LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA POPULASI
PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS
SUMATERA BARAT
Oleh
DIAN FITRIA M
1004114392
Budidaya Perairan
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dinamika
populasi adalah konsep batasan identifikasi populasi dan stok serta parameter
perubahan yaitu pendugaan pertumbuhan, rekuitmen, mortalitas alami dan
penangkapan (Syafril, 2012)
Indonesia merupakan negara kepulauan
terletak diantara samudra pasifik dan samudra hindia dan mempunyai tatanan
geografis yang rumit dilihat dari topografi dasar lautnya. Dasar perairan
Indonesia di berbagai tempat, terutama di kawasan barat, menunjukkan bentuk
yang sederhana atau rata dan hampir seragam, tetapi di tempat lain, terutama
dikawasan timur, menunujukkan bentuk-bentuk yang lebih majemuk tidak teratur
dan rumit (Feliatra et al 2003).
Sebagai
Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang perikanan dan
luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta Km² atau sektar 81% dari wilayah
seluruh Indonesia. Sedangkan luas perairan
Indonesia saat ini lebih kurang 14 juta Ha. Yang terdiri dari rawa, sungai
sebesar 11,9 juta Ha, 1,78 juta Ha danau alam dan 0,93 juta Ha danau buatan hal
ini merupakan potensi yang sangat bagus pengembangan usaha
perikanan. (Nazaruddin, 1993).
Sumatera Barat merupakan salah satu
wilayah Negara Republik
yang sebagian besar
wilayahnya sekitar 329.867,61 km dengan luas
lautnya 2 35.306 km (71,33%)
sedangkan daratan hanya sekitar 94.561,6 km (28,67%) .Kondisi perairan
yang sangat menjadikan sektor perikanan dapat menjadi sektor andalan setalah
sektor migas.Pada akhir tahun 2004 dicatat hasil produksi perikanan budi daya
berupa Tambak sebanyak 1.050,6 ton, kolam 15.974,9 ton, keramba 2.362,6 ton dan
perikanan sawah mencapai 9,4 ton.
Menurut Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16 tahun 2006 tentang pelabuhan perikanan,
pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan
kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
perikanan bersandar, berlabuh dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan pelayaran dan egiatan penunjang perikanan.
Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus (PPS Bungus) sebagai pelabuhan samudera memiliki fasilitas cukup lengkap yang digunakan
sebagai sarana pelayanan bagi nelayan seperti pelayanan bengkel, bongkar muat,
perbekalan dan jenis fasilitas pelayanan lainnya. Pelayananan penyediaan kebutuhan
di PPS Bungus disediakan oleh pelabuhan dan swasta. Pada tahun 2005 total
penyediaan solar, es, dan air berturut-turut adalah 2.872 ton, 7.649 ton, dan
14.513 ton, dimana jumlah penyediaan tersebut
sudah memenuhi kebutuhan dari kapal-kapal yang melakukan kegiatan perbekalan di PPS Bungus (laporan tahunan PPS
Bungus, 2006).
Salah satu komoditi yang potensial untuk diusahakan
adalah perikanan, karena ikan merupakan komoditi yang dapat dipanen sepanjang
tahun atau tidak terlalu tergantung pada musim. Ikan merupakan komoditi yang
sangat dibutuhkan oleh manusia baik yang dikonsumsi langsung maupun yang
melalui proses lebih lanjut, seperti yang dikemukakan (Dahuri, 2002)
Berdasarkan data Statistik Perikanan yang dikeluarkan
oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sumatera Barat sekitar 81% produksi
perikanan Sumatera Barat dihasilkan dari perikanan tangkap, baik dari perikanan
tangkap perairan laut (74.85%), maupun dari perikanan tangkap perairan umum
(6.15%). Sisanya sebesar 19% dihasilkan dari perikanan budidaya di perairan
Tawar. Dilihat dari jenis-jenis ikan yang dihasilkan, lebih dari 64% (66 jenis)
dihasilkan dari perikanan tangkap, dan hanya sekitar 34% (12 jenis) yang
dihasilkan dari perikanan budidaya.
