I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai macam
bahan gizi pakan ikan/makanan yang sangat penting bagi kebutuhan ikan. Ikan
merupakan salah satu jenis organisme air sumber pangan bagi manusia yang banyak
mengandung protein. Agar dapat dibudidayakan dalam waktu yang relatif tidak
terlalu lama maka dalam proses pembudidayaannya selain menggunakan pakan alami
juga memberikan pakan buatan. Pakan buatan yang diberikan pada ikan harus
mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan ikan tersebut. Saat ini dengan
semakin meningkatnya ilmu pengetahuan tentang nutrisi ikan maka pabrik pakan
buatan ikan menyusun formulasi pakan sesuai dengan kebutuhan gizi setiap jenis
ikan yang akan dibudidayakan.
Pakan merupakan
salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam usaha budidaya, baik secara
kualitas maupun kuantitasnya. Dengan pemberian pakan yang baik dalam jumlah
yang cukup diharapkan pertumbuhan meningkat. Makanan yang dimakan ikan
digunakan untuk kelangsungan hidup dan kelebihannya dipergunakan untuk pertumbuhan.
Jadi jika menghendaki pertumbuhan maka harus memberikan makanan yang memiliki
kebutuhan pemeliharaan tubuh (Djangkaru, 1999). Untuk memperoleh
pertumbuhan yang optimal ikan harus mendapatkan makanan yang cukup dan
berkualitas. Makanan ikan sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan badannya
(Lingga dan Susanto, 1993).
Nutrien atau
kandungan zat gizi dalam bahan pakan di bagi menjadi enam bagian yaitu :
energi, protein dan asam amino, lipid dan asam lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral.
Budidaya perikanan
secara intensif, biaya pakan merupakan biaya produksi terbesar. Pemanfaatan
bahan pakan lokal hasil pertanian dan ikutannya seoptimal mungin dapat
mengurangi biaya ransum. Ransum adalah faktor penentu terhadap pertumbuhan
dalam teknologi budidaya. Optimalitas performan ternak ikan hanya dapat
terealisasi apabila diberi ransum bermutu yang memenuhi persyaratan tertentu
dalam jumlah yang cukup. Penggunaan bahan pakan penyusun ransum ikan yang umum
digunakan, sering menimbulkan persaingan, sehinga harga ransum tinggi. Untuk
itu, diperlukan upaya untuk mencari alternatif sumber bahan pakan yang murah,
mudah didapat, kualitasnya baik, serta tidak bersaing dengan pangan.
Income over feed
and fish cost berpengaruh besar dalam menentukan
keuntungan dan kerugian dari suatu budidaya perikanan. Semakin efisien ransum
yang diubah menjadi daging, maka semakin baik pula nilai income over feed cost.
Hal tersebut turut ditentukan pula oleh harga bahan pakan di pasaran.
Jumlah makanan yang tepat bagi ikan yang dipelihara di kolam sangat
berfariasi, tergantung dari jenis ikan yang dipelihara, ukuran ikan, dan factor
lingkungan seperti kadar O2 terlarut, pH air, suhu lingkungan dan
factor fisiologi dalam tubuh ikan. secara umum dapat dibaca dari buku referensi
seperti Halver (1972), Lovel (1986) yang mengatakan bahwa jumlah makanan harian
ikan berkisar antara 3-30 % berat badan perhari. Ikan kecil jumlah makanan yang
dimakan perhari relatif lebih banyak disbanding ikan besar, bila dihitung dari
persentase berat badannya. Larva yang baru habis kuning telur biasa memakan
sampai dengan 30 % dari berat badannya, sedangkan ikan dikolam pembesaran hanya
diberikan makanan 3 % saja.
Tujuan pemberian pakan pada ikan adalah
menyediakan kebutuhan gizi untuk kesehatan yang baik, pertumbuhan dan hasil
panen yang optimum, produksi limbah yang minimum dengan biaya yang masuk akal
demi keuntungan yang maksimum. Pakan yang berkualitas kegizian dan fisik
merupakan kunci untuk mencapai tujuan-tujuan produksi dan ekonomis budidaya
ikan. Pengetahuan tentang gizi ikan dan pakan ikan berperan penting di dalam
mendukung pengembangan budidaya ikan (aquaculture) dalam mencapai tujuan
tersebut. Konversi yang efisien dalam memberi makan ikan sangat penting bagi
pembudidaya ikan sebab pakan merupakan komponen yang cukup besar dari total
biaya produksi. Bagi pembudidaya ikan, pengetahuan tentang gizi bahan baku dan
pakan merupakan sesuatu yang sangat kritis sebab pakan menghabiskan biaya
40-50% dari biaya produksi.
