Thursday, 29 December 2011

gabungan

I. PENDAHULUAN


1.1.    Latar Belakang
1.1.1. Debit Air
Limnologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari lingkungan perairan darat (misalnya danau, situ, waduk, danau, rawa dan lahan basah), terdiri  atas kompoenen biotik dan abiotik, serta pengungkapan proses-proses interaksi diantara komponen-komponen itu (Hehanussa, 2001). Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak akan dapat berlangsung. Menurut Suprapto (2003), air mampu menopang kehidupan manusia, termasuk kehidupan dan kesinambungan rantai pangan mahluk hidup di bumi. Namun, faktanya sekarang ini masalah utama sumber daya air meliputi kuantitas dan kualitas air. Dari segi kuantitas, air sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat. Sedangkan dari segi kualitas, pemenuhan kualitas air untuk keperluan domestik terus menurun. Menurut Suyono (1985) menyatakan bahwa debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam suatu tempat atau yang dapat di tampung dalam sutau tempat tiap satu satuan waktu. Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimanfaatkan dan berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa dan gerakannya beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi. Suatu aliran dapat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain angin, besar kecilnya aliran, hujan, dan lain sebagainya. Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu (sungai, saluran, mata air) persatuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk). Ada beberapa cara mengukur debit air yaitu dengan Emboys Float Method dan metode Weir yang menggunakan papan bercelah. Pemilihan lokasi debit air mempunyai beberapa syarat antara lain di bagian sungai yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen, aliran tidak melimpah melewati tebing sungai. Perairan daratan dalam hal ini adalah suatu badan air yang ada di daratan, sungai atau bahkan estuari. Secara alami air tawar merupakan persenyawaan yang bersifat sebagai pelarut universal, dan di dalamnya selalu terdapat unsur-unsur terlarut serta senyawa lainnya (Soedarsono, 1986).
1.1.2. Parameter Kimia 1
Limnologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal tentang perairan daratan. Ilmu ini mencakup pengetahuan tentang faktor-faktor abiotik (air dan tanah), biotik (semua organisme yang hidup di dalamnya) serta interaksi yang terjadi di antaranya. Limnologi melalui aspek-aspeknya memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air di dalam suatu perairan khususnya perairan air tawar. Di dalam suatu perairan tawar tersebut melalui aspek-aspeknya dapat mengetahui apakah di dalam suatu perairan tersebut subur atau tidak (Cahyono, 2000).  Menurut Cahyono (2000) menyimpulkan kembali bahwa habitat air tawar mempunyai faktor pembatas sebagai akibat tingkah laku sifat-sifat air tersebut. Tingkah laku sifat-sifat air pada suatu habitat air tawar di suatu daerah dengan daerah yang lain tidak sama. Biasanya mempunyai suatu ciri yang khusus baik ditinjau dari parameter kimia, fisika maupun biologinya. Parameter fisikanya meliputi konsep-konsep dan pengertian dari intensitas matahari yang akan mempunyai pengaruh terhadap perubahan suhu dan kecerahan. Parameter kimia yang meliputi proses-proses kimiawi yaitu, kandungan oksigen terlarut, kandungan CO2 bebas, alkalinitas, pH, dan kesadahan. Parameter biologinya yaitu pengukuran produktivitas primer yang sangat dipengaruhi oleh metabolisme, fotosintesis, dan pelepasan zat-zat hara. Untuk mengetahui apakah terdapat suatu keseimbangan antara faktor biologi dan habitatnya, yaitu antara organisme dengan faktor-faktor fisik dan kimia di suatu perairan, diperlukan pengetahuan tentang ukuran dari faktor-faktor tersebut secara kuantitatif. Untuk dapat mengembangkan dan memberikan gambaran tentang keseimbangan antara faktor biologi dan habitatnya, baik dari parameter fisika, kimia, maupun biologi yang terdapat di suatu perairan, diperlukan suatu kegiatan berupa praktikum (Cahyono, 2000).
