Monday 11 June 2012

LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA POPULASI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT


LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA POPULASI
PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS
SUMATERA BARAT







Oleh

DIAN FITRIA M
1004114392
Budidaya Perairan









FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012



I. PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang
Dinamika populasi adalah konsep batasan identifikasi populasi dan stok serta parameter perubahan yaitu pendugaan pertumbuhan, rekuitmen, mortalitas alami dan penangkapan (Syafril, 2012)
Indonesia merupakan negara kepulauan terletak diantara samudra pasifik dan samudra hindia dan mempunyai tatanan geografis yang rumit dilihat dari topografi dasar lautnya. Dasar perairan Indonesia di berbagai tempat, terutama di kawasan barat, menunjukkan bentuk yang sederhana atau rata dan hampir seragam, tetapi di tempat lain, terutama dikawasan timur, menunujukkan bentuk-bentuk yang lebih majemuk tidak teratur dan rumit (Feliatra et al 2003).
Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang perikanan dan luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta Km² atau sektar 81% dari wilayah seluruh Indonesia. Sedangkan luas perairan Indonesia saat ini lebih kurang 14 juta Ha. Yang terdiri dari rawa, sungai sebesar 11,9 juta Ha, 1,78 juta Ha danau alam dan 0,93 juta Ha danau buatan hal ini merupakan potensi yang sangat bagus pengembangan usaha perikanan. (Nazaruddin, 1993).
Sumatera Barat merupakan  salah  satu  wilayah  Negara  Republik  yang  sebagian  besar  wilayahnya  sekitar   329.867,61 km  dengan luas  lautnya 2 35.306 km (71,33%)  sedangkan daratan hanya sekitar 94.561,6 km (28,67%) .Kondisi perairan yang sangat menjadikan sektor perikanan dapat menjadi sektor andalan setalah sektor migas.Pada akhir tahun 2004 dicatat hasil produksi perikanan budi daya berupa Tambak sebanyak 1.050,6 ton, kolam 15.974,9 ton, keramba 2.362,6 ton dan perikanan sawah mencapai 9,4 ton.
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16 tahun 2006 tentang pelabuhan perikanan, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan egiatan penunjang perikanan.
Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus (PPS Bungus) sebagai pelabuhan samudera memiliki fasilitas cukup lengkap yang digunakan sebagai sarana pelayanan bagi nelayan seperti pelayanan bengkel, bongkar muat, perbekalan dan jenis fasilitas pelayanan lainnya. Pelayananan penyediaan kebutuhan di PPS Bungus disediakan oleh pelabuhan dan swasta. Pada tahun 2005 total penyediaan solar, es, dan air berturut-turut adalah 2.872 ton, 7.649 ton, dan 14.513 ton, dimana jumlah penyediaan tersebut sudah memenuhi kebutuhan dari kapal-kapal yang melakukan kegiatan perbekalan di PPS Bungus (laporan tahunan PPS Bungus, 2006).
Salah satu komoditi yang potensial untuk diusahakan adalah perikanan, karena ikan merupakan komoditi yang dapat dipanen sepanjang tahun atau tidak terlalu tergantung pada musim. Ikan merupakan komoditi yang sangat dibutuhkan oleh manusia baik yang dikonsumsi langsung maupun yang melalui proses lebih lanjut, seperti yang dikemukakan (Dahuri, 2002)
Berdasarkan data Statistik Perikanan yang dikeluarkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sumatera Barat sekitar 81% produksi perikanan Sumatera Barat dihasilkan dari perikanan tangkap, baik dari perikanan tangkap perairan laut (74.85%), maupun dari perikanan tangkap perairan umum (6.15%). Sisanya sebesar 19% dihasilkan dari perikanan budidaya di perairan Tawar. Dilihat dari jenis-jenis ikan yang dihasilkan, lebih dari 64% (66 jenis) dihasilkan dari perikanan tangkap, dan hanya sekitar 34% (12 jenis) yang dihasilkan dari perikanan budidaya.

1.2 Tujuan dan Manfaat Praktikum
            Tujuan melakukan praktikum dinamika populasi adalah agar dapat mengetahui jumlah stok serta gambaran populasi ikan yang terdapat di Perairan Pelabuhan Bungus dan untuk mengetahui sifat-sifat sosial di daerah tersebut.
            Manfaat praktikum adalah untuk menambah pengetahuan  dan wawasan para praktikan, untuk mendapatkan data dan informasi mengenai perikanan di pelabuahan bungus.        


