RUPA DARAH SECARA MAKROKOPIS DAN MIKROSKOPIS SEBELUM DAN SESUDAH HAEMOLISIS
SERTA MENENTUKAN TEKANAN OSMOTIK SEL-SEL
DARAH MERAH PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)
OLEH :
DIAN FITRIA M
1004114392
BDP
LABORATORIUM BIOLOGI
PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN
ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Fisiologi merupakan cabang dari ilmu biologi yang
mempelajari objek spesifik mahluk hidup dari sudut pandang struktur dan
fungsinya. Secara terminologis istilah fisiologi berasal dari kata bahasa Yunani yaitu physis (alam, pekerjaan,
atau sifat) dan logos (cerita atau ilmu). Jadi, secara garis
besar fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan
biokimia dari makhluk hidup. Fisiologi hewan merupakan salah satu bidang
pengetahuan zoologis. Ia mencakup pembahasan tentang fungsi dan struktur dari
partisi-partisi hewan secara interkordinatif maupun intra kordinatif, seperti
sistem ekskresi, respirasi, reproduksi, kordinasi dan lain sebagainya.
Darah merupakan salah satu komponen sistem
transport yang sangat vital keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh
antara lain sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat
buangan hasil metabolisme tubuh, dan pengangkut oksigen dan karbondioksida.
Selain itu, komponen darah seperti trombosit dan plasma darah memiliki peran
penting sebagai pertahanan pertama dari serangan penyakit yang masuk ke dalam
tubuh.
Difusi merupakan perpindahan partikel zat dari suatu
tempat yang konsentrasi partikelnya tinggi ke tempat yang kpnsentrasinya rendah
sampai terjadi kesetimbangan yang dinamis (Syamsuri, 2003).
Osmosis adalah perpindahan molekul air dari larutan yang
berkonsentrasi air tinggi ke larutan yang berkonsentrasi air rendah melalui
selaput semi permeable atau selektif semi permeable (Syamsuri, 2003).
Pengetahuan terhadap anatomi (anatomi macroskopik dan mikroskopik)
dan fisiologi tubuh akan sangat membantu dalam pemahaman pato fisiologi serta
dalam diagnosa dan penanganan penyakit (BBL Lampung, 2000).
Darah adalah suatu
jaringan yang bersifat cair. Darah terdiri dari sel-sel (frakmen-frakmen sel)
yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat seperti air. Sel-sel dan
frakmen-frakmen sel merupakan unsur-unsur darah. Sel-sel ini cukup besar
sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Pada dasarnya sel-sel darah
dapat dibagi atas tiga unsur erytrosit, leukosit dan trombosit. Diantara tipe
tersebut, sel-sel darah merah merupakan yang paling banyak jumlahnya (Raharjo,
1980).
1.2. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari praktikum ini bertujuan untuk
melihat/mengamati rupa darah makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah
haemolisis dan menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah pada ikan mas (Cyprinus
carpio) sebagai ikan sample.
Sedangkan manfaat praktikum
ini dapat memberikan informasi bentuk-bentuk dan fenomena yang terjadi pada sel-sel
darah merah pada ikan.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Eritrosit (sel darah merah) ikan berinti, bewarna
merah kekuningan. Erotrosit dewasa berbentuk lonjong, kecil dan berdiameter
7-36 mikron bergantung kepada spesies ikannya. Jumlah eritrosit tiap-tiap mm3
darah berkisar antara 20.000-3.000.000. pangangkutan oksigen dalam darah
bergantung kepada jumlah hemoglobin (pigmen pernapasan) yan terdapat didalam
eritrosit (Mudjiman, 2001).
Poedjiadi (2000) menyatakan bahwa
komposisi elektrolit dalam sel darah merah kualitatif sama dengan yang terdapat
dalam plasma, hanya kuantitatifnya ada perbedaan Tekanan osmosis didalam sel
sama dengan tekanan osmosis larutan 0,9 % NaCl dalam air. Apabila terjadi
perubahan tekanan osmosis pada larutan diluar sel darah merah akan berpengaruh
terhadap besarnya sel tersebut. Larutan yang hipotonik menyebabkan air masuk
kedalam sel dan sel akan bertambah besar kemudian pecah dan haemoglobin keluar
dari sel, roses ini disebut haemolisis. Sebaliknya apabila larutan sekeliling
sel hipertonis, maka air dari dalam sel akan keluar sehingga sel mengecil
(mengkerut). Tetapi proses haemolisis dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain
misalnya ada pelarut lain seperti eter dan kloioform.