Kekurangan makanan atau
energi yang dibutuhkan dapat mengakibatkan berkurangnya pertumbuhan karena
energi digunakan untuk memelihara fungsi tubuh dan pergerakan kemudian sisanya
baru dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Protein dalam pakan baru digunakan untuk
energi pembakaran apabila energi yang
diperoleh dari selain protein tidak
mencukupi lagi (Idasari, 2012).
1. 2. Tujuan dan manfaat
Tujuan dan manfaat dari praktikum nutrisi ikan adalah:
1. Percobaan feeding trial
·
Pemeliharaan
ikan dengan adap tasi yang baik di aquariau
·
Menilai
fisika, kimia dan biologi makanan yang telah diramu sebelum terhadap ikan nila
(oreochromis niloticus) memulai
pemeliharan selama 1 bulan
2. Percobaan penyusunan ransum pembuatan
pelet
·
Dapat
menyediakan alat-alat yang digunakan, seperti alat penggiling, alat pengayak,
alat penimbang, alat pengaduk, alat pemasak dan alat-alat pelengkap lainnya.
·
Menyiapkan
bahan-bahan baik nabati, hewani ataupun tambahan
·
Dapat
menyusun ransum, agar dapat menyusun ransum yang tepat dan sesuai dengan jenis
ikan yang dipelihara.
·
Mengetahui
langkah-langkah pembuatan pellet
3. Fermentasi
·
Dapat
melakukan proses fermentasi dengan baik
·
Dapat
merekayasa gizi bahan pakan dengan cara fermentasi untuk meningkatkan protein
dari ampas tahu
·
Mengetahui
permasalahan yang dapat menggagalkan proses fermentasi dan beberapa
kemampuannya dalam meningkatkan kadar protein bahan.
4. Percobaan konsumsi harian pakan
·
Mengerti
cara mengetahui beberapa banyak makanan yang dikonsumsi ikan peliharaan dalam
waktu 1 hari
·
Dapat
memprediksi jumlah pakan yang dibutuhkan ikan selama masa pemeliharaan
5. Percobaam pengosongan lambung ikan
·
Mengerti
bagaimana cara menentukan laju pencernaan dan konsumsi harian ikan peliharaan.
·
Dapat
menentukan kapan ikan akan merasa lapar yaitu pada saat lambung ikan kosong
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ikan adalah hewan vertebrata yang hidup diair,
bernafas dengan insang, bergerak dengan sirip dan termasuk hewan berdarah
dingin (poikiloterm). Ikan ada yang hidup diair tawar dan ada juga yang hidup
diair laut. Bentuk ikan nila adalah pipih memanjang kesamping, mempunyai garis pada
sirip ekor, pada sirip punggung terdapat duri – duri yang tajam, mata menonjol
dan relative besar dengan bagian tepi mata berwarna putih, garis literature
terputus dan dilanjutkan dengan garis yang terletak dibawah (Susanto, 1998).
Menurut Suryanto
(2001), ikan nila terkenal sebagai ikan yang sangat tahan terhadap perubahan
lingkungan, dapat hidup dilingkungan perairan tawar, payau dan asin. Kadar
garam yang disukai 3-5 ppm, nilai PH berkisar antara 6,0-8,5, suhu optimal
antara 23-30oC. Oleh karena itu, ikan nila cocok dipelihara
didataran rendah sampai agak tinggi (500 meter dari permukaan laut).
Mudjiman (2001), menyatakan bahwa
ikan nila merupakan ikan pemakan segalanya (omnivora), yang terdiri dari
plankton, detritus dan berbagai tumbuhan air. Di alam ikan nila mulai memijah
pada umur 4 bulan, betina yang matang gonad dapat menghasilkan sekitar 250-1100
butir telur dengan berat ovarium 2-5 gr telur, telur yang telah dibuahi akan
menetas dalam waktu 3-5 hari didalam mulut induk betina, setelah itu larva
diasuh oleh induk sehingga mencapai umur lebih 2 minggu.
Cruz (1986)
menyatakan bahwa cara pemberian makanan dipengaruhi oleh factor lingkungan
(suhu dan oksigen terlarut), factor fisika seperti ukuran dan jenis kolam.
Pemberian pakan sedikit untuk satu kali pemberian lebih menguntungkan bagi ikan
dari pada pemberian pakan dalam jumlah banyak tetapi jarang. Selanjutnya pakan
yang diberikan perhari biasanya dihitung berdasarkan bobot ikan yang
digambarkan sebagai presentasi dari bobot ikan. Jumlah pakan yang disarankan 20
– 50 % untuk benih, 10 – 20 % untuk ukuran 50 – 500 gram dan 3 – 5 % untuk yang
lebih besar.