2.1.3. Parameter Kimia 2
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu Dengan demikian, kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air minum. Air yang jernih bukan berarti air yang baik bagi ikan, karena jernih bukan satu-satunya sarat air berkualitas bagi ikan. Sering dijumpai ikan hidup dan berkembang dengan "subur" justru pada air yang bagi manusia menimbulkan kesan jorok. Ikan hidup dalam lingkungan air dan melakukan interaksi aktif antara keduanya. Ikan-air boleh dikatakan sebagai suatu sistem terbuka dimana terjadi pertukaran materi (dan energi), seperti oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), garam-garaman, dan bahan buangan. Pertukaran materi ini terjadi pada antarmuka (Interface) ikan-air pada bahan berupa membran semipermeabel yang terdapat pada ikan. Kehadiran bahan-bahan tertentu dalam jumlah tertentu akan mengganggu mekanisme kerja dari membran tersebut, sehingga ikan pada akhirnya akan terganggu dan bisa tewas. Ikan telah berevolusi selama jutaan tahun pada kondisi lingkungan yang stabil. Oleh karena itu, dalam lingkungan alamiahnya mereka tidak perlu beradaptasi dengan berbagai perubahan drastis yang terjadi. Bahkan kondisi lingkungan mereka memiliki mekanisme tertentu untuk menjaga terjadinya perubahan mendadak. Sedangkan pada lingkungan akuarium, sebagai sebuah sistem tertutup, perubahan mandadak dan drastis terhadap parameter air kerap terjadi (seperti suhu, pH, kandungan amonia dll), sehingga akan menyebabkan ikan stres dan tidak jarang menyebabkan kematian (O-fish, 2010). Kualitas Air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna) (ICRF,2010).
2.1.4. Parameter Biologi
 Untuk menentukan kondisi suatu perairan dapat ditentukan dengan parameter biologi yakni salah satu menjadi parameternya adalah plankton. Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Hensen dalam Odum (1971), berasal dari bahasa Yunani yaitu Planktos yang artinya mengembara atau berkeliaran. Menurut Boney dalam Krebs (1985), plankton tersusun atas jasad – jasad tumbuhan mikroskopis (phytoplankton) dan jasad – jasad hewani (zooplankton) yang terdapat di laut maupun air tawar, hidup bebes terapung dan pergerakannya bersifat pasif tergantung adanya arus dan angin. Menurut Barus (2004) bahwa fitoplankton merupakan kelompok yang memegang peranan sangat penting dalam ekosistem air, karena kelompok ini dengan adanya kandungan klorofil mampu melakukan fotosintesis. Proses fotosintesis pada ekosistem air yang dilakukan oleh fitoplankton (produsen), merupakan sumber nutrisi utama bagi kelompok organisma air lainnya yang membentuk rantai makanan. Limnologi secara umum membahas aspek-aspek yang mempengaruhi perairan, khususnya  yang ada di darat atau disebut juga perairan air tawar. Termasuk di dalamnya beberapa  parameter fisika, kimia,dan biologi. Parameter fisika meliputi: kecepatan arus, debit air, suhu, kecerahan, dan kedalaman. Parameter kimia meliputi: oksigen terlarut, karbondioksida, alkalinitas, pH, dan kesadahan. Parameter biologi meliputi: produktivitas perairan dan plankton. Salah satu spesifikasi dari limnologi itu sendiri, yaitu Manajemen Kualitas Air. Kita di sini dipelajari bagaimana cara memanajemen air agar mempunyai kualitas yang baik untuk organisme atau kultivan yang dibudidayakan, baik air yang berada di tempat budidaya maupun  yang berasal dari sumber air yang dialirkan sampai ke tempat budidaya. Dengan itu semua diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas kultivan tersebut (Nybakken, 1998). Benthos adalah organisme (nabati/fitobenthos atau hewani/zoobenthos) yang tinggal di dalam dan atau di atas sedimen di dasar suatu perairan. (Penuntun praktikum ekoper, 2006).

1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan diadakannya praktikum limnologi selama ini adalah pada Pengukuran Debit Air untuk mengukur debit air (jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu persatuan waktu) dengan Emboys Float Method dan metode Weir, pada parameter kimia 1 untuk mengetahui kondisi suatu perairan khususnya di Waduk Faperika sekaligus mengetahui parameter fisika kimia perairan waduk tersebut, pada parameter kimia 2 untuk mengetahui kondisi suatu perairan khususnya di Waduk Faperika sekaligus mengetahui parameter kimia 2 dengan melihat nitrat-nitrogen dan orthofosfat, serta Tujuan diadakannya praktikum Parameter Biologi adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis plankton (fitoplankton dan zooplankton) dan benthos (fitobenthos dan zoobenthos) untuk menghitung kepadatan dari masing-masing jenis fitoplankton dan zooplankton, untuk menghitung lebih lanjut mengenai beberapa indeks yang biasa dipakai untuk mendeskripsikan mutu perairan secara cepat, dan agar mahasiswa mampu mengambil sample secara benar di perairan umum.
