Thursday 29 December 2011

laporan parameter kimia 1


I. PENDAHULUAN
                                                                                                                  
1.1. Latar Belakang
Perairan daratan dalam hal ini adalah suatu badan air yang ada di daratan, sungai atau bahkan estuari. Secara alami air tawar merupakan persenyawaan yang bersifat sebagai pelarut universal, dan di dalamnya selalu terdapat unsur-unsur terlarut serta senyawa lainnya (Soedarsono, 1986).
Limnologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal tentang perairan daratan. Ilmu ini mencakup pengetahuan tentang faktor-faktor abiotik (air dan tanah), biotik (semua organisme yang hidup di dalamnya) serta interaksi yang terjadi di antaranya. Limnologi melalui aspek-aspeknya memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air di dalam suatu perairan khususnya perairan air tawar. Di dalam suatu perairan tawar tersebut melalui aspek-aspeknya dapat mengetahui apakah di dalam suatu perairan tersebut subur atau tidak (Cahyono, 2000).
Menurut Cahyono (2000) menyimpulkan kembali bahwa habitat air tawar mempunyai faktor pembatas sebagai akibat tingkah laku sifat-sifat air tersebut. Tingkah laku sifat-sifat air pada suatu habitat air tawar di suatu daerah dengan daerah yang lain tidak sama. Biasanya mempunyai suatu ciri yang khusus baik ditinjau dari parameter kimia, fisika maupun biologinya. Parameter fisikanya meliputi konsep-konsep dan pengertian dari intensitas matahari yang akan mempunyai pengaruh terhadap perubahan suhu dan kecerahan. Parameter kimia yang meliputi proses-proses kimiawi yaitu, kandungan oksigen terlarut, kandungan CO2 bebas, alkalinitas, pH, dan kesadahan. Parameter biologinya yaitu pengukuran produktivitas primer yang sangat dipengaruhi oleh metabolisme, fotosintesis, dan pelepasan zat-zat hara.
Untuk mengetahui apakah terdapat suatu keseimbangan antara faktor biologi dan habitatnya, yaitu antara organisme dengan faktor-faktor fisik dan kimia di suatu perairan, diperlukan pengetahuan tentang ukuran dari faktor-faktor tersebut secara kuantitatif. Untuk dapat mengembangkan dan memberikan gambaran tentang keseimbangan antara faktor biologi dan habitatnya, baik dari parameter fisika, kimia, maupun biologi yang terdapat di suatu perairan, diperlukan suatu kegiatan berupa praktikum (Cahyono, 2000).

1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan diadakan Praktikum ini adalah untuk mengetahui kondisi suatu perairan khususnya di Waduk Faperika sekaligus mengetahui parameter fisika kimia perairan waduk tersebut.
Adapun manfaat yang diperoleh adalah mengetahui cara pengukuran dan penggunaan alat dalam mengetahui parameter fisika kimia suatu perairan khususnya perairan waduk.