Konsumsi pakan ikan
merupakan ukuran kebutuhan suatu populasi ikan terhadap sumber makanannya
(Gerking dan Shelby, 1972). Pakan yang dikonsumsi pertama-tama akan digunakan
untuk memelihara tubuh dan mengganti sel yang rusak, selebihnya untuk
pertumbuhan dan reproduksi (Brett dan Groves, 1979).
Pengaturan konsumsi
pakan oleh ikan merupakan pengaturan energi yang masuk, sehingga jumlah pakan
yang dikonsumsi disesuaikan dengan laju metabolismenya (Peter, 1979). Pada
dasarnya ikan akan mengkonsumsi pakan pada saat merasa lapar (nafsu makan
tinggi) dan jumlah pakan yang dikonsumsi akan semakin menurun bila ikan
mendekati kenyang (Hepher, 1988).
Uji secara kimia
bertujuan untuk mengetahui kandungan gizi pada pakan buatan yang telah dibuat
pakan sesuai dengan formulasi pakan yang disusun. Uji coba ini sangat berguna
bagi konsumen dan juga sebagai pengawasan mutu pakan yang diproduksi. Uji pakan
secara kimia meliputi : uji kadar air, uji kadar protein, uji kadar lemak,
kadar Serat kasar, dan kadar abu (Gusrina, 2008).
Menurut Pulungan et al (1989), Sistem pencernaan pada
tubuh ikan dapat dibedakan menjadi saluran pencernaan (tructus digesticus) dan
kelenjar pencernaan (glandula digestoria). Organ-organ yang menyusun saluran
pencernaan antara lain, mulut, pangkal tenggorokan (pharynx), kerongkongan
(esophagus), lambung (ventriculus) dan usus (intestinum).
Menurut Effendi
(1979) dalam Bambang (2009), Dasar
studi kebiasaan makan ikan adalah mempelajari isi alat pencernaan, dari hasil
ini dapat diketahui ikan-ikan pemakan plankton, ikan buas bentuk makanan
pokoknya serta makanan kesukaan lainnya.
Menurut Lagler
(1972), Dengan mengetahui kebiasaan makan ikan maka dapat diketahui ekologi
antar organisme disuatu perairan misalnya bentuk-bentuk pemangsaan dan rantai
makanan.
Secara garis besar
sistem pencernaan pada ikan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan
dan kelenjar pencernaan. Mulai dari muka ke belakang, saluran pencernaan
tersebut terdiri dari mulut, kerongkongan, oesophagus, lambung, usus, dan
dubur. Sedangkan kelenjar pencernaanya terdiri dari hati dan kantong empedu.
Disamping itu, saluran pencernaannya (lambung dan usus) juga berfungsi sebagai
kelenjar pencernaan (Mujiman, 1984). Akan tetapi pada jenis ikan Channa dan
Scomber organ saluran pencernaan antara lambung dan intestinumnya terdapat caeca. Selain itu mulut pada ikan juga
dilengkapi dengan gigi yang berperan untuk membantu mendapatkan makanan.
Menurut Ware 1972, dalam Grove, et al 1978,
nafsu makan ikan berhubungan erat dengan kepenuhan lambung, dan proses ini
dikontrol oleh sistem syaraf pusat. Menurut Vahl (1979), kekenyalan lambung
akan memomitor tingkat kepenuhan lambung pada ikan, dan selanjutnya
menginformasikan tentang ruang yang tersedia dalam lambung untuk kegiatan makan
berikutnya ke pusat-pusat makan di hipothalamus, yaitu Lateral Hipothalamus. LH
ini merupakan pusat pengatur dan pengontrol tingkah laku makan pada teleostei
(Peter, 1979).
Konsumsi pakan ikan merupakan ukuran kebutuhan
suatu populasi ikan terhadap sumber makanannya (Gerking dan Shelby, 1972).
Pakan yang dikonsumsi pertama-tama akan digunakan untuk memelihara tubuh dan
mengganti sel yang rusak, selebihnya untuk pertumbuhan dan reproduksi (Brett
dan Groves, 1979).
Pengaturan konsumsi pakan oleh ikan merupakan
pengaturan energi yang masuk, sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi disesuaikan
dengan laju metabolismenya (Peter, 1979). Pada dasarnya ikan akan mengkonsumsi
pakan pada saat merasa lapar (nafsu makan tinggi) dan jumlah pakan yang
dikonsumsi akan semakin menurun bila ikan mendekati kenyang (Hepher, 1988).
Laju pengosongan lambung dapat didefinisikan
sebagai laju dari sejumlah pakan yang bergerak melwati saluran pencernaan
per-satuan waktu tertentu, yang dinyatakan sebagai g/jam atau mg/menit
(Windell, 1978). Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pengosongan lambng yaitu suhu air,
ukuran tbuh, jumlah pakan yang tersedia, frekuensi makan, ukuran partikel
pakan, kandungan energi pakan, konsentrasi lemak pakan, pergerakan fraksipakan
tercerna dan tidak tercerna, pemuasaan dan pemaksaan pakan (Windell, 1978).