Ikan Mas termasuk kedalam
kelas Pisces, ordo Ostariophysi, sub ordo Cyprynoidea, famili Cyprinidae, genus
Cyprinus, spesies Cyprinus carpio. Ikan ini berasal dari Cina kemudian
disebarkan ke Eropah dan negara – negara di Asia Timur dan Selatan pada abad
pertengahan. Sekarang penyebarannya merata di seluruh dunia baik sebagai ikan
liar maupun sebagai ikan kultur (Susanto, 1996).
Cairan plasma ikan mas (Cyprinus carpio) terdiri atas 98,5 % air
dan 58 % bahan kering organik serta 42 % bahan kering abu. Dalam seminal plasma
ikan mas terdapat 1,18 g/l Natrium (Na); 1,7 g/l Kalium (K); 28,5 % mg/l
Kalsium (Ca); 6,5 mg/l ditambahkan lagi seminal plasma ikan mas mempunyai tekanan
osmotik sebesar 286 miliosmole/kg dan pH 7,96 (Ploidy et al 2000).
Gambar 1. Ikan mas (Cyprinus carpio)
III.
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Kamis, tanggal 20 April 2012 pukul 08.00- 09.40 WIB di Laboratorium Biologi
Perikanan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu ikan Mas (Cyprinus
carpio) yang diambil darahnya, aquades, EDTA / heparin, dan NaCl 3%.
Alat-alat yang digunakan adalah jarum suntik untuk mengambil darah, tabung reaksi
sebagai wadah darah yang telah diambil, objek glass, cover glass, mikroskop
untuk mengamati preparat darah, pipet tetes untuk mengambil larutan, baki untuk
tempat ikan, tissue dan serbat sebagai lap serta alat tulis untuk mencatat.
3.3 Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum ini
adalah pengamatan langsung dengan cara makroskopis dan mikroskopis.
3.4 Prosedur Praktikum
3.4.1. Cara Mengambil
Darah Ikan
1. Ikan dibius dengan minyak cengkeh
secukupnya (sekitar 5 tetes / liter) sampai pingsan.
2. Jarum suntik dan spuit dibasahi dengan
EDTA 10 % untuk mencegah pembekuan darah.
3. Darah ikan diambil melalui vena
caudalis. Darah dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah dibasahi EDTA 10
%.
3.4.2. Menyiapkan sampel darah ikan untuk proses haemolisis
1. Ambil 3 buah tabung reksi dan diberi
label A, B dan C. Kemudian, ke dalam tiap-tiap tabung masukkan 1 cc darah ikan.
Pada tabung A, tambahkan 1 cc aquades. Pada tabung B masukkan 1 cc NaCl 3 % dan
darah pada tabung C dibiarkan seperti semula atau tidak ditambah apa-apa.
Tabung dikocok, lalu dibiarkan selama 5 menit.
2.
Buatlah
preparat ulas / usap darah dari darah yang sudah diperlakukan tersebut. Dari
setiap tabung, ambil 1 tetes darah, teteskan pada bagian ujung dari objek
glass. Kemudian ambil objek glass lain, sentuhkan salah satu ujungnya pada
tetesan darah tersebut dan geser sepanjang objek glass (objek glass untuk
menggeser darah dalam posisi sudut 450 terhadap objek glass tempat
darah diteteskan). Untuk lebih jelasnya
lihatlah gamabar di bawah ini:
3.
Angkat
objek glass dengan ulasan darah tersebut dan terawang pada cahaya datang (dasar
hitam) dan cahaya tembus (dasar putih). Amati dengan menggunakan mikroskop.
4.
Darah
pada tabung A ditambah lagi dengan 1 cc larutan NaCl 3 %. Darah pada tabung B
ditambah dengan 1 cc aquades. Perhatikan apakah sifat tembus cahaya pada darah
di tabung A dan B juga sama. Untuk lebih jelasnya, buatlah preparat ulas atau
usap dari tabung A dan B ini kemudian diamat di bawah mikroskop.
3.4.3. Pembuatan sampel untuk pengamatan jenis-jenis
darah
1.
Buatlah
preparat ulas darah dari darah ikan yang murni (tidak ditambah NaCl maupun
aquades.
2.
Preparat
di keringkan selama 5 menit.
3.
Preparat
dicelup pada ethanol murni dan dikeringkan sekitar 5 menit.
4.
Preparat
dicelup dalam larutan Giemsa dan dikeringkan selama 5 menit.
5.
Preparat
dicuci dengan air bersih dengan cara dicelup-celupkan ke dalam air sampai
kelebihan pewarna Giemsa bersih.
6.
Preparat
dekeringkan lagi dan siap diamati dibawah mikroskop.