II. TINJAUAN PUSTAKA
 

2.1. Waduk
Ilyas et al. (1989) mengatakan bahwa waduk adalah badan air yang terbentuk karena pembendungan aliran sungai oleh manusia. Pembangunan waduk serbaguna diperuntukkan bagi keperluan pencegah banjir, pembangkit tenaga listrik dan sebagai penampung air yang digunakan pada musim kemarau (Jorgensen, 1980).
Presiden Republik Indonesia (2004) menyatakan bahwa sumber air adalah tempat atau wadah air dan / atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah. Waduk atau danau adalah genangan air yang terbentuk karena pembendungan aliran sungai. Pembendungan ini dapat merubah ekosistem perairan mengalir (lotik) menjadi ekosistem perairan tergenang (lentik) yang akan mempengaruhi kehidupan biota perairan sungai asal (Hadiwigeno, 1990).
Selanjutnya Sihotang (1989) mengemukakan, waduk adalah bentuk perairan yang terletak diantara perairan sungai dan danau. Setiap waduk mempunyai morfologi yang unik, oleh karena itu tidak dapat digeneralisasikan antara satu waduk dengan waduk yang lain karena di waduk terdapat perbedaan yang menyolok antara lotik dan lentik.
            Menurut Sihotang (1989), ciri khas waduk adalah mempunyai aliran yang searah dari sungai utama. Waktu pergantian air relatif singkat. Perkembangan trofiknya memperlihatkan eutrofik yang akan berubah menjadi oligotrofik. Nutrien yang kaya akan memperlihatkan produktivitas dan setelah pengaliran air yang searah akan membuang nutrien ke sungai di bagian bawah. Menurut Carlo (2001), waduk merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan air sebelum diolah baik untuk air minum ataupun keperluan lain, lazimnya waduk dan danau sebagai tempat penyimpan air dengan kualitas yang baik.
2.2.  Parameter Kimia
2.2.1.  Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut adalah gas untuk respirasi yang sering menjadi faktor pembatas dalam lingkungan perairan. Ditinjau dari segi ekosistem, kadar oksigen terlarut sangat menentukan kecepatan metabolisme, respirasi dan sangat penting bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan biota air. Oksigen terlarut atau DO (Dissolved Oxygen) adalah jumlah mg/l gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut dalam air dapat barasal dari proses fotosintesa oleh fitoplankton atau tanaman air lainnya dan difusi dari udara (Soedarsono dan Suminto, 1989).
Oksigen merupakan parameter kualitas air yang diperlukan bagi semua organisme hidup untuk pernafasan, proses pencernaan, asimilasi makanan, menjaga keseimbangan osmotik serta untuk aktifitasnya. Kebutuhan oksigen tergantung pada spesies, ukuran, umur, stadia, serta kondisi lingkungannya, misal temperatur. Pertumbuhan dan kesehatan organisme akan terpengaruh jika kebutuhan oksigennya tidak mencukupi sehingga perlu dijaga agar kandungan oksigen dalam kolam/wadah budidaya selalu mencukupi bagi organisme yang dipelihara. Komunitas lain yang menggunakan oksigen adalah organisme benthos, ephypiton, dan micro serta macro organisme lain yang hidup di dalam air. Keberadaan organisme lain perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi kandungan oksigen atau merupakan kompetitor dalam konsumsi oksigen bagi organisme di perairan tersebut (Rejeki, 2001).
2.2.2.  Karbondioksida
Karbondioksida (CO2) bebas merupakan CO2 yang terkandung dalam perairan, sehingga merupakan respirasi yang penting bagi kelangsungan sistem perairan dimana biota berklorofil sangat membutuhkannya untuk melakukan fotosintesis. Sumber CO2 berasal dari udara dan penguraian bahan organik dalam perairan. Konsentrasi CO2 dalam air akan sangat tinggi apabila konsentrasi oksigen terlarut rendah yang disebabkan oleh CO2 yang dibebaskan pada waktu respirasi digunakan dalam fotosintesis. Fotosintesa akan berlangsung secara perlahan-lahan bila O2 terlarut rendah yang menyebabkan konsentrasi CO2 meningkat. Konsentrasi CO2 akan meningkat pada waktu malam hari dan menurun kembali pada waktu siang hari yang dibebaskan melalui respirasi tidak diserap oleh fitoplankton untuk fotosintesa (Soedarsono dan Suminto, 1989).
          Karbondioksida merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis. Gas ini berasal dari pembongkaran bahan-bahan organik oleh jasad renik di dasar perairan sehingga CO2 memegang peranan sangat penting sebagai unsur makanan untuk tumbuh-tumbuhan hidup yang mampu berasimilasi. Jumlah CO2 tersedia cukup banyak bagi tumbuh-tumbuhan hijau tetapi jika jumlah tersebut melampaui batas akibatnya kehidupan hewan-hewan air akan mengalami saat kritis karena selain mempengaruhi pH, kadar CO2 yang terlampau tinggi dapat meracuni hewan air secara langsung. Perairan alami pada umumnya mengandung CO2 sebesar 2 mg/l. Konsentrasi yang tinggi (> 90 mg/l) CO2 dapat beracun karena keberadaannya dalam darah dapat menghambat pengikatan O2 oleh Hb. Daya toleransi tiap-tiap biota bermacam-macam tergantung jenis dan ukurannya, umumnya tidak lebih dari 15 ppm. Kandungan CO2 lebih dari 25 ppm sangat membahayakan bagi biota yang dibudidayakan (Tim Limnologi, 1995 ).
2.2.3.  Alkalinitas
          Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau dikenal dengan acid neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas dari anion didalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas menggambarkan jumlah basa (alkaline) yang tekandung dalam air yang dapat ditentukan dengan titrasi asam kuat (H2SO4 atau HCl) sampai pH tertentu. Alkalinitas juga dapat disebut sebagai "Daya Menggabung Asam" yang artinya kemampuan air dalam menyerap asam (Prijadi dan Suminto, 1989).
Pada penentuan alkalinitas digunakan 2 jenis indikator yaitu : Phenolpthalein (pp) dan Methyl Orange (MO). Perubahan warna pada titik akhir titrasi dengan menggunakan indikator MO biasanya agak sulit diamati. Untuk itu MO bisa diganti dengan campuran Bromcresol Green dan Methyl Red ( BOG + MR ) atau campuran Xylene Cyanote dan Methyl Orange ( XC + MO ) yang memberikan perubahan warna yang lebih jelas pada akhir titrasi. Indikator pp berubah warna pada pH 8,3 untuk menentukan alkalinitas karbonat. Sedangkan indikator MO atau penggantinya berubah warna pH 4,5 untuk menentukan alkalinitas bikarbonat (alkalinitas total). Satuan alkalinitas dinyatakan dalam ppm CaCO3 atau CaCO3 mg /l (Tim Limnologi, 1995 ).