II.
TINJAUAN PUSTAKA


Penjelasan pelabuhan menurut Ensiklopedia Indonesia adalah tempat kapal berlabuh (membuang sauh). Pelabuhan yang modern dilengkapi dengan los-los dan gudang-gudang serta pangkalan, dok dan kran (crane)untuk membongkar dan memuat barang-barang. Untuk melindungi kapal-kapal dari terpaan angin dan gelombang besar. Pelabuhan tersebut dapat dilengkapi dengan bangunan penahan gelombang yang menjulur ke laut (Murdiyanto, 2004).
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16 tahun 2006 tentang pelabuhan perikanan, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan egiatan penunjang perikanan.
Berbeda dengan pelabuhan niaga umumnya pelabuhan perikanan mempunyai ciri-ciri khusus yaitu bahwa selain memiliki fasilitas-fasilitas pokok seperti breakwater atau penahan gelombang, jetty atau dermaga dan ‘basin’ atau kolam pelabuhan dan fasilitas fungsional yang umum seperti gedung perkantoran, bengkel, gudang, tempat parkir, jalan raya, dan sebagainya. Harus pula dilengkapi dengan fasilitas yang mutlak dibutuhkan untuk menunjang kelancaran aktivitas usaha perikanan tersebut seperti misalnya tempat pendaratan, pelelangan ikan, pabrik es (Satria, 2002)
Di sektor kelautan dan perikanan terdapat kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang memerlukan adanya fasilitas pendaratan ikan atau pelabuhan yang khusus melayani aktifitas industri dan perdagangan ikan. Umumnya yang dilayani adalah kegiatan perikanan tangkap di laut. Dalam hal ini maka pelabuhan yang khusus melayani kegiatan perikanan merupakan fasilitas pendaratan yang menjadi pangkalan bagi kapal-kapal perikanan dan menjadi terminal yang menghubungkan kegiatan perikanan di darat dan di laut (Ditjenkan, 1994).
Pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus adalah suatu wilayah perpaduan antara daratan dan lautan yang digunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan (Lubis, 2006). Pelabuhan perikanan merupakan suatu tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang di gunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan perikanan (PER.16/MEN/2006).
Secara teknis pelabuhan perikanan adalah salah satu bagian ilmu bangunan maritim, dimana dimungkinkan kapal-kapal berlabuh atau bersandar kemudian dilakukan bongkar muat (Kramadibrata, 2002). Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan, dan pemasaran, baik berskala lokal, nasional maupun internasional. Pengembangan ekonomi perikanan tersebut hendaknya ditunjang oleh industri perikanan baik hulu maupun hilir dan pengembangan sumber daya manusia (nelayan).
Menurut Direktorat Jendral Perikanan (1994) diacu dalam Lubis (2006) bahwa aspek-aspek tersebut secara terperinci adalah produksi merupakan bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil tangkapannya. Dan pengolahan  bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya.
Pengklasifikasian pelabuhan perikanan umumnya berbeda antara negara satu dengan negara yang lainnya sesuai dengan tingkat kebutuhannya masing-masing. Perbedaan pengklasifikasian ini tergantung dari sistem pengolahan yang dipakai, kondisi ekonomi, politik, dan budaya serta tujuan pengembangan dari negara yang bersangkutan.
Menurut Lubis (2006), seperti halnya pelabuhan secara umum, maka pelabuhan perikanan juga dapat diklasifikasikan yaitu menurut letak dan jenis usaha
perikanannya. Pelabuhan bila dilihat dari banyaknya parameter yang ada, pengklasifikasiannya dapat dipengaruhi oleh :
1) Luas lahan, letak, dan jenis kontruksi bangunannya;
2) Jenis alat tangkap yang menyertai kapal-kapalnya;
3) Daerah penangkapannya; dan
4) Distribusi dan tujuan ikan hasil tangkapan.
Pelabuhan perikanan berperan sebagai terminal yang menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat ke dalam suatu sistem usaha dan berdaya guna tinggi. Menurut Sub Direktorat Bina Prasarana Perikanan (1982) peranan pelabuhan
perikanan adalah :
1) Sebagai pusat untuk aktivitas produksi, yaitu :
·          Tempat mendaratkan hasil tangkapan
·          Tempat untuk persiapan operasi penangkapan ikan (mempersiapkan alat tangkap, bahan bakar, air, perbaikan kapal, dan istirahat anak buah kapal)
2) Sebagai pusat distribusi, yaitu :
·          Tempat transaksi jual beli
·          Terminal untuk pendistribusian ikan
·          Pusat pengolahan hasil laut
3) Sebagai pusat kegiatan masyarakat nelayan, yaitu :
·          Pusat kehidupan masyarakat nelayan
·          Pusat pembangunan ekonomi masyarakat nelayan
·          Pusat lalu lintas dan jaringan informasi antar nelayan maupun masyarakat luar
Sihotang (1998) menyatakan bahwa perairan laut umumnya dalam dan cukup keruh sehingga mencegah penetrasi cahaya matahari masuk ke dalam laut dengan demikian bersama pengaruh arus bisa mengatasi pertumbuhan organisme.
Gill net merupakan alat tangkap yang banyak dipakai nelayan di Sumatera Barat, dan alat penangkapan ini mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena gill net disesuaikan dengan jenis ikan komersial yang tertangkap di perairan Sumatera Barat, di tambah lagi alat penangkapan ini mudah dan relatif murah serta dicapai nelayan secara teknis maupun ekonomis.