1.2 Tujuan dan
Manfaat Praktikum
Tujuan melakukan praktikum dinamika
populasi adalah agar dapat mengetahui jumlah stok serta gambaran populasi ikan
yang terdapat di Perairan Pelabuhan Bungus dan untuk mengetahui sifat-sifat
sosial di daerah tersebut.
Manfaat praktikum adalah untuk menambah
pengetahuan dan wawasan para praktikan,
untuk mendapatkan data dan informasi mengenai perikanan di pelabuahan bungus.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penjelasan pelabuhan menurut Ensiklopedia Indonesia adalah
tempat kapal berlabuh (membuang sauh). Pelabuhan yang modern dilengkapi dengan
los-los dan gudang-gudang serta pangkalan, dok dan kran (crane)untuk
membongkar dan memuat barang-barang. Untuk melindungi kapal-kapal dari terpaan
angin dan gelombang besar. Pelabuhan tersebut dapat dilengkapi dengan bangunan
penahan gelombang yang menjulur ke laut (Murdiyanto, 2004).
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16 tahun 2006
tentang pelabuhan perikanan, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri
dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang
dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan atau
bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan egiatan
penunjang perikanan.
Berbeda dengan pelabuhan niaga umumnya pelabuhan perikanan mempunyai
ciri-ciri khusus yaitu bahwa selain memiliki fasilitas-fasilitas pokok seperti breakwater atau
penahan gelombang, jetty atau dermaga dan ‘basin’ atau kolam
pelabuhan dan fasilitas fungsional yang umum seperti gedung perkantoran,
bengkel, gudang, tempat parkir, jalan raya, dan sebagainya. Harus pula
dilengkapi dengan fasilitas yang mutlak dibutuhkan untuk menunjang kelancaran
aktivitas usaha perikanan tersebut seperti misalnya tempat pendaratan,
pelelangan ikan, pabrik es (Satria, 2002)
Di sektor kelautan dan perikanan terdapat kegiatan pemanfaatan sumberdaya
perikanan yang memerlukan adanya fasilitas pendaratan ikan atau pelabuhan yang
khusus melayani aktifitas industri dan perdagangan ikan. Umumnya yang dilayani
adalah kegiatan perikanan tangkap di laut. Dalam hal ini maka pelabuhan yang
khusus melayani kegiatan perikanan merupakan fasilitas pendaratan yang menjadi
pangkalan bagi kapal-kapal perikanan dan menjadi terminal yang menghubungkan
kegiatan perikanan di darat dan di laut (Ditjenkan, 1994).
Pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus adalah suatu wilayah perpaduan antara daratan dan lautan yang digunakan
sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan yang dilengkapi dengan berbagai
fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan (Lubis, 2006). Pelabuhan
perikanan merupakan suatu tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang di gunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar,
berlabuh dan bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan
perikanan (PER.16/MEN/2006).
Secara teknis pelabuhan
perikanan adalah salah satu bagian ilmu bangunan maritim,
dimana dimungkinkan kapal-kapal berlabuh atau bersandar kemudian dilakukan bongkar muat (Kramadibrata,
2002). Secara singkat dapat disimpulkan
bahwa
pelabuhan perikanan merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi,
pengolahan, dan pemasaran, baik berskala lokal, nasional
maupun internasional. Pengembangan ekonomi perikanan tersebut hendaknya ditunjang oleh industri
perikanan baik hulu maupun hilir dan
pengembangan
sumber daya manusia (nelayan).
Menurut Direktorat
Jendral Perikanan (1994) diacu dalam
Lubis (2006) bahwa aspek-aspek tersebut secara terperinci
adalah produksi
merupakan
bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk melakukan kegiatan-kegiatan
produksinya, mulai dari memenuhi
kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai
membongkar hasil tangkapannya.
