikan, musim dan rangsangan terhadap ikan
(Kruger et.al., 1984).
Pavlosisi dan Vlad (1979)
menyatakan bahwa mani ikan mas yang baik bewarna putih kekuningan, memiliki
kekentalan seperti krem susu dan memiliki kisaran pH antara 6,8 – 7,6.
Hardjamulia (1978) menyatakan
bahwa aspek reproduksi ikan mas jantan yang mulai matang gonad pada umur enam
bulan, sedangkan ikan betina pada umur lima belas bulan. Pada daerah tropis
ikan mas memijah sepanjang tahun, baik di kolam atau di tanki.
Embriogenesis ialah proses perkembangan telur sampai menjadi larva
definitif. Lamanya waktu embriogenesis pada setiap spesies ikan berbeda-beda
karena pengaruh faktor internal dan eksternal. Salah satu dari faktor internal
ialah genetik ikan tersebut. Sedangkan faktor eksternal meliputi kualitas air,
penyakit, dan ketersediaan pakan alami. Embriogenesis akan berlangsung pada
saat inkubasi dimulai dari proses pembelahan sel telur (cleavage),
morulasi, blastulasi, gastrulasi, dan dilanjutkan dengan organogenesis yang
selanjutnya menetas.
III. METODE
PRAKTIKUM
3.1 WaktudanTempat
Adapun waktu pelaksanaan praktikum ini adalah dari tanggal 8, 12, 14 dan 15 Desember 2012
yang berlangsung di Laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
3.2 BahandanAlat
Adapun bahan dan alat
yang digunakan selama dalam praktikum adalah ikan (ikan patin,
ikan sepat siam, ikan mas, ikan baung),
larutan transparan, larutan fisiologis, es batu, ovaprim, nampan,
haemocytometer, jarum spuit,
mikroskop, petri dish, pinset, object glass, cover glass, aerasi, baskom,
gunting bedah, timbangan, penggaris,
dan alat-alat tulis lainnya.
3.3 Metode Praktikum
Metode
yang dipergunakan pada praktikum ini adalah metode langsung dimana objek
diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan guna diambil datanya sesuai
dengan prosedur kerja yang telah ditentukan pembimbing pratikum.
3.4 ProsedurPraktikum
Prosedur dari praktikum fisiologi
reproduksi organisme akuatik yang selama ini dilakukan adalah:
1. PemijahanBuatan
·
Pertama ikan baungyang telah matang gonad di striping, ketika tidak memberikan hasil pengeluaran,
baik sperma ataupun ovarium. Maka
gonad dari ikan jantan dan betina diambil dengan cara pembedahan.
·
Letakkan gonad ikan jantan dan gonad ikan betina secara terpisah.
·
Penentuan volume semen pada gonad jantan dilakukan dengan menggunting gonad yang telah diberikan larutan fisiologis (Nacl)
sehingga semen keluar dan bisa di sedot dengan jarum spuit yang dialaskan batu es
(tujuan agar sperma ikan dapat hidup)
·
Menentukan konsentrasi dan motilitas sperma ikan,
dilakukan dengan cara menghisap
semen spermaikan dengan pipet batu merah sebanyak
0,5, kemudian dihisap dengan menggunakan biosin hingga
volume 101. Lanjut dengan melakukan pemutaran seperti angka delapan selama 5 menit. Lalu diteteskan diatas haeocytometer.
Pengamatan dibawah mikroskop.
·
Penentuan diameter telur pada gonad ikan betina,
dilakukan dengan cara mengeluarkan telur pada
ovary ikan. Kemudian dicampur dengan larutan transparan. Kemudian amati beberapa
diameter sampel telur di bawah mikroskop.
2. Pengamatan Beberapa Data Biologi Reproduksi Ikan Yang Menunjang Keberhasilan Pemijahan Buatan
·
Ikan sepat siam ditimbang berat badannya.
·
Bedah ikan unuk mendapatkan
gonad, usus dan hari
·
Timbang gonad ikan, hati dan usus secara terpisah
·
Pengamatan diameter telur ikan, dengan cara mengeluarkan telur ikan yang kemudian diletakkan pada object glass. Maka amati letak inti sel telur dibawah mikroskop.