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan tempat
Praktikum Nutrisi Ikan
”feeding trial, penyusunan ransum dan fermentasi” dilakuakan pada tanggal 24
oktober 2012 sampai 14 november, hari Rabu pada pukul 13.00 – 14.40 WIB.
Sedangkan percobaan ”konsumsi harian ikan dan percobaan laju pengosongan
lambung pada ikan” pada tanggal 22 november 2012, hari Kamis pada pukul
08.00-17.00 Yang bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Riau.
3.2. Alat Dan Bahan
Adapun bahan dan alat yang
digunakan selama pratikum nutrisi ikan adalah:
1. Feeding trial
·
Makanan
yang diberikan dan Ikan uji yaitu ikan nila ukuran 3-8 cm
·
Timbangan
OHAUS, Akuarium berukuran 40 x 40 x 60 cm, Wadah makan, Saringan dan wadah
timbangan
2. Percobaan penyusunan ransum pembuatan
pellet
·
Alat
penggiling, alat pengayak, alat penimbang, alat pengaduk, alat pemasak dan
alat-alat perlengkapan.
·
Bahan
nabati, hewani dan tambahan
3. Fermentasi
·
Rak
kayu untuk fermentasi, Kompor untuk strelisasi, Timbangan sebagai lat ukur, Alat
kukusan, Sendok kayu, rak pengering dan perlengkapan lainnya
·
Ampas
tahu sebagai bahan dasar dan substrat, kapang rhyzopus sebagai starter proteil
sel tunggal, bahan kimia untuk uji protein dan kantong plastik ukuran 1 kg
4. Percobaan konsumsi harian ikan
·
Ikan
uji sebanyak 30 ekor dan makanan ikan
·
Akuarium
aerator, timbangan, tempat makanan, baki, aluminium foil, oven, tangguk dan
selang sipon.
5. Percobaan laju pengosongan lambung ikan
·
Ikan
uji sebanyak 6 ekor dan makanan yang diberikan
·
Timbangan,
akuarium, seperangkat alat bedah, baki, beaker (jam), tangguk, dan alat-alat
tulis.
3.3. Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan pada praktikum ini adalah metode langsung dimana
objek diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan guna diambil datanya
sesuai dengan tuntunan yang terdapat didalam buku penuntun praktikum.
3.4. Prosedur Pratikum
Adapun
prosedur yang dilakukan pada
praktikum nutrisi ikan adalah sebagi berikut:
1. Feeding trial
·
Ikan yang
akan diuji diadaptasikan dengan makanan dan wadah percobaan. Kedalaman wadah
percobaan diisi air sebanyak 72 liter dan diberi aerasi. Padat ikan sebanyak 20
ekor setiap wadah.
·
Setiap
wadah diberi makan pellet yang mengandung protein 25%
·
Perlakuan
dalam percobaan ini adalah jumlah makanan sebanyak 7% dari berat badan ikan
yang diberi makan 3 kali sehari
·
Seetiap
hari makanan yang tersedia pada hari sebelumnya dibuang dengan cara penyiponan
dan 20% dari air media ganti
·
Ikan
ditimbang sebanyak 25% dari populasi, setiap minggu penyesuaian makanan.
2. Percobaan penyusunan ransum pembuatan pellet
·
Bahan yang
telah disediakan terlebih dahulu dihaluskan menjadi partikel-partikel kecil
(tepung)
·
Tiap-tiap
bahan ditimbang sesuai kebutuhan, kemudian disimpan dalam kantong plastik
·
Bahan
dicampur secara bertahap, mulai dari jumlah bahan yang terendah sampai bahan
yang paling berat, dan pencapuran dilakukan dengan alat pengaduk, seperti mixer
atau blender untuk memperoleh campuran yang homogen
·
Lalu
tambah air yang masak sebanyak 35%-40% dari botol tolat bahan pellet kemudian
diaduk lagi agar merata.
·
Hasil
adukan dimasukkan kedalam alat pencetak. Bahan yang keluar dari bahan pencetak
dipotong-potong 0,5-1 cm dan dijemur.