Dan pengolahan bahwa pelabuhan perikanan menyediakan
sarana-sarana yang dibutuhkan
untuk mengolah hasil tangkapannya.
Pengklasifikasian
pelabuhan perikanan umumnya berbeda antara negara satu dengan negara yang lainnya sesuai
dengan tingkat kebutuhannya masing-masing.
Perbedaan
pengklasifikasian ini tergantung dari sistem pengolahan yang dipakai, kondisi ekonomi, politik, dan budaya serta
tujuan pengembangan dari negara yang
bersangkutan.
Menurut Lubis (2006),
seperti halnya pelabuhan secara umum, maka
pelabuhan
perikanan juga dapat diklasifikasikan yaitu menurut letak dan jenis usaha
perikanannya. Pelabuhan bila dilihat dari banyaknya
parameter yang ada, pengklasifikasiannya
dapat dipengaruhi oleh :
1) Luas lahan, letak, dan jenis kontruksi
bangunannya;
2) Jenis alat tangkap yang menyertai kapal-kapalnya;
3) Daerah penangkapannya; dan
4) Distribusi dan tujuan ikan hasil tangkapan.
Pelabuhan perikanan
berperan sebagai terminal yang menghubungkan
kegiatan
usaha di laut dan di darat ke dalam suatu sistem usaha dan berdaya guna tinggi. Menurut Sub Direktorat Bina
Prasarana Perikanan (1982) peranan pelabuhan
perikanan adalah :
1) Sebagai pusat untuk aktivitas produksi, yaitu :
·
Tempat mendaratkan hasil tangkapan
·
Tempat untuk persiapan operasi
penangkapan ikan (mempersiapkan alat
tangkap,
bahan bakar, air, perbaikan kapal, dan istirahat anak buah kapal)
2) Sebagai pusat distribusi, yaitu :
·
Tempat transaksi jual beli
·
Terminal untuk pendistribusian ikan
·
Pusat pengolahan hasil laut
3) Sebagai pusat kegiatan masyarakat nelayan, yaitu
:
·
Pusat kehidupan masyarakat nelayan
·
Pusat pembangunan ekonomi masyarakat
nelayan
·
Pusat lalu lintas dan jaringan informasi
antar nelayan maupun masyarakat luar
Sihotang (1998) menyatakan bahwa perairan laut umumnya dalam dan cukup
keruh sehingga mencegah penetrasi cahaya matahari masuk ke dalam laut dengan
demikian bersama pengaruh arus bisa mengatasi pertumbuhan organisme.
Gill net merupakan alat tangkap yang banyak dipakai nelayan di Sumatera
Barat, dan alat penangkapan ini mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal
ini disebabkan karena gill net disesuaikan dengan jenis ikan komersial yang
tertangkap di perairan Sumatera Barat, di tambah lagi alat penangkapan ini
mudah dan relatif murah serta dicapai nelayan secara teknis maupun ekonomis.
III. METODE PRAKTIKUM
3. 1. Waktu dan Tempat
Praktikum lapangan dinamika populasi dilaksanakan pada
hari Jumat, tanggal 6 April 2012 yang
bertempat di Pelabuhan Perikanan Samudera
Bungus Sumatera Barat.
3. 2. Bahan dan Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum Dinamika
Populasi adalah thermometer berfungsi untuk mengukur suhu perairan yang ada di
pelabuhan bungus, kamera digital untuk mendokumentasikan gambar, alat-alat
tulis untuk mencatat data primer dan data sekunder yang didapat dari lokasi
praktikum.
3. 3. Metode Prakikum
Metode praktikum yang digunakan adalah metode survey
yaitu melakukan pengamatan langsung ke lokasi praktek serta wawancara dengan
beberapa orang masyarakat perikanan atau nelayan yang ada di lokasi tersebut.
3.4.