Adapun manfaat dari praktikum limnologi selama ini yaitu setiap mahasiswa  mengerti dan mengetahui cara-cara mengukur debit air (jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu persatuan waktu) dengan Emboys Float Method dan metode Weir,  mengetahui cara pengukuran dan penggunaan alat dalam mengetahui parameter fisika kimia suatu perairan khususnya perairan waduk, mengetahui cara pengukuran dan penggunaan alat dalam mengetahui parameter kimia-2 dengan melihat nitrat-nitrogen dan orthofosfat, serta setiap mahasiswa dapat  mengetahui keberadaan plankton (fitoplankton dan zooplankton) dan benthos (fitobenthos dan zoobenthos)  di perairan umum khususnya waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Debit Air
Pengertian debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan dalam system satuan SI adalah meter kubik per detik (m3 / detik). Menurut Asdak (2002), debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu. Dalam system SI besarnya debit dinyatakan dalam sattuan meter kubik.Cara pengukuran debit air dapat dilakukan dengan dibendung, perhitungan debit dengan mengukur kecepatan aliran dan luas penampang melintang, didapat dari kerapatan larutan obot, dengan menggunakan pengukur arus magnitis, pengukur arus gelombang supersonis, meter venturi, dan seterusnya.
Leonard euler (1707-1783) menyatakan bahwa fluida sebagai medan rapat massa dan medan vector kecepatan. Tiap besaran yang dipergunakan untuk menyatakan keadaan fluida akan mempunyai nilai tertentu pada tiap titik dalam ruang dan pada tiap saat.
Pemilihan lokasi pengukuran debit air dapat dilakukan di bagian sungai yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen, dan aliran tidak melimpah melewati tebing sungai.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan bahwa debit air dapat diukur dengan berbagai metode diantaranya yaitu: Emboys Float Method, Rectangular Weir, 90 Notch Weir, cara kecepatan luas ( Sihotang, 2006).
Arus adalah gerak air (atau udara atau fluida lainnya) yang mengalir. Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan arus atau air di suatu lokasi, biasanya menggunakan perangkat  tali  plastik dan bola pimpong (Hehanusa, 2001)
Menurut Uktoselya (1991), mengemukakan bahwa arus dapat menimbulkan kerusakan fisik pada sungai dan muara sungai seperti terjadinya pengikisan darat, pemindahan sedimen. Disamping itu, besarnya volume air yang mengalir dan kuatnya pasang surut akan mempengaruhi sistem arus pada daerah muara.
Perairan umum merupakan bagian permukaan bumi yang secara permanen berkala digenangi air, baik air tawar, payau, atau laut yang dihitung dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami maupun buatan (Dinas Perikanan Tingkat 1 Propinsi Riau, 1997).
Perairan Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar terutama sektor perikanan maupun keperluan lainya. Ini dapat dilihat dari luas perairan yang ada dan jenis ikan yang terdapat di dalamnya (Djuhanda, 1981).
Perikanan umumnya tidak mengkonsumsi air, tapi sangat memerlukan kondisi kualitas dan kuantitas air tertentu, termasuk perlindungan lingkungan dan kelestarian fungsi sumberdaya flora dan fauna yang terdapat dalam air. Kualitas air secara luas dapat diartikan secara fisik, kimiawi dan biologis yang mempengaruhi manfaat penggunaan bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung (Boyd, 1979).
2.2. Parameter Kimia 1
Oksigen terlarut adalah gas untuk respirasi yang sering menjadi faktor pembatas dalam lingkungan perairan. Ditinjau dari segi ekosistem, kadar oksigen terlarut sangat menentukan kecepatan metabolisme, respirasi dan sangat penting bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan biota air. Oksigen terlarut atau DO (Dissolved Oxygen) adalah jumlah mg/l gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut dalam air dapat barasal dari proses fotosintesa oleh fitoplankton atau tanaman air lainnya dan difusi dari udara (Soedarsono dan Suminto, 1989).