III. METODE PRAKTIKUM


3. 1. Waktu dan Tempat
            Praktikum lapangan dinamika populasi dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 6 April  2012 yang bertempat di Pelabuhan Perikanan Samudera  Bungus Sumatera Barat.

3. 2. Bahan dan Alat
            Peralatan yang digunakan dalam praktikum Dinamika Populasi adalah thermometer berfungsi untuk mengukur suhu perairan yang ada di pelabuhan bungus, kamera digital untuk mendokumentasikan gambar, alat-alat tulis untuk mencatat data primer dan data sekunder yang didapat dari lokasi praktikum.

3. 3. Metode Prakikum
            Metode praktikum yang digunakan adalah metode survey yaitu melakukan pengamatan langsung ke lokasi praktek serta wawancara dengan beberapa orang masyarakat perikanan atau nelayan yang ada di lokasi tersebut.

3.4. Prosedur Praktikum
            Adapun prosedur dari praktikum yang untuk data primer praktikan  melakukan wawancara atau tanya jawab kepada para nelayan atau masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan yang ada disekitar pelabuhan perikanan samudera bungus seputar aktivitas perikanan yang mereka lakukan. Sedangkan untuk data sekunder praktikan memperolah data dari pegawai dinas terkait.
            Kegiatan pertama yang dilakukan oleh semua praktikan adalah mengikuti seminar atau presentasi seputar kegiatan perikanan yang ada di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus Sumatera Barat. Melalui seminar yang dilengkapi dengan diskusi ini, para praktikan memperoleh data sekunder.
            Selanjutnya praktikan mulai mencari nelayan yang ada di sekitar pelabuhan ataupun yang sedang bekerja tanpa mengganggu kenyamanan para nelayan untuk melakukan wawancara dan mendapatkan data yang sesuai dengan petunjuk asisten.
            Proses wawancara telah selesai, maka dianjutkan dengan pengukuran kualitas perairan yang ada di pelabuhan bungus. Alat yang digunakan adalah secchi disk. Selain itu pengukuran suhu dan salinitas perairan pelabuhan bungus juga di amati.
          

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Dari praktikum yang dilakukan, kualitas air yang diperoleh adalah : kecerahan 230 cm, suhu 35ºC, pH 7 dan salinitasnya adalah 30ppm. Hasil data primer dan data sekundernya adalah :

Tabel 1. Jenis- jenis alat tangkap yang dipergunakan

No
Jenis alat
Jumlah (unit)
∑hasil/hari
Rata rata Hsl/alat/hr
Ratio
Effor Konversi LL
1
Longline
37  unit
300 kg/hari
8.1
1
37
2
Bagan
20 unit
100 kg/hari
5
0,62
12,40
3
Gillnet
2 unit
50 kg/hari
25
3,08
6,16
4
Pancing
20 unit
20 kg/hari
1
0,12
2,4
5
Tonda
5 unit
25 kg/hari
5
0,62
3,1
6
Pursen
20 unit
100kg/hari
5
0,62
12,4
Jumlah
6 jenis
104 unit
590