Prosedur Praktikum
Adapun prosedur dari
praktikum yang untuk data primer praktikan
melakukan wawancara atau tanya jawab kepada para nelayan atau masyarakat
yang berprofesi sebagai nelayan yang ada disekitar pelabuhan perikanan samudera
bungus seputar aktivitas perikanan yang mereka lakukan. Sedangkan untuk data
sekunder praktikan memperolah data dari pegawai dinas terkait.
Kegiatan pertama yang
dilakukan oleh semua praktikan adalah mengikuti seminar atau presentasi seputar
kegiatan perikanan yang ada di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus Sumatera
Barat. Melalui seminar yang dilengkapi dengan diskusi ini, para praktikan
memperoleh data sekunder.
Selanjutnya praktikan mulai mencari nelayan yang ada di
sekitar pelabuhan ataupun yang sedang bekerja tanpa mengganggu kenyamanan para
nelayan untuk melakukan wawancara dan mendapatkan data yang sesuai dengan
petunjuk asisten.
Proses wawancara telah
selesai, maka dianjutkan dengan pengukuran kualitas perairan yang ada di
pelabuhan bungus. Alat yang digunakan adalah secchi disk. Selain itu pengukuran
suhu dan salinitas perairan pelabuhan bungus juga di amati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari praktikum yang
dilakukan, kualitas air yang diperoleh adalah : kecerahan 230 cm, suhu 35ºC, pH
7 dan salinitasnya adalah 30ppm. Hasil data primer dan data sekundernya adalah
:
Tabel 1. Jenis- jenis alat tangkap yang dipergunakan
No
|
Jenis alat
|
Jumlah (unit)
|
∑hasil/hari
|
Rata rata Hsl/alat/hr
|
Ratio
|
Effor Konversi LL
|
1
|
Longline
|
37 unit
|
300 kg/hari
|
8.1
|
1
|
37
|
2
|
Bagan
|
20 unit
|
100 kg/hari
|
5
|
0,62
|
12,40
|
3
|
Gillnet
|
2 unit
|
50 kg/hari
|
25
|
3,08
|
6,16
|
4
|
Pancing
|
20 unit
|
20 kg/hari
|
1
|
0,12
|
2,4
|
5
|
Tonda
|
5 unit
|
25 kg/hari
|
5
|
0,62
|
3,1
|
6
|
Pursen
|
20 unit
|
100kg/hari
|
5
|
0,62
|
12,4
|
Jumlah
|
6 jenis
|
104 unit
|
590
|
|
|
73,46
|
Konvesi
alat ke LL = 104/73,46= 1,42
Tabel 2. Hasil perhitungan data sekunder
yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara
Tahun
|
C
|
Alat
|
Konv.LL
|
F(x)
|
c/f(y)
|
Xy
|
x²
|
y²
|
1
|
105.820
|
19
|
1,42
|
13,38
|
7908,82
|
105820,01
|
179,02
|
62549433,79
|
2
|
153.688
|
24
|
1,42
|
16,90
|
9093,96
|
153687,92
|
285,61
|
82700108,48
|
3
|
143.180
|
32
|
1,42
|
22,54
|
6352,26
|
143179,94
|
508,05
|
40351207,11
|
4
|
136.536
|
26
|
1,42
|
18,31
|
7456,91
|
136536,02
|
335,26
|
55605506,75
|
5
|
114.419
|
18
|
1,42
|
12,68
|
9023,58
|
114418,99
|
160,78
|
81424996,02
|
6
|
101.061
|
14
|
1,42
|
9,86
|
10249,70
|
101062,04
|
97,22
|
105056350,0
|
7
|
79.891
|
17
|
1,42
|
11,97
|
6674,27
|
79891,01
|
143,28
|
44545880,03
|
8
|
150.317
|
20
|
1,42
|
14,08
|
10675,92
|
150316,95
|
198,25
|
113975267,8
|
9
|
61.397
|
17
|
1,42
|
11,97
|
5129,24
|
61397,00
|
143,28
|
26309102,98
|
10
|
76.545
|
18
|
1,42
|
12,68
|
6036,67
|
76544,98
|
160,78
|
36441384,69
|
11
|
60.236
|
16
|
1,42
|
11,27
|
5344,81
|
60236,01
|
127,01
|
28566993,94
|
12
|
84.127
|
28
|
1,42
|
19,72
|
4266,08
|
84127,10
|
388,88
|
18199438,57
|
Jumlah
|
-
|
-
|
-
|
175,36
|
88212,22
|
1267217,97
|
2727,42
|
695725670,10
|
4.2. Pembahasan
Hasil praktikum pada tabel 1 dan tabel 2 diperoleh dari
hasil wawancara seorang nelayan dari setiap kelompok praktikan yang telah
digabungkan dan akhirnya mendapatkan hasil berupa data primer dan data sekundernya
di peroleh dari PPS Bungus yang kemudian diolah oleh masing-masing mahasiswa.