Oksigen merupakan parameter kualitas air yang diperlukan bagi semua organisme hidup untuk pernafasan, proses pencernaan, asimilasi makanan, menjaga keseimbangan osmotik serta untuk aktifitasnya. Kebutuhan oksigen tergantung pada spesies, ukuran, umur, stadia, serta kondisi lingkungannya, misal temperatur. Pertumbuhan dan kesehatan organisme akan terpengaruh jika kebutuhan oksigennya tidak mencukupi sehingga perlu dijaga agar kandungan oksigen dalam kolam/wadah budidaya selalu mencukupi bagi organisme yang dipelihara. Komunitas lain yang menggunakan oksigen adalah organisme benthos, ephypiton, dan micro serta macro organisme lain yang hidup di dalam air. Keberadaan organisme lain perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi kandungan oksigen atau merupakan kompetitor dalam konsumsi oksigen bagi organisme di perairan tersebut (Rejeki, 2001).
Karbondioksida (CO2) bebas merupakan CO2 yang terkandung dalam perairan, sehingga merupakan respirasi yang penting bagi kelangsungan sistem perairan dimana biota berklorofil sangat membutuhkannya untuk melakukan fotosintesis. Sumber CO2 berasal dari udara dan penguraian bahan organik dalam perairan. Konsentrasi CO2 dalam air akan sangat tinggi apabila konsentrasi oksigen terlarut rendah yang disebabkan oleh CO2 yang dibebaskan pada waktu respirasi digunakan dalam fotosintesis. Fotosintesa akan berlangsung secara perlahan-lahan bila O2 terlarut rendah yang menyebabkan konsentrasi CO2 meningkat. Konsentrasi CO2 akan meningkat pada waktu malam hari dan menurun kembali pada waktu siang hari yang dibebaskan melalui respirasi tidak diserap oleh fitoplankton untuk fotosintesa (Soedarsono dan Suminto, 1989).
          Karbondioksida merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis. Gas ini berasal dari pembongkaran bahan-bahan organik oleh jasad renik di dasar perairan sehingga CO2 memegang peranan sangat penting sebagai unsur makanan untuk tumbuh-tumbuhan hidup yang mampu berasimilasi. Jumlah CO2 tersedia cukup banyak bagi tumbuh-tumbuhan hijau tetapi jika jumlah tersebut melampaui batas akibatnya kehidupan hewan-hewan air akan mengalami saat kritis karena selain mempengaruhi pH, kadar CO2 yang terlampau tinggi dapat meracuni hewan air secara langsung. Perairan alami pada umumnya mengandung CO2 sebesar 2 mg/l. Konsentrasi yang tinggi (> 90 mg/l) CO2 dapat beracun karena keberadaannya dalam darah dapat menghambat pengikatan O2 oleh Hb. Daya toleransi tiap-tiap biota bermacam-macam tergantung jenis dan ukurannya, umumnya tidak lebih dari 15 ppm. Kandungan CO2 lebih dari 25 ppm sangat membahayakan bagi biota yang dibudidayakan (Tim Limnologi, 1995 ).
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau dikenal dengan acid neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas dari anion didalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas menggambarkan jumlah basa (alkaline) yang tekandung dalam air yang dapat ditentukan dengan titrasi asam kuat (H2SO4 atau HCl) sampai pH tertentu. Alkalinitas juga dapat disebut sebagai "Daya Menggabung Asam" yang artinya kemampuan air dalam menyerap asam (Prijadi dan Suminto, 1989).
Pada penentuan alkalinitas digunakan 2 jenis indikator yaitu : Phenolpthalein (pp) dan Methyl Orange (MO). Perubahan warna pada titik akhir titrasi dengan menggunakan indikator MO biasanya agak sulit diamati. Untuk itu MO bisa diganti dengan campuran Bromcresol Green dan Methyl Red ( BOG + MR ) atau campuran Xylene Cyanote dan Methyl Orange ( XC + MO ) yang memberikan perubahan warna yang lebih jelas pada akhir titrasi. Indikator pp berubah warna pada pH 8,3 untuk menentukan alkalinitas karbonat. Sedangkan indikator MO atau penggantinya berubah warna pH 4,5 untuk menentukan alkalinitas bikarbonat (alkalinitas total). Satuan alkalinitas dinyatakan dalam ppm CaCO3 atau CaCO3 mg /l (Tim Limnologi, 1995 ).