7.
Gambarlah
bentuk-bentuk sel darah merah dan putih. Amatilah bentuk inti serta kondisi
sitoplasmanya.
3.4.4. Tata cara saat menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah
1.
Ambil
darah ikan mas dengan menggunakan jarum suntik yang telah dibasahi oleh EDTA.
2.
Sediakan
9 buah tabung reaksi dan beri label.
3.
Isilah
tia-tiap tabung dengan larutan NaCl dengan konsentrasi yang berurutan, yaitu
0,1%, 0,3 %, 0,5 %, 0,6 %, 0,7 %, 0,8
%, 0,9 %, 1 % dan 3 %.
4.
Teteskan 10
tetes darah ikan yang tersedia ke dalam tiap-tiap tabung, biarkanlah lebih
kurang 30 menit. Setelah 30 menit amati kondisi lapisan merah di permukaan air.
Pada tabung mana lapisan merah tersebut lenyap / tidak terlihat lebih cepat?
5.
Ambillah dari
tiap-tiap tabung satu tetes campuran darah dan larutan NaCl, teteskan diatas
objek glass dan tutup dengan cover glass. Kemudian lihatlah dibawah mikroskop
dan gambarlah.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berikut adalah rupa darah secara makroskopis dan mikroskopsis
sebelum dan sesuada haemolis:
Tabung A Tabung B Tabung
C
Darah 1 ml + 1
ml aquades Darah 1 ml + 1 ml NaCl 3 % Darah 1 ml
(Darah kontrol)
Gambar 2. Darah dalam
tabung percobaan 1
Tabung A : Darahnya tembus cahaya, sel darahnya
mengembang.
Tabung B : Darahnya lebih pekat, tidak tembus cahaya, dan sel darahnya
mengkerut
Tabung C : Darahnya pekat, tidak tembus cahaya
Percobaan 2 secara mikroskopis:
Tabung A Tabung
B2
Darah 1 ml + 1
ml aquades Darah
1 ml + 1 ml NaCl 3%
+ 1 ml NaCl 3
% +
1 ml aquades
Gambar 3. Darah dalam
tabung percobaan 2
Tabung A : Sel darah kembali
pada keadaan normal
Tabung B : Sel darah kembali
pada keadaan normal
Percobaan
yang dilakukan pada penentuan tekanan osmotik sel-sel darah merah, yaitu:
Darah
terlihat berwana merah terang
Gambar 4. Darah + NaCl 0 %
Darah
terlihat berwana merah agak terang dan tidak terdapat endapan
Gambar 5. Darah + NaCl 0,3 %
Darah terlihat berwana merah agak terang
Gambar 6. Darah + NaCl
0,5 %
Darah terlihat berwana merah agak cerah
Gambar 7. Darah + NaCl
0,6 %
Darah
terlihat berwarna merah pekat
Gambar 8. Darah + NaCl 0,7 %
Darah berwana merah kecoklatan dan terlihat membeku
Gambar 9. Darah + NaCl 0,8 %
Darah
terlihat merah kecoklatan pekat dan mengental
Gambar 10. Darah + NaCl 0,9 %
Darah Berwana pekat dan mengental terlihat mulai
terjadi pembekuan
Gambar 11. Darah + NaCl 1 %
Darah
berwana coklat merah pekat terjadi pembekuan
Gambar 12. Darah + NaCl 3 %
4.2. Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan dan percobaan yang dilakukan pada rupa darah secara makroskopis dan mikroskopsis
sebelum dan sesuada haemolis diperoleh suatu hasil yaitu darah setelah
ditambahkan aquades sel-sel darah merahnya mengembang, sifatnya bisa tembus
cahaya, dan warnanya merah pekat. Sedangkan darah setelah ditambahkan larutan
NaCl sel-sel darahnya bentuknya padat atau sel-sel darahnya mengkerut, tidak
tembus cahaya, dan warnanya merah tidak pekat. Untuk darah yang dijadikan
sebagai kontrol bentuk sel-sel darahnya padat atau mengkerut.
Hasil
pengamatan 1 ml darah ikan + 1 ml aquades + 1 ml NaCl 3 % adalah darah bewarna
lebih terang dan terurai dan darah tercampur sempurna, dengan kata lain darah
kembali pada keadaan normal. Hasil pengamatan 1 ml darah ikan + 1 ml NaCl 3 % +
1 ml aquades adalah darah menggumpal di dasar tabung reaksi dan bewarna lebih
gelap dan darah kembali pada keadaan normal.
