Tuesday, 1 January 2013

LAPORAN NUTRISI PAKAN

I. PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang
Berbagai macam bahan gizi pakan ikan/makanan yang sangat penting bagi kebutuhan ikan. Ikan merupakan salah satu jenis organisme air sumber pangan bagi manusia yang banyak mengandung protein. Agar dapat dibudidayakan dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama maka dalam proses pembudidayaannya selain menggunakan pakan alami juga memberikan pakan buatan. Pakan buatan yang diberikan pada ikan harus mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan ikan tersebut. Saat ini dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan tentang nutrisi ikan maka pabrik pakan buatan ikan menyusun formulasi pakan sesuai dengan kebutuhan gizi setiap jenis ikan yang akan dibudidayakan.
Pakan merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam usaha budidaya, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Dengan pemberian pakan yang baik dalam jumlah yang cukup diharapkan pertumbuhan meningkat. Makanan yang dimakan ikan digunakan untuk kelangsungan hidup dan kelebihannya dipergunakan untuk pertumbuhan. Jadi jika menghendaki pertumbuhan maka harus memberikan makanan yang memiliki kebutuhan pemeliharaan tubuh (Djangkaru, 1999). Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal ikan harus mendapatkan makanan yang cukup dan berkualitas. Makanan ikan sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan badannya (Lingga dan Susanto, 1993).
Nutrien atau kandungan zat gizi dalam bahan pakan di bagi menjadi enam bagian yaitu : energi, protein dan asam amino, lipid dan asam lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
Budidaya perikanan secara intensif, biaya pakan merupakan biaya produksi terbesar. Pemanfaatan bahan pakan lokal hasil pertanian dan ikutannya seoptimal mungin dapat mengurangi biaya ransum. Ransum adalah faktor penentu terhadap pertumbuhan dalam teknologi budidaya. Optimalitas performan ternak ikan hanya dapat terealisasi apabila diberi ransum bermutu yang memenuhi persyaratan tertentu dalam jumlah yang cukup. Penggunaan bahan pakan penyusun ransum ikan yang umum digunakan, sering menimbulkan persaingan, sehinga harga ransum tinggi. Untuk itu, diperlukan upaya untuk mencari alternatif sumber bahan pakan yang murah, mudah didapat, kualitasnya baik, serta tidak bersaing dengan pangan.
Income over feed and fish cost berpengaruh besar dalam menentukan keuntungan dan kerugian dari suatu budidaya perikanan. Semakin efisien ransum yang diubah menjadi daging, maka semakin baik pula nilai income over feed cost. Hal tersebut turut ditentukan pula oleh harga bahan pakan di pasaran.
Jumlah makanan yang tepat bagi ikan yang dipelihara di kolam sangat berfariasi, tergantung dari jenis ikan yang dipelihara, ukuran ikan, dan factor lingkungan seperti kadar O2 terlarut, pH air, suhu lingkungan dan factor fisiologi dalam tubuh ikan. secara umum dapat dibaca dari buku referensi seperti Halver (1972), Lovel (1986) yang mengatakan bahwa jumlah makanan harian ikan berkisar antara 3-30 % berat badan perhari. Ikan kecil jumlah makanan yang dimakan perhari relatif lebih banyak disbanding ikan besar, bila dihitung dari persentase berat badannya. Larva yang baru habis kuning telur biasa memakan sampai dengan 30 % dari berat badannya, sedangkan ikan dikolam pembesaran hanya diberikan makanan 3 % saja.
Tujuan pemberian pakan pada ikan adalah menyediakan kebutuhan gizi untuk kesehatan yang baik, pertumbuhan dan hasil panen yang optimum, produksi limbah yang minimum dengan biaya yang masuk akal demi keuntungan yang maksimum. Pakan yang berkualitas kegizian dan fisik merupakan kunci untuk mencapai tujuan-tujuan produksi dan ekonomis budidaya ikan. Pengetahuan tentang gizi ikan dan pakan ikan berperan penting di dalam mendukung pengembangan budidaya ikan (aquaculture) dalam mencapai tujuan tersebut. Konversi yang efisien dalam memberi makan ikan sangat penting bagi pembudidaya ikan sebab pakan merupakan komponen yang cukup besar dari total biaya produksi. Bagi pembudidaya ikan, pengetahuan tentang gizi bahan baku dan pakan merupakan sesuatu yang sangat kritis sebab pakan menghabiskan biaya 40-50% dari biaya produksi.
            Kekurangan makanan atau energi yang dibutuhkan dapat mengakibatkan berkurangnya pertumbuhan karena energi digunakan untuk memelihara fungsi tubuh dan pergerakan kemudian sisanya baru dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Protein dalam pakan baru digunakan untuk energi pembakaran apabila energi yang  diperoleh dari selain  protein tidak mencukupi lagi (Idasari, 2012).
           