73,46
Konvesi alat ke LL = 104/73,46= 1,42

Tabel 2. Hasil perhitungan data sekunder  yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara

Tahun
C
Alat
Konv.LL
F(x)
c/f(y)
Xy
1
105.820
19
1,42
13,38
7908,82
105820,01
179,02
62549433,79
2
153.688
24
1,42
16,90
9093,96
153687,92
285,61
82700108,48
3
143.180
32
1,42
22,54
6352,26
143179,94
508,05
40351207,11
4
136.536
26
1,42
18,31
7456,91
136536,02
335,26
55605506,75
5
114.419
18
1,42
12,68
9023,58
114418,99
160,78
81424996,02
6
101.061
14
1,42
9,86
10249,70
101062,04
97,22
105056350,0
7
79.891
17
1,42
11,97
6674,27
79891,01
143,28
44545880,03
8
150.317
20
1,42
14,08
10675,92
150316,95
198,25
113975267,8
9
61.397
17
1,42
11,97
5129,24
61397,00
143,28
26309102,98
10
76.545
18
1,42
12,68
6036,67
76544,98
160,78
36441384,69
11
60.236
16
1,42
11,27
5344,81
60236,01
127,01
28566993,94
12
84.127
28
1,42
19,72
4266,08
84127,10
388,88
18199438,57
Jumlah
-
-
-
175,36
88212,22
1267217,97
2727,42
695725670,10

4.2. Pembahasan
Hasil praktikum pada tabel 1 dan tabel 2 diperoleh dari hasil wawancara seorang nelayan dari setiap kelompok praktikan yang telah digabungkan dan akhirnya mendapatkan hasil berupa data primer dan data sekundernya di peroleh dari PPS Bungus yang kemudian diolah oleh masing-masing mahasiswa.
Pada perairan  pelabuhan bungus ini, hidup bermacam jenis spesies ikan yang merupakan sumber mata pencarian utama bagi penduduk sekitar yaitu dengan  mengeksploitasi kekayaan sumberdaya perairan tersebut. Ikan yang sering ditangkap oleh nelayan di perairan sekitar Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus ini adalah ikan layang, ikan tuna, cakalang, ikan sisik, tongkolikan teri, bawal, sunglir, lemadang, selar kuning, kerapu, teripang, dll.
Ketika para nelayan  melakukan  penangkapan  tergantung  kepada  jenis  kapal atau  alat  tangkap yang digunakan.  Ada  yang  hanya 3 hari, 4 hari  bahkan seminggu lebih. Tetapi  ada  juga  yang  menangkap  ikan  pada  pagi dan sore hari. Hasil penangkapan tergantung pada cuaca, satu malam kapal dapat beroperasi 2-3 kali dengan  jumlah  ikan  yang  didapat  dapat  mencapai  500 kg/hari.  Informasi  tersebut diperoleh dari hasil wawancara dengan salah satu nelayan yang bernama Yanto, berumur 30 tahun.
Alat tangkap yang digunakan oleh para nelayan di pelabuhan bungus adalah gill net, longline, pancing, jarring, tonda dan lain-lain, selain itu yang paling sering digunakan oleh para nelayan adalah long line. Long line adalah tali yang memanjang yang dimasukkan ke dalam laut, terdiri dari main line ( tali utama ) dan branch line ( tali cabang ) yang diikatkan pada tali utama tersebut. Tali cabang adalah tali sebagai cabang dari tali utama, yang menjorok ke dalam laut, dan di bawahnya digantungkan pancing – pancing yang diberi umpan.
Tonda adalah jenis alat penangkapan ikan yang terdiri dari seutas tali utama berpancing umpan buatan atau seutas tali utama tanpa jarak dan 2 – 3 tali cabang berpancing umpan buatan. Pengoperasiaannya dengan menggunakan kapal motor yang dilengkapi sepasang batang kayu atau bamboo (out riggers/booms) yang dipasang pada kedua sisi lambung kapal. Pada out riggers dan belakang/buritan kapal diikatkan beberapa pancing tonda, selanjutnya ditarik di belakang kapal. Agarpancing tetap melayang (tidak terapung) di dalam perairan, maka ujung ikatan tali cabang pada setiap tali utama dilengkapi dengan papan meluncur.
Jaring Insang ( Gillnet ) adalah suatu jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dimana mata jaring dari bagian jaring utama ukurannya sama. Jumlah mata jaring ke arah panjang / horizontal ( Mesh Length / ML ) jauh lebih banyak dari pada jumlah mata jaring ke arah vertikal atau ke arah dalam ( Mesh Depth / MD ). Pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung ( floats ) dan dibagian bawahnya dilengkapi dengan beberapa pemberat ( sinkers ), sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jaring insang dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak.
Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus ini merupakan salah satu pelabuhan di pantai barat Sumatera Barat dan terletak di jalan lintas Padang-Painan Km 16 Bungus Padang. Berada pada 16 km sebelah selatan Padang atau 1,5 jam perjalanan. Lokasi pantai ini mudah dicapai dengan transportasi darat. Bentuk pantainya menyerupai bulan sabit. Air lautnya hangat dan aman untuk berenang.
Pemasaran yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus adalah pemasaran ikan segar dari hasil tangkapan. Khusus ikan tuna dan ikan-ikan besar diolah dulu pada dua perusahaan besar yang ada di pelabuhan Bungus hingga dipasarkan keluar kota maupun diekspor.  Sedangkan ikan lain ada yang langsung dijual di pasar terdekat.


