Monday 11 June 2012

MENENTUKAN LAJU PERNAFASAN, MELIHAT MORFOLOGI INSANG DAN JANTUNG IKAN BEBERAPA MENIT SETELAH MATI KARENA PENCEMARAN SERTA MENENTUKAN DENYUT JANTUNG PADA IKAN


LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR


MENENTUKAN LAJU PERNAFASAN, MELIHAT MORFOLOGI INSANG DAN JANTUNG IKAN BEBERAPA MENIT SETELAH MATI KARENA PENCEMARAN SERTA MENENTUKAN DENYUT JANTUNG PADA IKAN






OLEH :

DIAN FITRIA M
1004114392
BDP












LABORATORIUM BIOLOGI PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBABARU
2012




I. PENDAHULUAN


1.1. Latar belakang
Fisiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala proses  yang berlangsung dalam tubuh makhluk hidup, baik organisme besel tunggal maupun bersel banyak, termasuk interaksi antar sel, jaringan, organ serta semua komunikasi intercellular, baik energetik maupun metabolik, Windarti et al (2010). Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi.
Menurut   Rahardjo (2000), ikan adalah makhluk vertebrata yang berdarah dingin, bernapas dengan insang dan bergerak dengan sirip, yang hidup di perairan. Setiap spesies ikan memiliki bentuk tubuh dan bagian luar tubuh yang berbeda-beda sehingga ikan dapat digolongkan dalam beberapa bagian. Namun pada umunya ikan mempunyai pola dasar yang sama, yaitu “ kepala-badan-ekor”.
Setiap makhluk hidup memerlukan oksigen yang cukup sebagai kebutuhan mendasar. Oksigen dibutuhkan untuk melepas energi, melangsungkan oksidasi lemak dan gula. Energi yang terlepas digunakan untuk kegiatan tubuh dalam menjalani kehidupan.
Insang dan jantung merupakan organ yang berperan penting pada sistem pernapasan ikan. Karena insang berperan sebagai organ tempat pengambilan O2 terlarut didalam perairan dan pelepasan CO2 kedalam perairan ketika ikan sedang bernapas. Sedangkan jantung berperan sebagai organ pemompa darah kaya CO2 dari jantung ke insang dan membawa darah kaya O2 dari insang menuju keseluruh organ tubuh yang membutuhkan.
            Sehingga perairan menjadi sangat berarti bagi kehidupan organisme ikan yang hidup didalamnya. Tetapi kenyataan kini banyak perairan menjadi tempat kehidupan yang tidak menyenangkan lagi bagi jenis-jenis ikan yang berda didalamnya. Karena banyak lingkungan perairan itu sudah tercemar oleh berbagai macam limbah, seperti limbah rumah tangga, pertanian, pertambangan dan industri. Limbah –limbah tersebut masuk keperairan baik secara sengaja ataupun tidak disengaja.  Seperti halnya pada pernapasan ikan dengan masuknya bahan pencemar mengakibatkan penurunan konsentrasi oksigen akan berpengaruh terhadap aktivitas jantung untuk meninggikan sirkulasi darah keseluruh tubuh. Dengan adanya gerak ikan sebagai tanggapan terhadap bahan pencemar yang menyebabkan kebutuhan oksigen jaringan meningkat, jumlah darah yang dipompakan oleh jantung bertambah dan aktivitas pernapasan meninggi.