1. 2. Tujuan dan manfaat
Tujuan dan manfaat dari praktikum nutrisi ikan adalah:
1.      Percobaan feeding trial
·         Pemeliharaan ikan dengan adap tasi yang baik di aquariau
·         Menilai fisika, kimia dan biologi makanan yang telah diramu sebelum terhadap ikan nila (oreochromis niloticus) memulai pemeliharan selama 1 bulan
2.      Percobaan penyusunan ransum pembuatan pelet
·         Dapat menyediakan alat-alat yang digunakan, seperti alat penggiling, alat pengayak, alat penimbang, alat pengaduk, alat pemasak dan alat-alat pelengkap lainnya.
·         Menyiapkan bahan-bahan baik nabati, hewani ataupun tambahan
·         Dapat menyusun ransum, agar dapat menyusun ransum yang tepat dan sesuai dengan jenis ikan yang dipelihara.
·         Mengetahui langkah-langkah pembuatan pellet
3.      Fermentasi
·         Dapat melakukan proses fermentasi dengan baik
·         Dapat merekayasa gizi bahan pakan dengan cara fermentasi untuk meningkatkan protein dari ampas tahu
·         Mengetahui permasalahan yang dapat menggagalkan proses fermentasi dan beberapa kemampuannya dalam meningkatkan kadar protein bahan.
4.      Percobaan konsumsi harian pakan
·         Mengerti cara mengetahui beberapa banyak makanan yang dikonsumsi ikan peliharaan dalam waktu 1 hari
·         Dapat memprediksi jumlah pakan yang dibutuhkan ikan selama masa pemeliharaan

5.      Percobaam pengosongan lambung ikan
·         Mengerti bagaimana cara menentukan laju pencernaan dan konsumsi harian ikan peliharaan.
·         Dapat menentukan kapan ikan akan merasa lapar yaitu pada saat lambung ikan kosong