III. BAHAN DAN METODE
 

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakasanakan pada hari Rabu tanggal 9 November 2011 pada pukul 10. 00 WIB di Laboratorium Limnologi dan mengambil data di Waduk Faperika Universitas Riau.

3.2. Bahan dan alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah  alat tulis, botol BOD, suntik, pipet tetes, MnSO4, H2SO4, labu erlemeyer, Na2S2O3, 5H2O, amilum, indicator pp, NaOH,H2SO4, dan metyl orange .

3.3. Metode Praktek
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode survey dengan mengambil data langsung dilapangan, kemudian dianalisis dan diidentifikasi di laboratorium untuk menentukan nilai dari parameter yang diamati.
3.4. Prosedur Praktikum
            Sebelum praktikum semua praktikan akan mendapatkan respon dari asisten dosen. Setelah respon selesai para praktikan akan mendapatkan penjelasan materi dari asisten dosen yang berkaitan oksigen terlarut, karbondioksida bebas, dan alkalinitas. Stelah penjelsan selsesai maka para praktikan langsung menuju waduk untuk melkakukan penelitian. Hasil penelitian yang telaah dilakukan akan dihitung di laboratorium limnologi. Hasil pengamatan tersebut langsung dikumpulkan dengan asisten dosen.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum parameter kimia-1 ini dapat diperoleh data sebagai berikut :

4.11. Oksigen Terlarut (DO)
            Diketahui :  Ml titran : 3,5 ml
                                Ml sampel : 50 ml
                                M titran : 0,025
            Rumus : DO (mg/l)    = ml titran x 8000 x 0,025
                                                            Ml sampel

                                                =3,5 ml x 8000 x 0,025
                                                              50 ml

                                                =14 mg/l

4.1.2. Karbondioksida (CO2) bebas
Diketahui :  Ml titran : 1,5 ml
                                N titran : 0.0454 N
                                Volume samapel : 25 ml
Rumus : CO (mg/l)    = ml titran x N titran x 44/2 x 1000
                                                            Volume sampel

                                                =2,5 ml x 0,0454 x 44/2 x 1000
                                                              50 ml

                                                = 59,2958 mg/l


4.1.3. Alkalinitas
Diketahui :  N : 0.022 n
                                a : 1,5 ml
                                Ml samapel : 50 ml
Rumus : CO (mg/l)    = 1000 x 50 x N x a
                                                         Ml sampel

                                                =1000 x 50 x 0,022 x 1,5
                                                              50 ml

= 30 mg/l


4.2. Pembahasan

4.21. Oksigen Terlarut (DO)
Pada pengukuran parameter kimia digunakan bahan larutan kimia. Pada pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan mengambil air sample dengan menggunakan botol BOD tanpa adanya gelembung udara didalam air sample kemudian ditambahkan 1 ml reagen O2 DAN 1 ml MnSO4, dikocok sampe endapan berwarna coklat, ditambahkan 1 ml H2SO4 kemudian dikocok lagi sampai endapan hialn, lalu dari sampel tersebut ambil 50 ml air sampel masukkan kedalam labu erlemeyer, titrasi langsung dengan Na2S2O3 5H2O sampai warana kuning pucat, ditambah 5 tetes amilum samape warna hilang lalu masukkan kedalam rumus yang menghasilkan pengukuran bernilai 14 mg/l.