3. Pengamatan Perkembangan Embriogenesis
·
Ikan mas disuntik
·
Kemudian dipijahkan
·
Keluarkan telur dan sperma
·
Kemudian ditetaskan dengan meletakkan
di dalam baskom yang telah berikan aerasi
·
Pengamatandilakukan 45 menit sekali untuk mengetahui perkembangan embrio ikan mas
4. Pengamatan Histologi Testis Ikan Baung
·
Preparat dari histologi ikan baung betina
·
Amati dibawah mikroskop
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Selamapraktikumfisiologireproduksiakuatikmendapatbeberapahasilpengamatan
yang dilakukan di laboratoriumbalaibenihikan, yaitu:
4.1.1. Pemijahan Buatan
·
Volume semen (ml) = 3,0 ml
·
Konsentrasi Spermatozoa = 7.750.000 sel/ml
·
Motilitas spermatozoa = kamar 1 40/154 ×100% = 25,9 %
= kamar 2 52/168 ×100% = 30,9 %
= kamar 3 45/147 ×100% = 30,6 %
= kamar4 46/131 ×100% = 35,1 %
= kamar5 50/135 ×100% = 28,5 %
·
Viabilitas spermatozoa = kamar 1 54/154 ×100% = 33,7 %
= kamar 2 72/168 ×100% = 42,8 %
= kamar 3 50/147 ×100% = 34,0 %
= kamar 4 45/131 ×100% = 34,3 %
= kamar 5 53/175 ×100% = 30,2 %
·
DIAMETER TELUR
1. 10/4
× 0,01 × 60 = 1,5 µm (
intitelurberadaditengah )
2. 10/4
× 0,01 × 55 = 1,37 µm (
intitelurberadaditengah )
3. 10/4
× 0,01 × 70 = 1,75 µm (
intitelurberadaditepi )
4. 10/4
× 0,01 × 60 = 1,5 µm (
intitelurberadaditengah )
5. 10/4
× 0,01 × 60 = 1,5 µm (
intitelurberadaditengah )
6. 10/4
× 0,01 × 55 = 1,37 µm (
intitelurberadaditengah )
7. 10/4
× 0,01 × 55 = 1,37 µm (
intitelurberadaditengah )
8. 10/4
× 0,01 × 60 = 1,5 µm (
intitelurberadaditengah )
9. 10/4
× 0,01 × 50 = 1,25 µm ( intitelurtidakdampak
)
10. 10/4
× 0,01 × 58 = 1,45 µm (
intitelurberadaditengah )
11. 10/4
× 0,01 × 50 = 1,25 µm (
intitelurtidakdampak )
12. 10/4
× 0,01 × 47 = 1,25 µm (
intitelurberadaditengah )
13. 10/4
× 0,01 × 62 = 1,55 µm (
intitelurberadaditengah )
14. 10/4
× 0,01 × 63 = 1,58 µm (
intitelurberadaditengah )
15. 10/4
× 0,01 × 61 = 1,53 µm (
intitelurberadaditengah )
16. 10/4
× 0,01 × 64 = 1,60 µm (
intitelurberadaditepi)
17. 10/4
× 0,01 × 68 = 1,70 µm (
intitelurberadaditepi)
18. 10/4
× 0,01 × 68 = 1,70 µm ( intitelurberadaditepi)
19. 10/4
× 0,01 × 50 = 1,25 µm (
intitelurberadaditepi )
20. 10/4
× 0,01 × 56 = 1,40 µm (
intitelurberadaditepi )
Rata-rata diameter telur = 1,46 µm.