2.3. Parameter Kimia 2
Di perairan, nitrogen berupa nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen anorganik terdiri dari atas amoniak (NH3), amonium (NH4), nitrit (NO2), nitrat (NO3) dan molekul nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Nitrogen organik berupa protein, asam amino dan urea. Bentuk-bentuk nitrogen tersebut mengalami transformasi sebagai dari siklus nitrogen (Effendi, 2003).
Nitrat merupakan hasil dari reaksi biologi yaitu nitrogen organik. Limbah industri dan domestik akan mengandung nitrat dan akan menjadi polusi untuk permukaan air. Nitrat merupakan elemen esensial atau sebagai nutrien dalam proses eutrofikasi, pada perairan alami mineral nitrat hanya sedikit. Soda nitrat (NaNO3) merupakan komponen utama pada endapan. Penambahan nitrat pada perairan dapat berasal dari pupuk yang tercuci dari tanah pertanian. Residu dari limbah peternakan, juga mengandung nitrogen orgaik dan apabila teroksidasi juga akan menjadi nitrat. Bahan ini (nitrat) dapat digunakan sebagai elektron aseptor oleh beberapa mikrobia (Arfiati, 2001).
Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-pertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan (Utama, 2007).
Fungsi Nitrogen (N) adalah sebagai penyusun asam amino, amida, protein, asam nukleat, nukleotida, koenzim dan lainnya. Kebanyakan alga cenderung lebih menyukai N dalam bentuk amonium (NH4N) dan pada bentuk lainnya. Bentuk Nanorganik lain dapat digunakan oleh alga (fitoplankton) berupa nitrat (NO3-N) dan nitrit (NO2N)(Maizar, 2006).
Menurut Purwohadiyanto et al. (2006), di dalam perairan terutama kolam, phosfat kedapatan dalam jumlah yang kecil yaitu antara 0,05 – 0,02 ppm dan phosfat mempunyai mobilatas yang sangat kecil, ini terjadi jika dasar perairan berupa lumpur atau liat (karena akan terjerap/terikat/teradsorbsi)dan jika keadaan ini ditumpang oleh situasi asam atau basa maka pospat tidak tersedia bagi alga karena segera terikat oleh Ca pada siuasi basa menjadi Ca3(PO4)2 dan pada situasi asam akan menjadi Fe3(PO4)2 dan Al4(PO4). Sedangkan fungsi pospat bagai alga antara lain:
• pembelahan sel
• penyusun lemak dan protein
• merupakan bagian dari inti sel
Pospat merupakan bentuk pospor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Karakteristik pospor sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain yang merupakan penyusun biosfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer. Keberadaan pospor relatif sedikit dan mudah mengendap (Effendi, 2003). Fosfor berasal terutama dari sedimen yang selanjutnya akan terinfiltrasi ke dalam air tanah dan akhirnya masuk ke dalam sistem perairan terbuka (sungai dan danau). Selain itu dapat berasal dari atmosfer dan bersamaan dengan curah hujan masuk kesumber sistem perairan (Barus, 2003).
Menurut Arfiati (2001), tipe fosfor di perairan yaitu :
• fosfor terlarut (PO4) yaitu phopat dalam bentuk ionik (H2PO4-,HPO42- dan PO43-)
• total fosfor terlarut
• fosfor dalam bentuk partikel
2.4. Parameter Biologi
Pada dasarnya studi mengenai ekosistem perairan merupakan kajian tentang struktur dan fungsi biota dalam ekosistem perairan bersangkutan. Hal ini berarti keberadaan plankton tidak bisa dipisahkan dengan masalah kualitas perairannya sebagai tempat hidup mereka. Selain kualitas perairan laut, plankton juga dapat dipengaruhi oleh musim dan keadaan oseanografi setempat misalnya dapat dipengaruhi oleh pasang surut, gelombang dan arus (Wibisono, 2005).