V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Pelabuhan perikanan samudera bungus termasuk kedalam pelabuhan internasional. Kegiatan perikanan di pelabuhan ini meliputi usaha penangkapan, pengolahan ikan, perbengkelan kapal dan lainnya yang salah satunya adalah termasuk usaha untuk mencari mata pencaharian bagi para nelayan ataupun masyarakat yang berkehidupan di sekitar pelabuhan.
Jenis ikan yang tertangkap diantaranya ikan ikan tuna yellow fin & big eye, cakalang, kembung, tongkol, layaran, bawal, sunglir, lemadang, selar kuning, kerapu, teripang, lobster dll. Dengan alat tangkap dan armada yang beroperasi terdiri dari waring, tonda, jaring insang, long line, pacing, gill net,dll dengan hasil penangkapan dapat mencapai 500kg/hari dari tiap alat tangkap. Hasil penangkapan dipengaruhi juga oleh cuaca dan frekuensi kapal beroperasi setiap harinya.

5.2. Saran
Saran dari praktikum ini adalah agar ditekankan kepada praktikan agar lebih aktif melakukan wawancara kepada para nelayan.  Selain itu praktikum mata kuliah dinamika populasi ini kiranya dapat dilakukan juga pada pelabuhan perikanan yang berbeda supaya dapat membandingkan hasil data yang diperoleh dari pelabuhan Bungus dengan pelabuhan yang lain, mengingat praktikum ini setiap tahunnya dilaksanakan di PPS Bungus.


DAFTAR PUSTAKA


Dirjen Perikanan Tangkap Departemen Perikanan dan Kelautan. 2005. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan.


Feliatra. 2003. “Role of Nitrifying Bacteria in Purification Process of Brackish Water Ponds (Tambak) in Riau Province Indonesia”. Jurnal Natur Indonesia 5(2): 133-138 (2003).


Kartamiharja., 2000. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa. Bandung. 488 hal.

Kramadibrata, S. 2002. Perencanaan Pelabuhan. Bandung: ITB

Lubis, E. 2006. Buku 1: Pengantar Pelabuhan Perikanan. Bogor: Bagian Pelabuhan Perikanan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.


Murdiyanto, B. 2005. Pelabuhan Perikanan. Bogor :IPB. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.


Nurdin. S., 2012. Manajemen Sumberdaya Perairan dalam Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Universitas Riau Press. 71 hal.


Rokhman, MS 2006. Tingkat Operasional Pelabuhan Perikanan di Kabupaten Rembang dan Prioritas Pengembangnnya. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.


Syamsuddin, A. R., 1980. Pengantar Perikanan. Karya Nusantara. Jakarta.58 halaman.


Wardoyo, S. T. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Trainning Analisa Dampak lingkungan PDLH-UNDP-PUSDI-PSL dan IPB Bogor 40 hal (tidak diterbitkan).
 



                       




 

LAMPIRAN












Lampiran 1. Dokumentasi lapangan





                       

















Lampiran 2. Data primer




No comments:

Post a Comment

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laatar Belakang Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk pengg...