·
Setelah
pellet kering, analisa kandungan gizi seperti lemak, protein dan lain-lain
3. Fermentasi
·
Ampas tahu
yang akan difermentasikan terlebih dahulu dikeringkan dengan kadar air mencapai
lebih kurang 50% kemudian dikukus 10 menit untuk mematikan mikroorganisme yang
ada dan tidak diinginkan. Setelah dingin diberi ragi sebanyak 5 gr untuk 1 kg
substrat dan diaduk rata. Bahan yang telah diberi ragi dan diaduk rata
dimasukkan kedalam kantong plastik lalu diberi tusukan untuk adanya pertukaran
udara dengan oksigen bebas selam fermentasi berlangsung
·
Akhir
fermentasi bahan dikukus kemudian dikeringkan dan dihaluskan untuk digunakan
selanjutnya
·
Perhitungan
kadar protein dan kadar air
4. Percobaan konsumsi harian ikan
·
Ikan yang akan digunakan terlebih
dahulu diadaptasi dengan makanan dan wadah pemeliharaan selama tiga hari. Hal
ini bertujuan agar ikan uji terbiasa dengan lingkungan dan makanan yang
diberikan
·
Berat ikan ditimbang secara
keseluruhan
·
Berat pakan ditimbang 10% dari
berat total ikan kemudian ikan diberi makan pagi, sore, siang dan malam.
·
Lama pemeliharaan lebih kurang 3 hari
·
Setiap hari pakan yang tersisa
dikumpulkan dan dimasukkan dikertas saring yang sudah ditimbang
·
Ikan dikembalikan kedalam akuarium
stok dan makanan yang tersisa ditimbang setelah dikeringkan.
5. Percobaan laju pengosongan lambubg ikan
·
Persiapan, yaitu mempersiapkan
ikan dan segala yang diperlukan dalam praktikum ini.
·
Ikan, ikan-ikan yang digunakan
terlenih dahulu diadaptasikan terhadap makanan dan tempat yang akan digunakan,
selama lebih kurang 3 hari. Sehingga ikan uji benar-benar sudah biasa dengan
lingkungan dan makanan yang diberikan.
·
Pemuasaan, ikan uji dupuasakan
terlebih dahulu selama 24 jam sehingga lambung ikan menjadi kosong.
·
Pengambilan sampel dilakukan
secara acak minimal 3 ekor perkelompok dengan menggunakan tangguk.
·
Penimbangan ikan, setiap ikan uji
harus ditimbang secara teliti.
·
Pemberian makanan, ikan uji diberi
makanan selama 1 jam atau sampai .lambung ikan diasumsikan telah terisi penuh
oleh makanan.
·
Setelah ikan diberi makan
sekenyangnya, ikan dipindahkan ke akuarium lain yang telah disediakan. Gunanya
untuk menghindari agar ikan uji jangan sampai memakan sisa makanan yang masih
ada pada akuarium.
·
Penimbangan berat ikan pada
keadaan kenyang dilakukan pada 15 menit setelah pemberian makan dan dalam
setiap selang waktu 2 jam sekali selama 12 jam.
·
Pembunuhan, sebelum dibedah
terlebih dahulu ikan dimatikan dengan cara menusuk atau dengan menggorek bagian
kepalanya.
·
Pembedahan untuk mendapatkan
lambung ikan dilakukan dengan menggunakan gunting yang tajam.
·
Pemotongan lambung, pengambilan
lambung ikan dilakukan dengan hati-hati dengan menggunakan gunting.
·
Pembedahan ikan minimal sebanyak 3
ekor perkelompok dilakukan satu persatu. Sebelum dibedah ikan ditimbang
terlebih dahulu, setelah itu barulah dibedah untuk mengambil lambungnya. Hal
ini dilakukan terhadap seluruh ikan sampel dan setiap tahapan interval waktu 2
jam.
·
Penimbangan lambung ikan dilakukan
satu persatu dalam keadaan berisi dan kosong secara teliti dengan timbangan
yang akurat.
·
Setiap pengukuran dalam setiap
tahap dilakukan pencatatan secara teliti (berat dan panjang ikan lain-lainnya).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil praktikum nutrisi ikan yang
dilakukan adalah:
Ikan nila (Oreochromis
niloticus) diklasifikasikan kedalam ordo percomorphy, famili cichlidae,
genus oreochromis dan spesies Oreochromis niloticus.