Menurut Sigid (2010) plankton sebagai jasad renik yang hidupnya meelayang – layang di dalam air dapa dikelompokkan dua macam yaitu : fitoplankton yang merupakan tumbuhan dan zooplankton yang merupakan hewan. Fitoplankton sebagai produser primer mempunyai peran yang sangat penting bila dipandang dari penghasil bahan organik dari anorganik via klorofil dan bantuan sinar matahari. Berbeda dengan fitoplankton, zooplankton tidak dapat membentuk bahan organik  dari bahan anorganik tetapi mengkonsumsi fitoplankton untuk membentuk bahan organik.
Plankton adalah semua organime renik yang hidupnya melayang-layang di dalam air yang bergerak pasif atau daya geraknya sangat terbatas untuk menentang arus. (Sachlan, 1980)
Nybakken (1992) menyatakan bahwa plankton merupakan organisme yang kemampuan renangnya demikian lemah sehingga pergerakannya dipengaruhi gerakan air. Keberadaan zooplankton dijumpai hampir di seluruh habitat aquatic tetapi kelimpahan dan komposisinya bervariasi tergantung keadaan lingkungan dan terkait dengan perubahan musim. (Arinardi et al, 1994)
Menurut (Matthew) dalam (akmal, 1996) bahwa seringkali kepadatan zooplankton dan fitoplankton saling mempengaruhi, dimana pada saat jumlah fitoplankton berubah meningkat atau menurun, maka zooplankton berubah pula.
Kualitas suatu perairan sangat berpengaruh terhadap kemampuan produktifitas fitoplankton, penurunan kualitas perairan akan mnyebabkan penurunan kelimpahan fitoplankton yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kelayakan suatu perairan untuk kegiatan perikanan. (Emilawati, 2001).
Benthos adalah organisme (nabati/fitobenthos atau hewani/zoobenthos) yang tinggal di dalam dan atau di atas sedimen di dasar suatu perairan. (Penuntun praktikum ekoper 2006)
Menurut Hehanusa (2001) Bentos adalah organisme yang hidup di permukaan atau di dalam sedimen dasar di suatu badan air.
Montagna (1989) menyatakan bahwa dalam ekosistem perairan, makrozoobenthos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga plantonik sampai konsumen tingkat tinggi.
Komponen biotik dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fisika, kimia dan biologi dari suatu perairan. Salah satu biota yang digunakan sebagai parameter biologi dalam menentukan kondisi suatu perairan adalah hewan makrozoobenthos. (Odum, 1993)
(Darvelle and harrel) dalam (Bako, 1988) menjelaskan bahwa bentos dapat dipergunakan untuk menguji kestabilan suatu perairan, disebabkan bentos memiliki sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki organisme lainnya seperti siklus hidup yang panjang, pergerakannya terbatas, menempati beberapa posisi dalam rantai makanan, serta memiliki kemampuan beradaptasi yang ekstrim terhadap perubahan suatu lingkungan.

III.  METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum Limnologi ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 26 Oktober - 23 November 2011 pada pukul 10.00 s/d selesai di Laboratorium Limnologi jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

3.2. Bahan dan Alat
Adapun bahan (objek praktikum) pada praktikum selama praktikum limnologi ini adalah perairan waduk/sungai di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang memenuhi syarat-syarat untuk pemilihan lokasi pengukuran debit air, lugol, alkohol, label, dan botol sample/film, Na2S2O3, 5H2O, amilum, indicator pp, NaOH, H2SO4, metyl orange, MnSO4, brucine, ammonium molybdate, formalin dan SnCl2.
Alat yang digunakan selama praktikum adalah Rectangular Weir, penggaris panjang, tali sepanjang 3 meter sebanyak 2 buah, bola pimpong, kayu, stopwatch, buku penuntun praktikum,alat tulis,  kantong plastik, label, Petersen dredge, mikroskop stereo, pinset, sendok plastik, petri disk, saringan, planktonet, pipet tetes, mikroskop, botol BOD, suntik, labu erlemeyer, kertas saring whatman no.42, gelas piala dan tabung reaksi.
3.3. Metode Pengamatan
            Metode yang digunakan dalam praktikum Limnologi yang telah dilakukan selama ini adalah metode survey, yaitu dengan melakukan kegiatan peninjauan, pengamatan dan pengukuran serta pengambilan data dan informasi melalui pengamatan langsung dilapangan.