4.1.2. Pengamatan Beberapa Data
Biologi Reproduksi Ikan Yang Menunjang Keberhasilan Pemijahan Buatan
Indeks Gonad Somatik= Berat gonad
÷ berattubuh × 100 %
=
0,32 gr ÷ 8,78 gr × 100 %
= 3,64 %
Indeks Hati Somatik = Berathati ÷ berattubuh × 100 %
= 0,22 gr ÷ 8,78 gr × 100 %
= 2,50 %
Indeks Usus Somatik = Beratusus ÷ berattubuh × 100 %
= 0,46 gr ÷ 8,78 gr × 100 %
= 5,23 %
Fekunditas = 83 butir × 2,90 = 240,7
butir atau 241 butir
·
DIAMETER TELUR
1. 10/4
× 0,01 × 30 = 0,75 µm
2. 10/4
× 0,01 × 28 = 0,7 µm
3. 10/4
× 0,01 × 28 = 0,7 µm
4. 10/4
× 0,01 × 20 = 0,5 µm
5. 10/4
× 0,01 × 30 = 0,75 µm
6. 10/4
× 0,01 × 29 = 0,72 µm
7. 10/4
× 0,01 × 29 = 0,72 µm
8. 10/4
× 0,01 × 22 = 0,55 µm
9. 10/4
× 0,01 × 29 = 0,72 µm
10. 10/4
× 0,01 × 23 = 0,57 µm
11. 10/4
× 0,01 × 30 = 0,75 µm
12. 10/4
× 0,01 × 35 = 0,87 µm
13. 10/4
× 0,01 × 20 = 0,5 µm
14. 10/4
× 0,01 × 34 = 0,85 µm
15. 10/4
× 0,01 × 25 = 0,62 µm
16. 10/4
× 0,01 × 32 = 0,8 µm
17. 10/4
× 0,01 × 18= 0,45 µm
18. 10/4
× 0,01 × 32 = 0,8 µm
19. 10/4
× 0,01 × 28 = 0,7 µm
20. 10/4
× 0,01 × 27 = 0,67 µm
Rata-rata diameter telur = 0,68 µm
·
PENGAMATAN
MORFOLOGI TELUR
Telur ikan sepat siam adalah berada dalam golongan
TKG III karena gonad hampir mengisi setengah rongga perut. Butiran telur mulai
kelihatan dengan mata telanjang.
4.1.3. Pengamatan Perkembangan Embriogenesis
Ø
Perhitungan Dosis Ovaprim (Betina dan Jantan) dan Ovoposisi
Dosis ovaprim Betina = Berat tubuh ÷ 1000 × dosis
= 364 ÷ 1000 × 0,7 ml
= 0,25 ml
Dosis ovaprim Jantan =Berat tubuh
÷ 1000 × dosis
= 364 ÷ 1000 × 0,3 ml
= 0,11 ml
Ovoposisi = Berat
total telur ÷ Berat sample telur × jumlah telur
sample
= 47,9 gr ÷ 0,2 gr × 1487 butir
= 356137 butir
Ø
Pengamatan perkembangan embrio
·
Jam 08.00 – 08.45 WIB = Embrio belum berkembang.
Gambar 1. Embrio belum
berkembang
·
Jam 09.45 – 14.26 WIB = Blastodisk sempurna.
Gambar 2. Blastodisk sempurna
·
Jam 15.10 – 19.12 WIB = Morula.
Gambar 3. Morula
·
Jam 19.40 – 20.00 WIB = Blastula.
Gambar 4. Blastula
·
Jam 20.30 – 21.28 WIB = Gastrula.
Gambar 5. Gastrula
·
Jam 22.00 – 23.45 WIB = Perisai embrio.
Gambar 6. Perisai embrio
·
Jam 00.00 –15.45 WIB = Mulai tahap organogenesis, sudah mulai kelihatan bintikmata, ada garis-garis dibagian punggung sampai terbentuknya
organ.
Gambar 7. Organogenesis
·
Jam 16.00 WIB = Telur telah menetas menjadi larva.
Gambar 8. Larva ikan
4.1.4. Pengamatan Histologi Testis Ikan Baung
Gambar 9.
Preparat TKG I
ü Jaringan ikat terlihat lebih dominan,
sel-sel spermatogonium mulai terlihat
yang akan memasuki perkembangan tahap spermatogonia.
Gambar 10. Preparat TKG II
ü
Testis berkembang ditandai dengan terlihatnya kantong-kantong tubulus
semi-niferi yang berisi spermatosit
primer berasal dari perkembangan spermatogonium.
Gambar 11. Preparat TKG III
ü
Jaringan ikat
testis terlihat lebih sedikit, spermatid menyebar. Sebagian masih terlindung oleh sista
yang berbentuk kantong.
Gambar 12. Preparat TKG IV
ü
Spermatid dan spermatozoa terlihat lebih jelas.