II. TINJAUAN PUSTAKA


Ikan adalah hewan vertebrata yang hidup diair, bernafas dengan insang, bergerak dengan sirip dan termasuk hewan berdarah dingin (poikiloterm). Ikan ada yang hidup diair tawar dan ada juga yang hidup diair laut. Bentuk ikan nila adalah pipih memanjang kesamping, mempunyai garis pada sirip ekor, pada sirip punggung terdapat duri – duri yang tajam, mata menonjol dan relative besar dengan bagian tepi mata berwarna putih, garis literature terputus dan dilanjutkan dengan garis yang terletak dibawah (Susanto, 1998).
Menurut Suryanto (2001), ikan nila terkenal sebagai ikan yang sangat tahan terhadap perubahan lingkungan, dapat hidup dilingkungan perairan tawar, payau dan asin. Kadar garam yang disukai 3-5 ppm, nilai PH berkisar antara 6,0-8,5, suhu optimal antara 23-30oC. Oleh karena itu, ikan nila cocok dipelihara didataran rendah sampai agak tinggi (500 meter dari permukaan laut).
Mudjiman (2001), menyatakan bahwa ikan nila merupakan ikan pemakan segalanya (omnivora), yang terdiri dari plankton, detritus dan berbagai tumbuhan air. Di alam ikan nila mulai memijah pada umur 4 bulan, betina yang matang gonad dapat menghasilkan sekitar 250-1100 butir telur dengan berat ovarium 2-5 gr telur, telur yang telah dibuahi akan menetas dalam waktu 3-5 hari didalam mulut induk betina, setelah itu larva diasuh oleh induk sehingga mencapai umur lebih 2 minggu.
Cruz (1986) menyatakan bahwa cara pemberian makanan dipengaruhi oleh factor lingkungan (suhu dan oksigen terlarut), factor fisika seperti ukuran dan jenis kolam. Pemberian pakan sedikit untuk satu kali pemberian lebih menguntungkan bagi ikan dari pada pemberian pakan dalam jumlah banyak tetapi jarang. Selanjutnya pakan yang diberikan perhari biasanya dihitung berdasarkan bobot ikan yang digambarkan sebagai presentasi dari bobot ikan. Jumlah pakan yang disarankan 20 – 50 % untuk benih, 10 – 20 % untuk ukuran 50 – 500 gram dan 3 – 5 % untuk yang lebih besar.
Konsumsi pakan ikan merupakan ukuran kebutuhan suatu populasi ikan terhadap sumber makanannya (Gerking dan Shelby, 1972). Pakan yang dikonsumsi pertama-tama akan digunakan untuk memelihara tubuh dan mengganti sel yang rusak, selebihnya untuk pertumbuhan dan reproduksi (Brett dan Groves, 1979).
Pengaturan konsumsi pakan oleh ikan merupakan pengaturan energi yang masuk, sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi disesuaikan dengan laju metabolismenya (Peter, 1979). Pada dasarnya ikan akan mengkonsumsi pakan pada saat merasa lapar (nafsu makan tinggi) dan jumlah pakan yang dikonsumsi akan semakin menurun bila ikan mendekati kenyang (Hepher, 1988).
Uji secara kimia bertujuan untuk mengetahui kandungan gizi pada pakan buatan yang telah dibuat pakan sesuai dengan formulasi pakan yang disusun. Uji coba ini sangat berguna bagi konsumen dan juga sebagai pengawasan mutu pakan yang diproduksi. Uji pakan secara kimia meliputi : uji kadar air, uji kadar protein, uji kadar lemak, kadar Serat kasar, dan kadar abu (Gusrina, 2008).
Menurut Pulungan et al (1989), Sistem pencernaan pada tubuh ikan dapat dibedakan menjadi saluran pencernaan (tructus digesticus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria). Organ-organ yang menyusun saluran pencernaan antara lain, mulut, pangkal tenggorokan (pharynx), kerongkongan (esophagus), lambung (ventriculus) dan usus (intestinum).
Menurut Effendi (1979) dalam Bambang (2009), Dasar studi kebiasaan makan ikan adalah mempelajari isi alat pencernaan, dari hasil ini dapat diketahui ikan-ikan pemakan plankton, ikan buas bentuk makanan pokoknya serta makanan kesukaan lainnya.
Menurut Lagler (1972), Dengan mengetahui kebiasaan makan ikan maka dapat diketahui ekologi antar organisme disuatu perairan misalnya bentuk-bentuk pemangsaan dan rantai makanan.
Secara garis besar sistem pencernaan pada ikan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Mulai dari muka ke belakang, saluran pencernaan tersebut terdiri dari mulut, kerongkongan, oesophagus, lambung, usus, dan dubur. Sedangkan kelenjar pencernaanya terdiri dari hati dan kantong empedu. Disamping itu, saluran pencernaannya (lambung dan usus) juga berfungsi sebagai kelenjar pencernaan (Mujiman, 1984). Akan tetapi pada jenis ikan Channa dan Scomber organ saluran pencernaan antara lambung dan intestinumnya terdapat  caeca. Selain itu mulut pada ikan juga dilengkapi dengan gigi yang berperan untuk membantu mendapatkan makanan.
Menurut Ware 1972, dalam Grove, et al 1978, nafsu makan ikan berhubungan erat dengan kepenuhan lambung, dan proses ini dikontrol oleh sistem syaraf pusat. Menurut Vahl (1979), kekenyalan lambung akan memomitor tingkat kepenuhan lambung pada ikan, dan selanjutnya menginformasikan tentang ruang yang tersedia dalam lambung untuk kegiatan makan berikutnya ke pusat-pusat makan di hipothalamus, yaitu Lateral Hipothalamus. LH ini merupakan pusat pengatur dan pengontrol tingkah laku makan pada teleostei (Peter, 1979).
Konsumsi pakan ikan merupakan ukuran kebutuhan suatu populasi ikan terhadap sumber makanannya (Gerking dan Shelby, 1972). Pakan yang dikonsumsi pertama-tama akan digunakan untuk memelihara tubuh dan mengganti sel yang rusak, selebihnya untuk pertumbuhan dan reproduksi (Brett dan Groves, 1979).
Pengaturan konsumsi pakan oleh ikan merupakan pengaturan energi yang masuk, sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi disesuaikan dengan laju metabolismenya (Peter, 1979). Pada dasarnya ikan akan mengkonsumsi pakan pada saat merasa lapar (nafsu makan tinggi) dan jumlah pakan yang dikonsumsi akan semakin menurun bila ikan mendekati kenyang (Hepher, 1988).
Laju pengosongan lambung dapat didefinisikan sebagai laju dari sejumlah pakan yang bergerak melwati saluran pencernaan per-satuan waktu tertentu, yang dinyatakan sebagai g/jam atau mg/menit (Windell, 1978).  Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pengosongan lambng yaitu suhu air, ukuran tbuh, jumlah pakan yang tersedia, frekuensi makan, ukuran partikel pakan, kandungan energi pakan, konsentrasi lemak pakan, pergerakan fraksipakan tercerna dan tidak tercerna, pemuasaan dan pemaksaan pakan  (Windell, 1978).