3.4. Prosedur praktikum
Adapun prosedur praktikum debit air yang dilakukan oleh praktikan adalah berdasarkan atas petunjuk asisten dosen, yakni :
1.      Pengukuran debit air dengan metode Weir
a.       Menentukan lebar Rectangular Weir yang digunakan.
b.      Membendung selokan dengan menggunakan Rectangular Weir.
c.       Mengukur tinggi perairan dari dasar perairan sampai garis bawah air.
d.      Mengukur ketinggian air setelah dipasang Rectangular Weir.
e.       Menghitung debit air dengan menggunakan rumus : Q      =  0,33 (L-0,2H)
2.      Pengukuran debit air dengan Emboys Float Method
a.       Menentukan panjang selokan yang akan diukur kecepatan arusnya.
b.      Mengukur waktu yang digunakan untuk menempuh jarak yang telah ditentukan dengan menggunakan pelampung.
c.       Menentukan konstanta perairan dengan melihat keadaan dasar perairan (0,8 untuk dasar perairan berbau dan berkerikil; 0,9 untuk dasar perairan berlumpur).
d.      Menghitung debit air dengan rumus : 
           R = WDAL/T
            Keterangan :     R   :  Debit air (m3/dtk)
                                    W  :  Rata-rata lebar (m)
                                    D   :  Rata-rata kedalaman (m)
                                    A   :  Konstanta perairan
                                     L    :  Jarak yang ditempuh pelampung (m)
                                     T    :  Waktu (detik)
            Prosedur pada praktikum limnologi yang berjudul parameter kimia 1 adalah pada penentuan DO, air diambil dengan menggunakan botol BOD, ditamabah 1 ml reagen O2 dan 1 ml MnSO4, kemudian dikocok, ditambahkan 1 ml H2SO4, kemudian dikocok lagi, diambil air sampel tersebut sebanyak 50 ml kedalam botol erlemeyer lalu titrasi dengan Na2S2O3 5H2O sampai warna kuning pucat, tambahkan 3 tetes amilum sampai menjadi biru, lalu titrasi kembali dengan Na2S2O3 5H2O sampai warna biru hilang, dan trakhir dihitung oksigen terlarut dengan rumus : DO (mg/l)    = ml titran x 8000 x 0,025 / Ml sampel. Pada penentuan CO2 bebas dilakukan dengan cara CO2 bebas dilakukan dengan cara mengambil sampel air dengan menggunakan botol oksigen, masukkan sampel 25 ml kedalam erlemeyer, tambahkan 3-4 tetes indicator pp, lalu titrasi kembali dengan Na2CO3 0,0454 N, lalu mengadakan perhitungan dengan rumus : CO (mg/l)    = ml titran x N titran x 44/2 x 1000 / Volume sampel. Sedangkan penentuan alkalinitas adalah masukkan air kedalam erlemeyer sebanyak 50 ml, tambah 3-4 tetes indicator pp, lalu tritrasi dengan H2SO4. Maka hitung alkalinitasnya sengan rumus 1000 x 50 x N x a / Ml sampel.
            Pada praktikum parameter kimia 2 dapat dilakukan dengan cara penentuan nitrat – nitrogen dilakukan dengan cara mengambil 5 ml air sampel, lalu tambahkan 0,1 ml brucine, dan trakhir tambahkan 1 ml H2SO4. Sedangkan pada penentuan osthofosfat adalah dengan memasukkan air sampel, campurkan dengan 0,2 ammonium molybdate dan SnCl2.