Pada perairan pelabuhan bungus ini,
hidup bermacam jenis spesies ikan yang merupakan sumber mata pencarian utama
bagi penduduk sekitar yaitu dengan
mengeksploitasi kekayaan sumberdaya perairan tersebut. Ikan yang sering
ditangkap oleh nelayan di perairan sekitar Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus
ini adalah ikan layang, ikan tuna, cakalang, ikan sisik, tongkolikan teri, bawal,
sunglir, lemadang, selar kuning, kerapu, teripang, dll.
Ketika para nelayan
melakukan penangkapan tergantung
kepada jenis kapal atau
alat tangkap yang digunakan. Ada
yang hanya 3 hari, 4 hari bahkan seminggu lebih. Tetapi ada
juga yang menangkap
ikan pada pagi dan sore hari. Hasil penangkapan
tergantung pada cuaca, satu malam kapal dapat beroperasi 2-3 kali dengan jumlah
ikan yang didapat
dapat mencapai 500 kg/hari.
Informasi tersebut diperoleh dari
hasil wawancara dengan salah satu nelayan yang bernama Yanto, berumur 30 tahun.
Alat tangkap yang digunakan oleh para nelayan di
pelabuhan bungus adalah gill net, longline, pancing, jarring, tonda dan
lain-lain, selain itu yang paling sering digunakan oleh para nelayan adalah
long line. Long line adalah tali yang memanjang yang dimasukkan
ke dalam laut, terdiri dari main line ( tali utama ) dan branch
line ( tali cabang ) yang diikatkan pada tali utama tersebut. Tali
cabang adalah tali sebagai cabang dari tali utama, yang menjorok ke dalam laut,
dan di bawahnya digantungkan pancing – pancing yang diberi umpan.
Tonda adalah jenis alat penangkapan ikan yang terdiri
dari seutas tali utama berpancing umpan buatan atau seutas tali utama tanpa
jarak dan 2 – 3 tali cabang berpancing umpan buatan. Pengoperasiaannya dengan menggunakan
kapal motor yang dilengkapi sepasang batang kayu atau bamboo (out riggers/booms) yang dipasang pada
kedua sisi lambung kapal. Pada out
riggers dan belakang/buritan kapal diikatkan beberapa pancing tonda,
selanjutnya ditarik di belakang kapal. Agarpancing tetap melayang (tidak
terapung) di dalam perairan, maka ujung ikatan tali cabang pada setiap tali
utama dilengkapi dengan papan meluncur.
Jaring Insang ( Gillnet
) adalah suatu jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat
persegi panjang dimana mata jaring dari bagian jaring utama ukurannya sama.
Jumlah mata jaring ke arah panjang / horizontal ( Mesh Length / ML ) jauh lebih
banyak dari pada jumlah mata jaring ke arah vertikal atau ke arah dalam ( Mesh
Depth / MD ). Pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung ( floats
) dan dibagian bawahnya dilengkapi dengan beberapa pemberat ( sinkers ),
sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jaring insang
dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak.
Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus ini merupakan
salah satu pelabuhan di pantai barat Sumatera Barat dan terletak di jalan
lintas Padang-Painan Km 16 Bungus Padang. Berada pada 16 km
sebelah selatan Padang atau 1,5 jam perjalanan. Lokasi pantai ini mudah dicapai
dengan transportasi darat. Bentuk pantainya menyerupai bulan sabit. Air lautnya
hangat dan aman untuk berenang.
Pemasaran yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan
Samudera Bungus adalah pemasaran ikan segar dari hasil tangkapan. Khusus ikan
tuna dan ikan-ikan besar diolah dulu pada dua perusahaan besar yang ada di
pelabuhan Bungus hingga dipasarkan keluar kota maupun diekspor. Sedangkan ikan lain ada yang langsung dijual
di pasar terdekat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pelabuhan perikanan samudera bungus termasuk kedalam
pelabuhan internasional. Kegiatan perikanan di pelabuhan ini meliputi usaha
penangkapan, pengolahan ikan, perbengkelan kapal dan lainnya yang salah satunya
adalah termasuk usaha untuk mencari mata pencaharian bagi para nelayan ataupun
masyarakat yang berkehidupan di sekitar pelabuhan.
Jenis ikan yang tertangkap diantaranya ikan ikan tuna yellow fin & big eye, cakalang, kembung,
tongkol, layaran, bawal, sunglir, lemadang, selar kuning, kerapu, teripang,
lobster dll. Dengan alat
tangkap dan armada yang beroperasi terdiri dari waring, tonda, jaring insang,
long line, pacing, gill net,dll dengan hasil penangkapan dapat mencapai
500kg/hari dari tiap alat tangkap. Hasil penangkapan dipengaruhi juga oleh
cuaca dan frekuensi kapal beroperasi setiap harinya.
5.2. Saran
Saran dari praktikum ini adalah agar ditekankan kepada
praktikan agar lebih aktif melakukan wawancara kepada para nelayan. Selain itu praktikum mata kuliah dinamika
populasi ini kiranya dapat dilakukan juga pada pelabuhan perikanan yang berbeda
supaya dapat membandingkan hasil data yang diperoleh dari pelabuhan Bungus
dengan pelabuhan yang lain, mengingat praktikum ini setiap tahunnya
dilaksanakan di PPS Bungus.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Perikanan
Tangkap Departemen Perikanan dan Kelautan. 2005. Klasifikasi Alat Penangkapan
Ikan.
Feliatra.
2003. “Role of Nitrifying Bacteria in Purification Process
of Brackish Water Ponds (Tambak) in Riau Province
Indonesia”. Jurnal Natur Indonesia 5(2): 133-138 (2003).
Kartamiharja., 2000. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa.
Bandung . 488
hal.
Kramadibrata, S.
2002. Perencanaan Pelabuhan. Bandung: ITB
Lubis, E. 2006. Buku 1: Pengantar
Pelabuhan Perikanan. Bogor: Bagian Pelabuhan Perikanan
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Murdiyanto,
B. 2005. Pelabuhan Perikanan. Bogor :IPB. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Nurdin. S., 2012. Manajemen Sumberdaya Perairan dalam
Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau. Universitas Riau Press. 71 hal.
Rokhman,
MS 2006. Tingkat Operasional Pelabuhan Perikanan di Kabupaten Rembang
dan Prioritas Pengembangnnya. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor:
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Syamsuddin, A. R., 1980. Pengantar Perikanan. Karya
Nusantara. Jakarta.58 halaman.
Wardoyo, S. T. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan.
Trainning Analisa Dampak lingkungan PDLH-UNDP-PUSDI-PSL dan IPB Bogor 40 hal
(tidak diterbitkan).
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi
lapangan
Lampiran 2. Data primer
No comments:
Post a Comment