III. BAHAN DAN METODE


3.1. Waktu dan tempat
            Praktikum Nutrisi Ikan ”feeding trial, penyusunan ransum dan fermentasi” dilakuakan pada tanggal 24 oktober 2012 sampai 14 november, hari Rabu pada pukul 13.00 – 14.40 WIB. Sedangkan percobaan ”konsumsi harian ikan dan percobaan laju pengosongan lambung pada ikan” pada tanggal 22 november 2012, hari Kamis pada pukul 08.00-17.00 Yang bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2. Alat Dan Bahan
            Adapun bahan dan alat yang digunakan selama pratikum nutrisi ikan adalah:
1.      Feeding trial
·         Makanan yang diberikan dan Ikan uji yaitu ikan nila ukuran 3-8 cm
·         Timbangan OHAUS, Akuarium berukuran 40 x 40 x 60 cm, Wadah makan, Saringan dan wadah timbangan
2.      Percobaan penyusunan ransum pembuatan pellet
·         Alat penggiling, alat pengayak, alat penimbang, alat pengaduk, alat pemasak dan alat-alat perlengkapan.
·         Bahan nabati, hewani dan tambahan



3.      Fermentasi
·         Rak kayu untuk fermentasi, Kompor untuk strelisasi, Timbangan sebagai lat ukur, Alat kukusan, Sendok kayu, rak pengering dan perlengkapan lainnya
·         Ampas tahu sebagai bahan dasar dan substrat, kapang rhyzopus sebagai starter proteil sel tunggal, bahan kimia untuk uji protein dan kantong plastik ukuran 1 kg
4.      Percobaan konsumsi harian ikan
·         Ikan uji sebanyak 30 ekor dan makanan ikan
·         Akuarium aerator, timbangan, tempat makanan, baki, aluminium foil, oven, tangguk dan selang sipon.
5.      Percobaan laju pengosongan lambung ikan
·         Ikan uji sebanyak 6 ekor dan makanan yang diberikan
·         Timbangan, akuarium, seperangkat alat bedah, baki, beaker (jam), tangguk, dan alat-alat tulis.

3.3. Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan pada praktikum ini adalah metode langsung dimana objek diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan guna diambil datanya sesuai dengan tuntunan yang terdapat didalam buku penuntun praktikum.