4.2.2. Karbondioksida (C02) Bebas
Pada pengukuran karbondioksida bebas dilakukan dengan mengambil sample air dengan botol BOD kedap gelembung udara, lalu air sample dimasukkan kedalam botol elemeyer sebanyak 100 ml, kemudian tambahkan 3-4 tetes indicator pp selanjutnya ditambahkan natrium karbonat sehingga air berunah warna merah jambu. Kemudian hitung banyaknya natrium karbonat yang habis sehingga mendapatkan hasil pengukuran 59,2958 mg/l

4.2.3. Alkalinitas
            pada pengukuran alkalinitas dilakukan pengambilan 50 ml air sampel kedalam labu erlemeyer lalu tambah indicator pp kemudian titrasi dg H2SO4 kemudian dihitung alkalinitasny yang menghasilkan 30 mg/l.











V. KESIMPULAN DAN SARAN
 

5.1. Kesimpulan
Waduk Faperika merupakan waduk yang mempunyai fluktuasi air yang kecil dan mempunyai keanekaragaman berbeda dalam pengukuran parameter kualitas air baik dari segi fisika maupun dilihat dari segi kimia setiap stasiun.
Parameter fisika dan kimia yang ada disuatu perairan mempunyai hubungan secara langsung terhadap kondisi fisik perairan tersebut. Dengan mengetahui berbagai parameter kualitas air kita dapat menentukan produktivitas perairan dan tingkat kesuburan.

6.2. Saran
Untuk lebih memahami materi sekaligus cara kerja dari setiap alat yang digunakan maka diharapkan agar kelengkapan alat lebih diutamakan, sehingga setiap praktikan mengerti. Disamping itu tempat yang dijadikan sebagai objek hendaknya lebih mendukung agar setiap ilmu yang didapatkan dapat diaplikasikan terhadap suatu penelitian dan juga dalam masyarakat.




DAFTAR PUSTAKA

Bishop, J.E. 1973. Limnologi of Small Malaya River Gombak. Dr. W. Junk. V.B. Publisher the Hague. 205p.

Cahyono, N., 2001. Efek Pengudaraan terhadap Kualitas Air Waduk Tropika. Jurnal Lembaga PenelitianUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta. 3 (1): 1 – 7.

Dahril, T., 1998. Reformasi di Bidang Perikanan Menuju Perikanan Indonesia Yang Tangguh Abad ke-21, hal 25-34. Dalam Feliatra (editor) Strategi Pembangunan Perikanan dan Kelautan Nasional Dalam Meningkatkan Devisa Negara. Universitas Riau Press, Pekanbaru.

Davis, C.C. 1951. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State University Press, USA.

Edmonson, W. T., 1958. Fresh Water Biology. 2 nd. John Wiley and Sons, inc New York.

Hadiwigeno, 1990. Petunjuk Praktis Pengelolaan Perairan Umum bagi Pembangunan Perikanan. Departemen Perikanan, Badan Penelitian dan Pembangunan Pertanian, Jakarta, 80 hal.

Jorgensen, S.E., 1980. Lake Management. Pergaman Press. Oxford. 167 hal.

Sihotang, C.,  1989. Limnologi I. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 33 hal. (tidak diterbitkan).

Siska. M, 2002. Distribusi Ikan Kapiek (Barbodes schwanefeldi Blkr) di Waduk PLTA Koto Panjang Provinsi Riau dan Propinsi Sumatera Barat. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru, 48 hal. (tidak diterbitkan).

Wardoyo, S. T. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Trainning Analisa Dampak lingkungan PDLH-UNDP-PUSDI-PSL dan IPB Bogor 40 hal (tidak diterbitkan).

Welch, P. 1981. Limnology. Second Edition. McGraw. Hill Book  Company, New York. 382 pp.

No comments:

Post a Comment

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laatar Belakang Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk pengg...