1.2. Tujuan dan Manfaat
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui laju pernafasan, morfologi insang dan jantung, serta laju denyut jantung pada ikan setelah diberi bahan  pencemar.
Sedangkan manfaat dari praktikum ini adalah dapat menjadi sumber informasi tentang laju pernafasan, morfologi insang dan jantung, serta laju denyut jantung pada ikan setelah diberi bahan  pencemar.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Kordik (2005), sistematika ikan patin diklasifikasikan sebagai berikut filum chordata, kelas pisces, sub-kelas teleostei, ordo ostariophysi, sub-ordo siluroidae, famili pangasidae, genus pangasius dan spisies Pangasius djambal.
Oksigen sebagai bahan pernapasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh karena itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan tentu saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi ikan dan hanya ikan yang memiliki sistem respirasi yang sesiuai dapat bertahan hidup (Fujaya, 2001).
Insang merupakan komponen penting dalam pertukaran gas. Insang terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras dengan beberapa lamella primer insang didalamnya. Tiap-tiap lamella primer insang terdiri atas banyak lamella sekunder yang merupakan tempat pertukaran gas. Tugas ini ditunjang oleh struktur lamella sekunder yang tersusun atas sel-sel epitel tipis pada bagian luar. Membran dasar dan sel-sel tiang sebagai penyangga pada bagian dalam. Pinggiran lamella sekunder yang tidak menempel pada lengkung insang sangat tipis, ditutupi oleh epitelium dan mengandung jaringan pembuluh darah kapiler, Fujaya (1999).
Insang mempunyai peranan yang sangat penting sebagai organ yang mampu dilewati air maupun mineral serta tempat dibuangnya atau diekskresikannya sisa metabolisme,  Affandi dan Tang (2002).
Fujaya (2001), menyatakan bahwa insang yang rusak dapat mengurangi pertukaran gas-gas pernapasan antara insang dengan lingkungan sekitarnya dan ini dapat menyebabkan busung udara pada ikan uji tersebut.
            Salah satu penyebab rendahnya konsentrasi oksigen dalam air adalah masuknya bahan pencemar. Jika konsentrasi oksigen dalam perairan jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan keadaan jenuh dapat diartikan telah terjadi pencemaran (Kusnoputranto, 2000).
Pencemaran didefenisikan sebagai dampak negatif (pengaruh yang membahayakan) bagi kehidupan biota, sumber daya, kenyamanan ekosistem, serta kesehatan manusia, dan nilai guna lainnya dari ekosistem, baik disebabkan secara langsung maupun secara tidak langsung oleh pembuangan bahan-bahan atau limbah ke dalam perairan yang berasal dari kegiatan manusia. (Dahuri, 2002)
Pencemaran dapat disebabkan oleh padatan ataupun cairan. Pencemaran dalam bentuk padatan misalnya pasir, tanah, tinja, sampah dan sebagainya. Sedangkan pencemaran dalam bentuk cairan ditentukan oleh tersusupensi atau bahan terlarut didalamnya (Klein, 2003).
Di lingkungan perairan, pencemaran air oleh pestisida (termasuk deterjen) terutama terjadi melalui aliran air dari tempat-tempat kegiatan manusia yang menggunakan pestisida dalam usaha menaikkan produksi pertanian/peternakan. Di dalam air kadar atau jumlah pestisida yang tinggi dapat menimbulkan kematian organisme air secara tidak langsung yakni sebagai akibat pengendapan dan berkumpulnya pestisida didalam tubuh ikan/organisme air. Pada kadar yang rendah kemungkinan yang besar menyebabkan kematian organisme (Klein, 1962).
Deterjen termasuk bahan pencemar di perairan, dimana bahan pencemar (polutan) merupakan bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut. Berdasarkan sifat toksiknya deterjen termasuk pada polutan toksit yang dapat mengakibatkan kematian (lethal) maupun bukan kematian (sub-lethal), misalnya terganggunya pertumbuhan, tingkah laku dan karakteristik morfologi berbagai organisme akuatik, Simaeremare (2008).


 III. BAHAN DAN METODE


3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 11 Mei 2012 pukul 08.00- 09.40 WIB di Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.

3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah ikan uji yaitu ikan patin (Pengasius sutchi) hidup 25 ekor ukuran 10 – 15 cm, dan bahan pencemar, yaitu detergen.
 Alat yang digunakan yaitu akuarim untuk tempat mengamati pergerakan sirip ikan, gunting bedah, dan stopwatch.

3.3. Metode Praktikum
Metode yang digunakan pada praktikum tersebut yaitu metode pengamatan langsung terhadap objek praktikum yang telah disediakan sehingga sanggup didapatkan data yang nyata dan seakurat mungkin melalui praktikum tersebut.

3.4. Prosedur Praktikum
Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Persiapkan 3 buah akuarium, kemudian isi dengan air setinggi 17 cm.
2.      Pada akuarium pertama berikan 5 gram deterjen dan akuarium kedua diberi 10 gram deterjen. Akuarium ketiga kontrol tidak diberi deterjen.
3.      Kemudian masukkan ikan ke dalam aquarim pertama dan kedua 10 ekor ikan, dan pada akuarium ketiga masukkan 5 ekor ikan.
4.      Sesudah ikan dimasukkan hitung gerakan mulut selama 5 menit dari masing- masing akuarium.
5.      Kemudian ambil 1 ekor ikan dari masing- masing akuarium, dan bedah ikan untuk melihat insang dan jantungnya.
6.      Untuk menentukan laju denyut jantung ikan, ambil seekor ikan dari masing-masing akuarium, dan hitung denyut jantungnya selama 5 menit.
7.      Ulangi langkah kerja no 4 sampai 6 kembali pada menit ke 10.