3.4. Prosedur Pratikum
            Adapun prosedur yang dilakukan pada praktikum nutrisi ikan adalah sebagi berikut:
1.      Feeding trial
·         Ikan yang akan diuji diadaptasikan dengan makanan dan wadah percobaan. Kedalaman wadah percobaan diisi air sebanyak 72 liter dan diberi aerasi. Padat ikan sebanyak 20 ekor setiap wadah.
·         Setiap wadah diberi makan pellet yang mengandung protein 25%
·         Perlakuan dalam percobaan ini adalah jumlah makanan sebanyak 7% dari berat badan ikan yang diberi makan 3 kali sehari
·         Seetiap hari makanan yang tersedia pada hari sebelumnya dibuang dengan cara penyiponan dan 20% dari air media ganti
·         Ikan ditimbang sebanyak 25% dari populasi, setiap minggu penyesuaian makanan.
2.      Percobaan penyusunan ransum pembuatan pellet
·         Bahan yang telah disediakan terlebih dahulu dihaluskan menjadi partikel-partikel kecil (tepung)
·         Tiap-tiap bahan ditimbang sesuai kebutuhan, kemudian disimpan dalam kantong plastik
·         Bahan dicampur secara bertahap, mulai dari jumlah bahan yang terendah sampai bahan yang paling berat, dan pencapuran dilakukan dengan alat pengaduk, seperti mixer atau blender untuk memperoleh campuran yang homogen
·         Lalu tambah air yang masak sebanyak 35%-40% dari botol tolat bahan pellet kemudian diaduk  lagi agar merata.
·         Hasil adukan dimasukkan kedalam alat pencetak. Bahan yang keluar dari bahan pencetak dipotong-potong 0,5-1 cm dan dijemur.
·         Setelah pellet kering, analisa kandungan gizi seperti lemak, protein dan lain-lain
3.      Fermentasi
·         Ampas tahu yang akan difermentasikan terlebih dahulu dikeringkan dengan kadar air mencapai lebih kurang 50% kemudian dikukus 10 menit untuk mematikan mikroorganisme yang ada dan tidak diinginkan. Setelah dingin diberi ragi sebanyak 5 gr untuk 1 kg substrat dan diaduk rata. Bahan yang telah diberi ragi dan diaduk rata dimasukkan kedalam kantong plastik lalu diberi tusukan untuk adanya pertukaran udara dengan oksigen bebas selam fermentasi berlangsung
·         Akhir fermentasi bahan dikukus kemudian dikeringkan dan dihaluskan untuk digunakan selanjutnya
·         Perhitungan kadar protein dan kadar air
4.      Percobaan konsumsi harian ikan
·         Ikan yang akan digunakan terlebih dahulu diadaptasi dengan makanan dan wadah pemeliharaan selama tiga hari. Hal ini bertujuan agar ikan uji terbiasa dengan lingkungan dan makanan yang diberikan
·         Berat ikan ditimbang secara keseluruhan
·         Berat pakan ditimbang 10% dari berat total ikan kemudian ikan diberi makan pagi, sore, siang dan malam.
·         Lama pemeliharaan lebih kurang 3 hari
·         Setiap hari pakan yang tersisa dikumpulkan dan dimasukkan dikertas saring yang sudah ditimbang
·         Ikan dikembalikan kedalam akuarium stok dan makanan yang tersisa ditimbang setelah dikeringkan.
5.      Percobaan laju pengosongan lambubg ikan
·         Persiapan, yaitu mempersiapkan ikan dan segala yang diperlukan dalam praktikum ini.
·         Ikan, ikan-ikan yang digunakan terlenih dahulu diadaptasikan terhadap makanan dan tempat yang akan digunakan, selama lebih kurang 3 hari. Sehingga ikan uji benar-benar sudah biasa dengan lingkungan dan makanan yang diberikan.
·         Pemuasaan, ikan uji dupuasakan terlebih dahulu selama 24 jam sehingga lambung ikan menjadi kosong.
·         Pengambilan sampel dilakukan secara acak minimal 3 ekor perkelompok dengan menggunakan tangguk.
·         Penimbangan ikan, setiap ikan uji harus ditimbang secara teliti.
·         Pemberian makanan, ikan uji diberi makanan selama 1 jam atau sampai .lambung ikan diasumsikan telah terisi penuh oleh makanan.
·         Setelah ikan diberi makan sekenyangnya, ikan dipindahkan ke akuarium lain yang telah disediakan. Gunanya untuk menghindari agar ikan uji jangan sampai memakan sisa makanan yang masih ada pada akuarium.
·         Penimbangan berat ikan pada keadaan kenyang dilakukan pada 15 menit setelah pemberian makan dan dalam setiap selang waktu 2 jam sekali selama 12 jam.
·         Pembunuhan, sebelum dibedah terlebih dahulu ikan dimatikan dengan cara menusuk atau dengan menggorek bagian kepalanya.
·         Pembedahan untuk mendapatkan lambung ikan dilakukan dengan menggunakan gunting yang tajam.
·         Pemotongan lambung, pengambilan lambung ikan dilakukan dengan hati-hati dengan menggunakan gunting.
·         Pembedahan ikan minimal sebanyak 3 ekor perkelompok dilakukan satu persatu. Sebelum dibedah ikan ditimbang terlebih dahulu, setelah itu barulah dibedah untuk mengambil lambungnya. Hal ini dilakukan terhadap seluruh ikan sampel dan setiap tahapan interval waktu 2 jam.
·         Penimbangan lambung ikan dilakukan satu persatu dalam keadaan berisi dan kosong secara teliti dengan timbangan yang akurat.
·         Setiap pengukuran dalam setiap tahap dilakukan pencatatan secara teliti (berat dan panjang ikan lain-lainnya).  










IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.  Hasil
Adapun hasil praktikum nutrisi ikan yang dilakukan adalah:
Ikan nila (Oreochromis niloticus) diklasifikasikan kedalam ordo percomorphy, famili cichlidae, genus oreochromis dan spesies Oreochromis niloticus.
Gambar 1. Ikan nila (Oreochromis niloticus)
4.1.1. Peercobaan Feeding Trial Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
            Hasil dari praktikum feeding trial terhadap ikan nila adalah:
1.      Tanggal 24 oktober 2012
Ikan 20 ekor (Berat biomassa ikan = 170,5 gr)
Perhitungan pellet :
Konversi pakan : 3 x 7%
7 %  x 170,5 gr = 11,935 gr
Jumlah pakan perhari :
                        11,935 gr / 3 = 3,97 gr
Jumlah pakan seminggu :
11,935 gr x 7 = 83,545 gr
2.      Tanggal 31 oktober 2012
Berat ikan awal = 170,5 gr
Berat ikan 1 minggu diberi pakan = 208,4 gr
Perhitungan pellet :
Konversi pakan : 3 x 7%
7%  x 14,588 gr = 102,116 gr
Jumlah pakan perhari :
                        14,588 gr / 3 = 4,9 gr
Jumlah pakan seminggu :
7 x 14,588 gr = 102,116 gr
3.      Tanggal 7 November 2012
Biomassa ikan sebelumnya 208,4 gr
Biomassa ikan 2 minggu diberi makan : 247,3 gr
Perhitungan pellet :
Konversi pakan : 3 x 7%
7% x 247,3 gr = 17,311 gr
Jumlah pakan perhari :
                        17,311 gr / 3 = 5,8 gr
Jumlah pakan seminggu :
                        17,311 gr x 7 = 121,177 gr
4.      Tanggal 14 November 2012
Biomassa ikan sebelumnya 247,3 gr
Biomassa ikan 3 minggu diberi makan 270,4 gr
Perhitungan pellet : 3 x 7%
                        7% x 270,4 gr = 18,928 gr
Jumlah pakan perhari :
                        18,928 gr / 3 = 6,30 gr
Jumlah pakan seminggu :
                        18,928 gr x 7 = 132,5 gr
4.1.2. Percobaan Penyusuna Ransum Pembuatan Pellet
            Tidak mendapatkan hasil dari praktikum ini karena tidak adanya kegiatan praktikum dalam penyusunan ransum pembuatan pellet.
4.1.3. Fermentasi
            Mendapatkan hasil fermentasi ampas tahu 500 gr dan dapat dibagi menjadi 3 kantong plastik berukuran 1 kg.
4.1.4. Percobaan Konsumsi Harian Ikan
Perhitungan pellet : frekuensi 3
                        3 x 180,2 gr = 540,6 gr
Pakan tambahan sebantyak 10 % dari bobot biomassa
                        10 % x 540,6 gr = 54,06 gr
Jumlah pakan perhari :
                        54,06 gr / 3 = 18,02 gr
Jumlah pakan sekali makan  :
                        18,02 gr / 3 = 6 gr

Tabel 1. Sisa pellet yang tidak dimakan ikan
Hari
Jam
Sisa pellet
Hari senin

08.00
12.00
16.00
457 gr x 0,01 = 4,57 gr
427 gr x 0,01 = 4,27 gr
512 gr x 0,01 = 5,12 gr
Total = 13,96 gr
selasa

08.00
12.00
16.00
331 gr x 0,01 = 3,31 gr
233 gr x 0,01 = 2,33 gr
178 gr x 0,01 = 1,78 gr
Total = 7,42 gr
Rabu
08.00
12.00
16.00
273 gr x 0,01 = 2,73 gr
-
-
Total = -
Jumlah pakan yang dikonsumsi per Hari (I) %bb/hari
Hari senin:
I = 3 Ma – 3 Ms   x 100%
  Wo
   = 3 (3,96 gr) – 3 (540,6 gr) x 100%
180,2 gr
                           = 41,88 gr – 1621,8 gr   x 100%
                                      180,2 gr
   = -8,768 %
Hari selasa:
I = 3 Ma – 3 Ms   x 100%
Wo
                        = 3 (7,42 gr) – 3 (540,6 gr) x 100%
180,2 gr
                        = 22,26 gr – 1621,8 gr   x 100%
                                     180,2 gr
                        = -8,876 %
4.1.5. Percobaan Laju pengosongan Lambung Ikan
Tabel 2. Laju Pengosongan Lambung Ikan
Jam
Berat Ikan Nila (3 ekor)
Ukuran Morfometrik
Berat Lambung Berisi
Berat Lambung Kosong
08.00
55,1 gr

1. Tl : 11,5 cm, Sl : 9 cm dan Bdh :4 cm
2. Tl : 10,5 cm, Sl : 8,5 cm dan Bdh : 4 cm
3. Tl : 9 cm, Sl : 7 cm dan Bdh : 3 cm
0,776 gr

0,482 gr

0,203 gr

0,165 gr

0,077 gr

0,140 gr

11.30
41,1 gr
1. Tl : 10,4 cm, Sl : 8,5 cm dan Bdh : 3cm
2. Tl : 9 cm, Sl : 7,3 cm dan Bdh : 2,9 cm
3. Tl : 8,5 cm, Sl : 7 cm dan Bdh : 2,9 cm

0,138 gr

0,175 gr

0,219 gr

0,061 gr

0,095 gr

0,056 gr

15.00
44,1 gr
1. Tl : 9,5 cm, Sl : 8 cm dan Bdh :3cm
2. Tl : 10 cm, Sl : 8 cm dan Bdh : 3,5 cm
3. Tl : 8 cm, Sl : 6,5 cm dan  Bdh : 2,5 cm