Gambar 1. Ikan nila (Oreochromis
niloticus)
4.1.1. Peercobaan Feeding Trial Ikan
Nila (Oreochromis niloticus)
Hasil dari praktikum feeding trial
terhadap ikan nila adalah:
1. Tanggal 24 oktober 2012
Ikan 20 ekor (Berat biomassa ikan = 170,5 gr)
Perhitungan pellet :
Konversi pakan : 3 x 7%
7 % x
170,5 gr = 11,935 gr
Jumlah pakan perhari :
11,935 gr / 3 = 3,97 gr
Jumlah pakan seminggu :
11,935 gr x 7 = 83,545 gr
2. Tanggal 31 oktober 2012
Berat ikan awal = 170,5 gr
Berat ikan 1 minggu diberi pakan = 208,4 gr
Perhitungan pellet :
Konversi pakan : 3 x 7%
7% x
14,588 gr = 102,116 gr
Jumlah pakan perhari :
14,588 gr / 3 = 4,9 gr
Jumlah pakan seminggu :
7 x 14,588 gr = 102,116 gr
3. Tanggal 7 November 2012
Biomassa ikan sebelumnya 208,4 gr
Biomassa ikan 2 minggu diberi makan : 247,3 gr
Perhitungan pellet :
Konversi pakan : 3 x 7%
7% x 247,3 gr = 17,311 gr
Jumlah pakan perhari :
17,311 gr / 3 = 5,8 gr
Jumlah pakan seminggu :
17,311 gr x 7 = 121,177
gr
4. Tanggal 14 November 2012
Biomassa ikan sebelumnya 247,3 gr
Biomassa ikan 3 minggu diberi makan 270,4 gr
Perhitungan pellet : 3 x 7%
7% x 270,4 gr = 18,928
gr
Jumlah pakan perhari :
18,928 gr / 3 = 6,30 gr
Jumlah pakan seminggu :
18,928 gr x 7 = 132,5 gr
4.1.2. Percobaan Penyusuna Ransum Pembuatan Pellet
Tidak mendapatkan hasil dari praktikum ini
karena tidak adanya kegiatan praktikum dalam penyusunan ransum pembuatan
pellet.
4.1.3. Fermentasi
Mendapatkan hasil fermentasi ampas tahu 500 gr
dan dapat dibagi menjadi 3 kantong plastik berukuran 1 kg.
4.1.4. Percobaan Konsumsi Harian Ikan
Perhitungan pellet : frekuensi 3
3
x 180,2 gr = 540,6 gr
Pakan tambahan sebantyak 10 % dari bobot
biomassa
10
% x 540,6 gr = 54,06 gr
Jumlah pakan perhari :
54,06
gr / 3 = 18,02 gr
Jumlah pakan sekali makan :
18,02 gr / 3 = 6 gr
Tabel 1. Sisa pellet yang tidak dimakan ikan
Hari
|
Jam
|
Sisa pellet
|
Hari senin
|
08.00
12.00
16.00
|
457 gr x 0,01 =
4,57 gr
427 gr x 0,01 =
4,27 gr
512 gr x 0,01 =
5,12 gr
Total = 13,96 gr
|
selasa
|
08.00
12.00
16.00
|
331 gr x 0,01 = 3,31
gr
233 gr x 0,01 =
2,33 gr
178 gr x 0,01 =
1,78 gr
Total = 7,42 gr
|
Rabu
|
08.00
12.00
16.00
|
273 gr x 0,01 =
2,73 gr
-
-
Total = -
|
Jumlah pakan yang dikonsumsi per Hari (I) %bb/hari
Hari senin:
I = 3 Ma – 3 Ms x 100%
Wo
= 3 (3,96 gr) – 3 (540,6 gr) x 100%
180,2 gr
=
41,88 gr – 1621,8 gr x 100%
180,2
gr
= -8,768 %
Hari selasa:
I = 3 Ma – 3 Ms x 100%
Wo
=
3 (7,42 gr) – 3 (540,6 gr) x 100%
180,2 gr
= 22,26 gr – 1621,8 gr x 100%
180,2 gr
= -8,876 %
4.1.5. Percobaan
Laju pengosongan Lambung Ikan
Tabel 2. Laju Pengosongan
Lambung Ikan
Jam
|
Berat Ikan Nila (3
ekor)
|
Ukuran Morfometrik
|
Berat Lambung
Berisi
|
Berat Lambung
Kosong
|
08.00
|
55,1 gr
|
1. Tl : 11,5 cm,
Sl : 9 cm dan Bdh :4 cm
2. Tl : 10,5 cm, Sl
: 8,5 cm dan Bdh : 4 cm
3. Tl : 9 cm, Sl :
7 cm dan Bdh : 3 cm
|
0,776 gr
0,482 gr
0,203 gr
|
0,165 gr
0,077 gr
0,140 gr
|
11.30
|
41,1 gr
|
1. Tl : 10,4 cm, Sl
: 8,5 cm dan Bdh : 3cm
2. Tl : 9 cm, Sl :
7,3 cm dan Bdh : 2,9 cm
3. Tl : 8,5 cm, Sl
: 7 cm dan Bdh : 2,9 cm
|
0,138 gr
0,175 gr
0,219 gr
|
0,061 gr
0,095 gr
0,056 gr
|
15.00
|
44,1 gr
|
1. Tl : 9,5 cm, Sl
: 8 cm dan Bdh :3cm
2. Tl : 10 cm, Sl
: 8 cm dan Bdh : 3,5 cm
3. Tl : 8 cm, Sl :
6,5 cm dan Bdh : 2,5 cm
|
0,200 gr
0,500 gr
0,100 gr
|
0,065 gr
0,090 gr
0,053 gr
|
4.2. Pembahasan
Menurut susanto (1998), ikan nila merupakan
hewan yang bersifat herbivora atau pemakan tumbuh-tumbuhan dan juga pemakan
hancuran sampah didalam air (detrivor). Makanan pokok benih nila adalah zat-zat
renik seperti udang kecil, nila dewasa cenderung menyukai makanan berupa
tumbuhan air seperti ganggang.