 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Adapun hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Laju Pernafasan
No
Kode
Ikan
TL
SL
Bukaan
Mulut
10’
A
B
C
D
75 mm
70 mm
70 mm
74 mm
62 mm
60 mm
55 mm
62 mm
33 kali
11 kali
12 kali
15 kali
10’’
A
B
C
D
73 mm
75 mm
70 mm
75 mm
62 mm
65 mm
63 mm
64 mm
46 kali
32 kali
23 kali
20 kali

Tabel 2. Morfologi Insang dan Jantung serta Denyut Jantung
Kode ikan
TL
SL
Denyut Jantung/Menit
Morfologi
Insang
Morfologi
Jantung
A
75 mm
62 mm
-
Merah
Pekat
Merah
B
70 mm
60 mm
-
Merah
Terang
Coklat
Kehitaman
C
70 mm
55 mm
70 kali/menit
Merah
Pucat
Hitam
Kemerahan
D
70 mm
60 mm
1 kali/menit
Merah
Pekat
Coklat
Hitam





Gambar 1. Insang


Gambar 2. Jantung

4.2. Pembahasan
Laju pernafasan dan denyut jantung yang diberi perlakuan lebih banyak karena ikan- ikan tersebut akan mencari oksigen lebih aktif daripada ikan yang tidak diberi perlakuan. Sedangkan  warna insang dan jantung yang diberi perlakuan lebih pucat daripada yang tidak diberi perlakuan karena insang dan jantung lebih bekerja keras untuk mendapatkan oksigen.
Sehubungan dengan pernapasan pada ikan, salah satu penyebab rendahnya konsentrasi oksigen dalam air adalah masuknya bahan pencemar yang akan memperlihatkan tanggapan fisiologis jangka pendek dan selanjut terjadi kematian pada ikan tersebut, selain itu penurunan konsentrasi oksigen juga akan berpengaruh terhadap aktivitas jantung untuk meninggikan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Dengan adanya gerakan ikan sebagai tanggapan terhadap bahan pencemar menyebabkan kebutuhan oksigen jaringan meningkat, jumlah darah yang dipompa oleh jantung bertambah dan aktivitas bernapas meninggi. (Siregar, et al 2000).
Dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran lingkungan terhadap sumberdaya ikan dapat mengganggu aktivitas dari ikan itu sendiri seperti mengganggu organ pernapasan, nafsu makan turun, frekuensi pernapasan meningkat dan dapat mengakibatkan kematian (Anonimus dalam Fardiaz, 2002). Kalau kita lihat lagi pernapasan ikan dengan masuknya zat pencemar akan mengakibatkan penurunan konsentrasi oksigen akan berpengaruh aktivitas jantung untuk meningkatkan konsentrasi darah keseluruh tubuh.
Menurut Connel dan Miller (2001), menyatakan bahwa respon akibat adanya pencemaran dengan perubahan tingkah laku marupakan suatu indikasi kematian karena ketakseimbangan syaraf otak dangan kekurangan suplai oksigen. Selain itu, pada ikan yang tercemar akan ditemui lendir pada insang, tubuh serta warna insang dan jantung yang merah kehitaman.


 V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Laju pernafasan dan denyut jantung yang diberi perlakuan lebih banyak karena ikan- ikan tersebut akan mencari oksigen lebih aktif daripada ikan yang tidak diberi perlakuan. Sedangkan  warna insang dan jantung yang diberi perlakuan lebih pucat daripada yang tidak diberi perlakuan karena insang dan jantung lebih bekerja keras untuk mendapatkan oksigen. Pemasukan bahan pencemar menyebabkan berkurangnya kadar oksigen berkurang di perairan.

5.2. Saran
            Praktikum harap dimulai tepat waktu agar praktikum selesai pada jam yang sudah ditentukan karena praktikan harus masuk pada mata kuliah lain selain Fisiologi hewan Air.


 DAFTAR PUSTAKA


Affandi, R dan U. M. Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Pekanbaru. 217 halaman.

Dahuri, R. 2002. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Fujaya, Y. 2001. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta. Bogor.

Klein, L. 2000. Reser Pollution II. Causes and Effectens. Butterwort and Cl. Ltd. Surabaya. 102 halaman.

Kordik, M.G.H. 2005. Budidaya Ika Patin, Biologi, Pembenihan dan Pembesaran.
Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 170 hal.

Kusnoputranto, H. 2002. Air Limbah dan Eksrets Manusia. Aspek Kesehatan Masyarakat dan Pengelolaannya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. UI Press. 110 halaman.

Simaremare, Riko. J. E. 2008. Struktur Histologi Ikan Mas yang Dipaparkan Pada Air Deterjen Rinso.Skripsi MSP FAPERIKA Unri. 69 halaman.

Windarti, T. Efrizal, Chaidir Pulungan, Deni Efizon, Yuliati. 2010. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.  68 halaman (tidak diterbitkan).















L A M P I R A N










Lampiran 1. Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Praktikum


                        
Nampan           Pensil                          Pensil                                       Penghapus

                                
Gunting bedah                                               Stopwatch                                Penggaris

                                               
                  
Wadah                                                             Serbet

No comments:

Post a Comment

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laatar Belakang Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk pengg...