0,200 gr

0,500 gr

0,100 gr

0,065 gr

0,090 gr

0,053 gr


4.2. Pembahasan
Menurut susanto (1998), ikan nila merupakan hewan yang bersifat herbivora atau pemakan tumbuh-tumbuhan dan juga pemakan hancuran sampah didalam air (detrivor). Makanan pokok benih nila adalah zat-zat renik seperti udang kecil, nila dewasa cenderung menyukai makanan berupa tumbuhan air seperti ganggang.
Pada percobaan feeding trial selama 4 minggu, mendapatkan hasil bobot biomassa yang selalu meningkat tiap minggunya. Sehingga mendapatkan jumlah pakan yang akan diberikan selam proses pemeliharaan yang semakin meningkat pula. Maka dapat diketahui bahwa ikan nila dapat memanfaatkan pakan dengan baik.
percobaan penyusunan bahan ransum pembuatan pellet ikan, tidak mendapatkan hasil dari praktikum. Pada percobaan fermentasi mendapatkan hasil 1 kantog plastik hasil fermentasi ampas tahu.
Konsumsi harian ikan, dapat dibahas bahwa setelah ikan dipuasakan selama 24 jam, maka ikan langsung diberi makan dengan frekuensi 3 kali dengan tambahan 10% bobot biomassa ikan. Total sisa pellet yang tidak dimakan oleh ikan pada hari senin adalah 13,96 gr, pada hari selasa 7,42 gr, tetapi pada hari rabu tidak mendapatkan total dari sisa pakan. Sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi per Hari (I) %bb/hari adalah pada hari senin -8,768 % dan hari selasa -8,876 %.
Laju pengosongan lambung ikan dapat dibahas bahwa pada jam 07.00 dilkukan penimbangan berat ikan (12 ekor) = 150,2 gr. Pada jam 08.00, Berat ikan (3 ekor) = 55,1 gr. Ukuran morfometrik ikan 1 tl : 11,5 cm, sl : 9 cm dan bdh : 4 cm. berat lambung berisi : 0,776 gr. Berat lambung kosong : 0,165 gr. Ikan 2 tl : 10,5 cm, sl : 8,5 cm dan bdh : 4 cm. berat lambung berisi : 0,482 gr. Berat lambung kosong : 0,140 gr. Ikan 3 tl : 9 cm, sl : 7 cm dan bdh : 3 cm. berat lambung berisi : 0,203 gr. Berat lambung kosong : 0,077 gr. Pada jam 11.30, berat ikan (3 ekor) = 41,1 gr, Ikan 1 tl : 10,4 cm, sl : 8,5 cm dan bdh : 3cm. berat lambung berisi : 0,138 gr. Berat lambung kosong : 0,061 gr. Ikan 2, tl : 9 cm, sl : 7,3 cm dan bdh : 2,9 cm. berat lambung berisi : 0,219 gr. Berat lambung kosong : 0,095 gr. Ikan 3 tl : 8,5 cm, sl : 7 cm dan bdh : 2,9 cm. berat lambung berisi : 0,175 gr. Berat lambung kosong : 0,056 gr. Pada jam 15.00, berat ikan (3 ekor) = 44,1 gr, Ikan 1, tl : 9,5 cm, sl : 8 cm dan  bdh:3cm. berat lambung berisi : 0,200 gr. Berat lambung kosong : 0,065 gr. Ikan 2 tl : 10 cm, sl : 8 cm dan bdh : 3,5 cm. berat lambung berisi : 0,500 gr. Berat lambung kosong : 0,090 gr. Ikan 3 tl : 8 cm, sl : 6,5 cm dan bdh : 2,5 cm. berat lambung berisi : 0,100 gr. Berat lambung kosong : 0,053 gr.
Nafsu makan berhubungan erat dengan kepenuhan lambung dan laju pengosongan lambung yang akan menentukan jumlah pakan yang dikonsumsi (Brett, 1971). Pemberian pakan yang berlebihan akan mengakibatkan adanya sisa pakan yang tidak termakan sehingga dapat menurunkan kualitas air media pemeliharaan, sehingga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan produksi ikan yang dibudidayakan (Boyd dalam Cholik et al 1986).
Pengaturan konsumsi pakan oleh ikan merupakan pengaturan energi yang masuk, sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi disesuaikan dengan laju metabolismenya (Peter, 1979). Pada dasarnya ikan akan mengkonsumsi pakan pada saat merasa lapar (nafsu makan tinggi) dan jumlah pakan yang dikonsumsi akan semakin menurun bila ikan mendekati kenyang (Hepher, 1988).
Menurut Heper (1988), kecernaan pakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: keberadaan enzim dalam saluran pencernaan ikan, tingkat aktivitas enzim-enzim pencernaan dan lamanya pakan yang dimakan bereaksi dengan enzim pencernaan. Masing-masing faktor tersebut akan dipengaruhi oleh faktor sekunder, yang berhubungan dengan spesies ikan, umur, dan ukuran ikan,kondisi lingkungan dan komposisi, ukuran serta pakan yang dikonsumsi.