Pada percobaan feeding trial selama 4 minggu,
mendapatkan hasil bobot biomassa yang selalu meningkat tiap minggunya. Sehingga
mendapatkan jumlah pakan yang akan diberikan selam proses pemeliharaan yang
semakin meningkat pula. Maka dapat diketahui bahwa ikan nila dapat memanfaatkan
pakan dengan baik.
percobaan penyusunan bahan ransum pembuatan
pellet ikan, tidak mendapatkan hasil dari praktikum. Pada percobaan fermentasi
mendapatkan hasil 1 kantog plastik hasil fermentasi ampas tahu.
Konsumsi harian ikan, dapat dibahas bahwa
setelah ikan dipuasakan selama 24 jam, maka ikan langsung diberi makan dengan
frekuensi 3 kali dengan tambahan 10% bobot biomassa ikan. Total sisa pellet
yang tidak dimakan oleh ikan pada hari senin adalah 13,96 gr, pada hari selasa 7,42 gr, tetapi pada hari rabu tidak
mendapatkan total dari sisa pakan. Sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi per
Hari (I) %bb/hari adalah pada hari senin -8,768 % dan hari selasa -8,876 %.
Laju pengosongan
lambung ikan dapat dibahas bahwa pada jam 07.00 dilkukan penimbangan berat ikan
(12 ekor) = 150,2 gr. Pada jam 08.00, Berat ikan (3 ekor) = 55,1 gr. Ukuran
morfometrik ikan 1 tl : 11,5 cm, sl : 9 cm dan bdh : 4 cm. berat lambung berisi
: 0,776 gr. Berat lambung kosong : 0,165 gr. Ikan 2 tl : 10,5 cm, sl :
8,5 cm dan bdh : 4 cm. berat lambung berisi : 0,482 gr. Berat lambung kosong :
0,140 gr. Ikan 3 tl : 9 cm, sl : 7 cm dan bdh : 3 cm. berat lambung
berisi : 0,203 gr. Berat lambung kosong : 0,077 gr. Pada jam 11.30, berat
ikan (3 ekor) = 41,1 gr, Ikan 1 tl : 10,4 cm, sl : 8,5 cm dan bdh : 3cm.
berat lambung berisi : 0,138 gr. Berat lambung kosong : 0,061 gr. Ikan
2, tl : 9 cm, sl : 7,3 cm dan bdh : 2,9 cm. berat lambung berisi : 0,219 gr.
Berat lambung kosong : 0,095 gr. Ikan 3 tl : 8,5 cm, sl : 7 cm dan bdh :
2,9 cm. berat lambung berisi : 0,175 gr. Berat lambung kosong : 0,056 gr. Pada
jam 15.00, berat ikan (3 ekor) = 44,1 gr, Ikan 1, tl : 9,5 cm, sl
: 8 cm dan bdh:3cm. berat lambung berisi
: 0,200 gr. Berat lambung kosong : 0,065 gr. Ikan 2 tl : 10 cm, sl : 8
cm dan bdh : 3,5 cm. berat lambung berisi : 0,500 gr. Berat lambung kosong :
0,090 gr. Ikan 3 tl : 8 cm, sl : 6,5 cm dan bdh : 2,5 cm. berat lambung
berisi : 0,100 gr. Berat lambung kosong : 0,053 gr.
Nafsu makan berhubungan erat dengan kepenuhan
lambung dan laju pengosongan lambung yang akan menentukan jumlah pakan yang
dikonsumsi (Brett, 1971). Pemberian pakan yang berlebihan akan mengakibatkan
adanya sisa pakan yang tidak termakan sehingga dapat menurunkan kualitas air
media pemeliharaan, sehingga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan
produksi ikan yang dibudidayakan (Boyd dalam
Cholik et al 1986).
Pengaturan konsumsi pakan oleh ikan merupakan
pengaturan energi yang masuk, sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi disesuaikan
dengan laju metabolismenya (Peter, 1979). Pada dasarnya ikan akan mengkonsumsi
pakan pada saat merasa lapar (nafsu makan tinggi) dan jumlah pakan yang
dikonsumsi akan semakin menurun bila ikan mendekati kenyang (Hepher, 1988).