Pengamatan
yang dapat dibahas pada penentuan tekanan osmotik sel-sel darah merah adalah
darah yang ditambah dengan larutan Nacl 0 % darah terlihat berwarna merah
terang, darah yang ditambah dengan larutan NaCl 0,3 % darah terlihat berwarna
merah agak terang dan tidak terdapat endapan, darah yang ditambah dengan NaCl
0,5 % darah terlihat berwarna merah agak
terang, darah yang ditambah dengan NaCl 0,6 % darah terlihat warna merah agak
cerah, darah ditambah dengan NaCl 0,7 % darah terlihat warna merah pekat, darah
ditambah dengan NaCl 0,8 % darah terlihat berwarna merah kecoklatan dan
membeku, darah yang ditambah dengan Nacl 0,9 % darah terlihat berwarna merah
kecoklatan pekat dan mengental, darah ditambah dengan 1 % darah berwarna pekat
dan mengental terlihat sudah mulai terjadi pembekuan, dan darah ditambah dengan
NaCl 3 % darah berwarna merah pekat terjadi pembekuan.
Eritrosit (sel darah merah) ikan berinti, bewarna
merah kekuningan. Erotrosit dewasa berbentuk lonjong, kecil dan berdiameter
7-36 mikron bergantung kepada spesies ikannya. Jumlah eritrosit tiap-tiap mm3
darah berkisar antara 20.000-3.000.000. pangangkutan oksigen dalam darah
bergantung kepada jumlah hemoglobin (pigmen pernapasan) yan terdapat didalam
eritrosit (Mudjiman, 2001).
Darah biasa tidak tembus cahaya, hal ini disebabkan karena sifat-sifat
optik eritrosit yang terdapat dalam darah. Jika sel-sel ini dlarutkan dalam
suatu cairan yang bebeda konsentrasi garamnya atau jika sel-sel ini membengkak
karena proses difusi atau osmosa. Maka haemoglobin akan lepas dan darah menjadi
tembus cahaya. Darah yang tidak tembus cahaya mempunyai sifat seperti cat
penutup, sedangkan darah yang tembus cahaya mempunyai sifat seperti cat lak
(pernis). Suatu larutan garam yang pekat akan meyebabkan butir-butir darah
mengisut, sehingga konsentrasi haemoglobin meningkat dan sifat darah yang
seperti cat penutup itu bertambah kuat.
V. KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1.
Kesimpulan
Darah
akan tembus cahaya bila diberi aquades tetapi bila darah diberi larutan NaCl
maka darah tidak tembus cahaya ini disebabkan karena bila semakin banyak
larutan yang diberikan maka darah akan semakin mengisut sehingga darah akan
semakin tidak tembus cahaya maka bentuknya menyatu dan akan sangat rapat bila
dibandingkan dengan yang diberi aquades yang hanya tampak sebagian.
Pada
penambahan larutan NaCl 0,1 % - 0,3 % bersifat hypotonis, larutan NaCl 0,4 % -
0,5 % bersifat bersifat isotonis dan NaCl 0,6 % - 3 % bersifat hypertonis.
5.2. Saran
Pada
waktu praktikum terdapat kesulitan pada saat mengambil darah dari tubuh ikan.
Sebaiknya untuk selanjutnya diberikan contoh dan diberi tahu dimana saja aliran darah yang terdapat pada ikan agar
praktikan tidak asal menyuntik tubuh ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Coche, A.G. 2000.
Cage Culture of Tilapia. P: 205-246 in R.S.V.PULIN and R.H. LOWE-Mc CONNEL
(eds) The Biology Culture of Tilapia. ICLARM, Manila .
Faisal. 1997 .Peranan Kiambang (Pistia stratiotes.L) dalam Menurunkan Toksisitas Insektisida
Baycarb 500 EC terhadap Benih Ikan Mas (Cyprinus
carpio.L).Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Riau, Pekanbaru.60 hal
(tidak diterbitkan).
Huet, M. 2001.
Text Book of Fish Culture. Breeding and Cultivation of Fish. Fishing (News)
Book Ltd. London. 436 pp.
Kimball, W. John. 2003. Biology Jilid ! dan 2. IPB.
Erlangga: Bogor .
Saanin, H. 1984.
Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina cipta Bandung. 508 hal.
Susanto, H. 2000.
Budidaya Ikan di pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta . 152 hal.
Syamsuri, Istamar. 2003. Biologi SMU Kelas 2. Erlangga. Jakarta .
L A M P I R A N
Lampiran 1. Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Praktikum
Nampan Pensil
Penghapus
Jarum Suntik Objek glass Cover glass
Tebung reaksi Mikroskop
No comments:
Post a Comment