V. KESIMPULAN DAN SARAN
 


5.1. Kesimpulan
            Pakan merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan dalam keberhasilan budidaya ikan, untuk merangsang pertumbuhan ikan secara maksimal. Pakan harus bermutu baik dan mengandung gizi maupun energi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan reproduksi. Feeding trial pada ikan nila memiliki bobot biomassa yang selalu meningkat disetiap minggunya sehingga terjadinya peningkatan pemberian pakan pada pemeliharaan ikan nila.
Konsumsi pakan ikan merupakan ukuran kebutuhan suatu populasi ikan terhadap sumber makanannya Pakan yang dikonsumsi pertama-tama akan digunakan untuk memelihara tubuh dan mengganti sel yang rusak, selebihnya untuk pertumbuhan dan reproduksi . Pengaturan konsumsi pakan oleh ikan merupakan pengaturan energi yang masuk, sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi disesuaikan dengan laju metabolismenya. Jumlah pakan konsumsi harian ikan adalah -8,768 % dan  -8,876 %..
Laju pengosongan lambung dapat didefinisikan sebagai laju dari sejumlah pakan yang bergerak melwati saluran pencernaan per-satuan waktu tertentu, yang dinyatakan sebagai g/jam atau mg/menit. Rata-rata laju pengosongan lambung ikan nila pada jam 08.00 adalah pada lambung berisi 0,487 gr dan lambung kosong 0,174 gr. Pada jam 11.30 adalah lambung berisi 0,177 gr dan lambung kosong 0,070 gr. Pada jam 15.00 lambung berisi 0,267 gr dan lambung kosong 0,069 gr.
Fermentasi amapas tahu memiliki kandungan protein. Fermentasi berhasil dilakukan ketika adanya substrat organik, organisme starter yang sesuai dengan substratnya, nutrisi yang dibutuhkan bagi organisme starter dan lingkungan yang baik.

5.2. Saran
Pada praktikum nutrisi ikan diharapkan agar para praktikan benar-benar melakukan praktikum ini sesuai prosedur  yang telah disediakan di dalam buku praktikum, sehingga hasil yang diperoleh bisa sesuai dengan hasil yang tepat dan bisa menjadi pengalaman ataupun menambah wawasan dari setiap praktikan.














DAFTAR PUSTAKA


Boyd, C.E., 1988. Water Quality in Warmwater Fish Pond. Fourth Printing Auburb Univ. Agriculture Experiment Station, Alabama. USA


Cruz, M. E. 1986. Pegangan Latihan Makanan Ikan. Proyek Pengembangan Perikanan Durat Bagian I (Jenis- Jenis Ikan Ekonomi Penting). Departemen Pertanian. Jakarta. 96 hal.

Djangkaru, Z., 2004. Pembenihan Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan Pemeliharaan. Penebar Swadaya, Jakarta


Effendi, M.I., 1979. Biologi Perikanan, Bagian I. Study Natural History. Fakultas Perikanan IPB, Bogor. 105 hal.


Hepher, B., 1988. Nutrition of pond fishes. Cambridge University Press, Cambridge (UK), 388 p.


Lovell, T., 1979. Feeding Frequency For Channel Catfish. Comercial Fish Farmer and Aquaculture New. 6 (4)


Mudjiman, A., 2004. Makanan Ikan Edisi Revisi, Penebar Swadaya, Jakarta, 190 hal.


Peter G. B. 1985. The use of physiological condition indices in marine bivalve aquaculture. Canada. Volume 44, Issue 3 Pages 187200.


Pulungan, C. P.. Windarti, R.M. Putra, dan D. Efizon,. 2004. Kumpulan Hand Out Kuliah mata pelajaran Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Univesitas Riau. Pekanbaru. 92 hal.


Saanin, 1968. Taksonomi dan kunci identifikasi perikanan. Bina Cipta Bandung. 520 hal.


Susanto, H., 1997. Membuat Kolam Ikan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 20 hal

Susanto, 2007. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. 152 hal.

























LAMPIRAN







Lampiran 1. Alat – alat yang digunakan selama praktikum nutrisi ikan


DSC02750.JPG                                        DSC02744.JPG
      Timbangan OHAUS                                                         Alat-alat tulis
                                        DSC02751.JPG    
Alat-alat bedah                                                           Tangguk                                 
                                           
Akuarium                                                                    Jam
Selang Sipon
Lampiran 2. Bahan-bahan yang digunakan selama praktikum nutrisi ikan


DSC02754.JPG                                      
Pellet                                                               Ikan Nila                                
                      
Ragi                                                                 Ampas tahu

No comments:

Post a Comment

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laatar Belakang Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk pengg...