Menurut Heper (1988), kecernaan pakan
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: keberadaan enzim dalam saluran pencernaan
ikan, tingkat aktivitas enzim-enzim pencernaan dan lamanya pakan yang dimakan
bereaksi dengan enzim pencernaan. Masing-masing faktor tersebut akan
dipengaruhi oleh faktor sekunder, yang berhubungan dengan spesies ikan, umur,
dan ukuran ikan,kondisi lingkungan dan komposisi, ukuran serta pakan yang
dikonsumsi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pakan
merupakan faktor yang sangat
penting diperhatikan dalam keberhasilan budidaya ikan, untuk merangsang
pertumbuhan ikan secara maksimal. Pakan harus bermutu baik dan mengandung gizi
maupun energi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan reproduksi. Feeding trial
pada ikan nila memiliki bobot biomassa yang selalu meningkat disetiap minggunya
sehingga terjadinya peningkatan pemberian pakan pada pemeliharaan ikan nila.
Konsumsi pakan ikan merupakan ukuran kebutuhan suatu populasi ikan
terhadap sumber makanannya Pakan yang dikonsumsi pertama-tama akan digunakan
untuk memelihara tubuh dan mengganti sel yang rusak, selebihnya untuk
pertumbuhan dan reproduksi . Pengaturan konsumsi pakan oleh ikan merupakan
pengaturan energi yang masuk, sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi disesuaikan
dengan laju metabolismenya. Jumlah pakan konsumsi harian ikan adalah -8,768 % dan
-8,876 %..
Laju pengosongan lambung dapat didefinisikan sebagai laju dari sejumlah
pakan yang bergerak melwati saluran pencernaan per-satuan waktu tertentu, yang
dinyatakan sebagai g/jam atau mg/menit. Rata-rata laju pengosongan lambung ikan nila
pada jam 08.00 adalah pada lambung berisi 0,487 gr dan lambung kosong 0,174 gr.
Pada jam 11.30 adalah lambung berisi 0,177 gr dan lambung kosong 0,070 gr. Pada
jam 15.00 lambung berisi 0,267 gr dan lambung kosong 0,069 gr.
Fermentasi amapas tahu memiliki kandungan protein. Fermentasi berhasil
dilakukan ketika adanya substrat organik, organisme starter yang sesuai dengan
substratnya, nutrisi yang dibutuhkan bagi organisme starter dan lingkungan yang
baik.
5.2. Saran
Pada praktikum nutrisi ikan diharapkan agar
para praktikan benar-benar melakukan praktikum ini sesuai prosedur yang telah disediakan di dalam buku praktikum, sehingga
hasil yang diperoleh bisa sesuai dengan hasil yang tepat dan bisa menjadi
pengalaman ataupun menambah wawasan dari setiap praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, C.E., 1988.
Water Quality in Warmwater Fish Pond. Fourth Printing Auburb Univ. Agriculture
Experiment Station, Alabama. USA
Cruz, M. E. 1986. Pegangan Latihan Makanan Ikan. Proyek
Pengembangan Perikanan Durat Bagian I (Jenis- Jenis Ikan Ekonomi Penting).
Departemen Pertanian. Jakarta. 96 hal.
Djangkaru, Z., 2004. Pembenihan
Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan Pemeliharaan. Penebar Swadaya, Jakarta
Effendi, M.I., 1979.
Biologi Perikanan, Bagian I. Study Natural History. Fakultas Perikanan IPB,
Bogor. 105 hal.
Hepher, B., 1988.
Nutrition of pond fishes. Cambridge University Press, Cambridge (UK), 388 p.
Lovell, T., 1979. Feeding Frequency For Channel
Catfish. Comercial Fish Farmer and Aquaculture New. 6 (4)
Mudjiman, A., 2004. Makanan Ikan Edisi Revisi,
Penebar Swadaya, Jakarta, 190 hal.
Peter G. B. 1985.
The use of physiological
condition indices in marine bivalve aquaculture. Canada. Volume 44, Issue 3
Pages 187–200.
Pulungan,
C. P.. Windarti, R.M. Putra, dan D. Efizon,. 2004. Kumpulan Hand Out Kuliah mata pelajaran Biologi
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Univesitas Riau. Pekanbaru. 92
hal.
Saanin, 1968. Taksonomi dan kunci identifikasi perikanan.
Bina Cipta Bandung. 520 hal.
Susanto,
H., 1997. Membuat Kolam Ikan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 20 hal
Susanto, 2007. Budidaya Ikan
di Pekarangan. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. 152 hal.
LAMPIRAN
Lampiran
1. Alat – alat yang digunakan selama praktikum nutrisi ikan
Timbangan OHAUS Alat-alat
tulis
Alat-alat bedah Tangguk
Akuarium Jam
Selang Sipon
Lampiran
2. Bahan-bahan yang digunakan selama praktikum nutrisi ikan
Pellet Ikan
Nila
Ragi Ampas
tahu
No comments:
Post a Comment