Sel spermatozoa yang terbentuk mengisi kantong-kantong tubulus seminiferi.
4.2. Pembahasan
Pada judul praktikum pemijahan buatan ikan patin yang mendapatkan volume
semen sebesar 3,0 ml, konsentrasi spermatozoa 7.750.000 sel/ml, motilitas sperma pada kamar 1 sebesar
25,9 %, kamar 2 sebesar 30,9 %, kamar 4 sebesar 30,6 % dan kamar 4 sebesar 35,1
% dan kamar 5 sebesar 28,5 %, viabilitas sperma yang terdapat pada kamar 1
adalah 33,7 %, kamar 2 adalah 42,8 %, kamar 3 adalah 34,0 %, kamar 4 adalah
34,3 % dan kamar 5 adalah 30,2 %. Penentuan diameter telur memiliki rata-rata
diameter telur 1,46 mm. Memiliki inti sel telur ada yang berada di tepi, di
tengah ataupun malah kosong. Inti sel telur yang berada di tengah memiliki 50%,
ditepi 35% dan yang kosong 15%.
Hal pengamatan beberapa
data biologi reproduksi ikan sepat siam yang menunjang keberhasilan pemijahan buatan, memberikan hasil pembahasan Indeks Gonad
Somatik sebesar 3,64 %, Indeks Hati Somatik sebesar 2,50 % dan Indeks Usus Somatik sebesar 5,23 %. Fekunditas telur ikan sepat siam adalah 240,7 butir atau 241 butir. Rata-rata diameter telur ikan sepat siam 0,68 mm. Morfologi gonad betina ikan sepat siam
adalah berada dalam golongan TKG III karena gonad hampir mengisi setengah
rongga perut. Butiran telur mulai kelihatan dengan mata telanjang.
Pengamatan embriogenesis pada ikan mas yaitu Jam 08.00 – 08.45 WIB =
Embrio belum berkembang, Jam 09.45
– 14.26 WIB = Blastodisk sempurna, Jam
15.10 – 19.12 WIB = Morula, Jam
19.40 – 20.00 WIB = Blastula, Jam
20.30 – 21.28 WIB = Gastrula, Jam
22.00 – 23.45 WIB = Perisai embrio, Jam
00.00 – 15.45 WIB = Mulai tahap organogenesis, sudah mulai kelihatan bintik
mata, ada garis-garis dibagian punggung sampai terbentuknya organ dan Jam 16.00 WIB = Telur telah menetas
menjadi larva.
Histologi gonad jantan ikan baung, pada TKG I Jaringan ikat terlihat lebih dominan,
sel-sel spermatogonium mulai terlihat
yang akan memasuki perkembangan tahap spermatogonia, TKG II Testis berkembang ditandai dengan terlihatnya kantong-kantong tubulus semi-niferi yang berisi spermatosit
primer berasal dari perkembangan spermatogonium, TKG III Jaringan ikat testis terlihat lebih sedikit,
spermatid menyebar. Sebagian masih terlindung oleh sista yang berbentuk kantong dan pada TKG IV Spermatid dan spermatozoa terlihat lebih jelas.
Sel spermatozoa yang terbentuk mengisi kantong-kantong tubulus seminiferi.
Yushinta Fujaya (2004),
reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya
untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Untuk dapat melakukan reproduksi
maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan
membentuk zigot yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru.
Selama proses perkembangan gonad baik pada tahap pertumbuhan maupun tahap
pematangan, gonad ikan akan mengalami serangkaian perubahan secara sitologik,
histologik dan morfologik, sejalan dengan ini gonad juga akan mengalami
perubahan berat dan volume dan morfologi. Biasanya indikator dalam menentukan
sampai sejauh mana perkembangan yang telah dialami oleh gonad dalam proses
oogenesis pada ikan betina atau spermatogenesis pada ikan jantan selalu
menggunakan perubahan berat, volume dan morfologi gonad yang terjadi. Tingkat
kematangan gonad tertinggi terjadi pada saat ikan akan melakukan pemijahan,
pada saat tersebut telur didalam ovarium atau spermatozoa dalam testis juga
akan mencapai ukuran yang maksimum (Sukendi, 2007).
Pemijahan terbagi dua yaitu total spawning dan
partial spawning, dimana total spawning terdapat stadium oosit yang sama dalam
satu gonad, sedangkan partial spawning terdapat stadium oosit yang berbeda-beda
dalam satu gonad.
Menurut Pulungan (2005)
pengamatan tentang tahap-tahap kematangan gonad ikan dapat dilakukan secara
morfologi dan secara histologi. Pengamatan secara morphologi dapat dilakukan di
lapangan dan di laboratorium, sedangkan pengamatan secara histologi hanya dapat
dilakukan di laboratorium dan sangat memerlukan peralatan yang canggih serta
teliti dan memerlukan dana yang cukup besar. Bila pengamatan dilakukan pada
testes maka yang diamati adalah bentuk testes dan kedua sisinya, ukuran
(panjang dan diameter ) testes, perbandingan panjang testes dan rongga tubuh,
warnanya serta pembuluh darah pada permukaan testes. Demikian juga halnya bila
pengamatan dilakukan pada ovari tetapi yang perlu diamati lagi adalah diameter
beberapa butir telur.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Keadan telur ikan patin memberikan ikan tersebut telah matang gonad
karena nilai persentasi letak inti sel telur ketepi dan ditengah yang lumayan
besar. Sedangkan motilitas sperma dan viabilitas sperma ikan patin yang
memiliki persentase tertentu. Pengamatan beberapa data biologi reproduksi ikan sepat siam yang menunjang keberhasilan pemijahan buatan, memiliki nilai
persentase IGS, IHS dan IUS (3,64 %, 2,50% dan 5,23 %). Fekunditas telur 241
butir.sedangkan morfologi telur berada pada TKG III. Hasil Pengamatan perkembangan
embriogenesis terjadi ketika pukul 16.00 WIB. Sedangkan pengamatan histologi testis ikan baung terlihat jelas
perbedaannya dari TKG I sampai TKG IV
5.2. Saran
Untuk mendapatkan hasil yang baik disaat melakukan
disetiap materi praktikum yang telah ditetapkan oleh asisten sebaiknya
dilakukan dengan konsentrasi dan kerjasama yang baik antara sesama praktikan.
Dan juga diharapkan kepada asisten agar tetap menegakkan disiplin bagi
praktikan yang berjalan-jalan atau main-main selama praktikum berlangsung..
DAFTAR PUSTAKA
Djadjadiredja,
R.,S. et al. 1977. Pedoman pengenalan sumberdaya
perikanan. Bagian I. Direktorat jendral perikanan. Jakarta.
Hardjamula, A. 1978.
Budidaya Perikanan Ikan Mas, Ikan Tawes, Ikan Nilem, SUPM Bogor. Badan
Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.
Kruger., J.C.D., G.I.
Smith,. J.H.H. Voren and Ferreira., 1984. Some Chemical and Physical
Characteristics of Sment of Cyprinus carpio L and Oreochromis
mosambicus Peters. J. Fish Biology. 24:263-273pp.
Pulungan.
2004. Hand Out Kuliah Mata Kuliah Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. UNRI. Pekanbaru.
Povlopici, F. and G.
Vlad. 1979. Some Data
Preservation of Carp (Cyrpinus carpio L). Seminal Material by
Freezing. Rey. Cresterea Anim. 4 (4):45-48.
Sukendi,
MS. Dr. Ir. 2007. ‘Fisiologi Reproduksi Ikan’. MM Press, CV. Mina Mandiri. Pekanbaru
Sumantadinata,
K. 1983. Pengembangbiakan
Ikan-Ikan Pemeliharaan di Indonesia. Sastra Budaya. Bogor. 129 hal.
Wikipedia,
2012. Fisiologi. Diakses tanggal 3 mei 2012.
Zaldi, 2010. Aspek
Biologi Reproduksi Ikan Lele. http://zaldibiaksambas.wordpress.com.
Diakses tanggal 1 mei 2012, pukul 18.15 WITA.
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Alat-alat yang digunakan selama praktikum
Peti dish Gunting bedah Object glass
Heomocytometer
Baskom Nampan
Selang aerator Penggaris Pena
Timbangan Mikroskop
No comments:
Post a Comment