Prosedur yang dilakukan pada praktikum benthos adalah pada titik sampling yang telah ditentukan, sejumlah sampel benthos dari dasar perairan diambil dengan menggunakan Petersen dredge. Sampel yang bercampur dengan endapan dasar kemudian dimasukkan ke dalam saringan lalu dibersihkan dengan cara memutar saringan pada permukaan air di perairan. Setelah sebagian besar endapan lumpur terbuang, sampel pada saringan dipindahkan kedalam kantong plastik yang telah diberi label sesuai dengan titik sampling dimana sampel diambil. Semua sampel diawetkan dengan formalin dan dibawa ke laboratorium limnologi. Sedangkan Prosedur praktikum plankton dilakukan dengan cara menyaring 5 liter air di suatu perairan dengan planktonet sebanyak 10 kali sehingga total air yang disaring adalah 50 liter. Masukkan air yang telah dilakukan pemekatan denagn plankton net ke dalam botol film kemudian air sample tadi di beri lugol agar plankton awet dan tidak rusak. Biarkan air sampel mengendap untuk selanjutnya diidentifikasi plankton yang terdapat pada air sampel dan menghitung berapa jenis plankton yang diperoleh untuk selanjutnya data – data tersebut dihitung dan dianalisis dengan menggunakan rumus : N = n x A/B x C/D x 1/E
N = jumlah total plankton (sel/L)
n = jumlah rata – rata sel plankton pada setiap lapangan pandangan (sel)
A = luas gelas penutup (mm2)
B = luas satu lapangan pandang (mm2)
C = volume air yang tersaring (ml)
D = volume air 1 tetes dibawah gelas penutup (ml)
E = volume air yang disaring (L)


IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Debit Air
Ø  Hasil pengukuran debit air dengan metode Rectangular Weir
Dik      :     L    = 30 cm = 0,3 m
                  H   = 66,5 cm   = 0,665 m
Dit       :     Debit air...?
Jawab  :    
Q      =  0,33 (L-0,2H)
         =  0.33 (0,3-O,2(0,665)
               =  0,05511 m3/dtk
Ø  Hasil pengukuran debit air dengan Emboys Float Method
Dik      :     W = 102 cm = 1,02 m
                  D = 54,3 cm = 0,543 m
                  A = 0,8(berpasir)
                  L = 377,5  cm = 3775 m
                  T = 108 detik
Dit       :     Debit air...?
Jawab  :
R = WDAL/T
    = 1,02m x 0,543m x 0,8 x 3775m
                        108 detik
     = 0,0568 m3/detik      
4.1.2. Parameter Kimia 1
Oksigen Terlarut (DO), diketahui :  Ml titran : 3,5 ml, Ml sampel : 50 ml dan M titran : 0,025
            Rumus : DO (mg/l)    = ml titran x 8000 x 0,025
                                                            Ml sampel
                                                =3,5 ml x 8000 x 0,025
                                                              50 ml
                                                =14 mg/l
Karbondioksida (CO2)  bebas, diketahui :  Ml titran : 1,5 ml, N titran : 0.0454 N dan Volume sampel : 25 ml
Rumus : CO (mg/l)    = ml titran x N titran x 44/2 x 1000
                                                            Volume sampel
                                                =2,5 ml x 0,0454 x 44/2 x 1000
                                                              50 ml
                                                = 59,2958 mg/l
Alkalinitas, diketahui :  N : 0.022 n, a : 1,5 ml dan Ml samapel : 50 ml
Rumus : CO (mg/l)    = 1000 x 50 x N x a
                                                         Ml sampel
                                                =1000 x 50 x 0,022 x 1,5
                                                              50 ml
= 30 mg/l
4.1.3. Parameter Kimia 2
Pada hasil praktikum Nitrat – Nitrogen, dapat diketahui reaksi warnanya yaitu:
            5 ml air sampel + 0,1 ml brucine                                   warna kuning
            + 1 ml H2SO4                                                warna kuning pekat        
Sedangkan pada Orthofosfat, dapat dilihat reaksi warnanya adalah:
            5 ml air sampel + 0,2 ammonium molybdate                          warna putih
            + SnCl2                                               warna biru
4.1.4. Parameter Biologi
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum parameter biologi ini dapat diperoleh data sebagai berikut :
Table 1. Perhitungan Fitoplankton
Spesies
Lapangan
Pandang ke
1 -  2  - 3  - 4 - 5
Jumlah total sel dari seluruh
Lapangan pandang

Jumlah sel per-
lapangan pandang
Ileonema ciliata
1 – 3 – 2 – 5 - 4
15
3
Coscinodiscus
nodulifer
5 – 2 – 2 – 3 - 3
15
3
Dilep anser
- - 5 – 1 – 2 - 1
9
2
Pleurosigma angulatum
3 – 2 – 5 - - - 5
14
3
Total
9 – 12 – 13 – 10 - 17
53/4  = 13,5
2,75

plankton yang teridentifikasi :
Adapun data yang diperoleh adalah
n = 2,75 sel
A = 22 mm x 22 mm = 484 mm2
B = 37,4 mm2
C = 125 ml
D = 0,06 x 5 = 0,3 ml
E = 100 L
Perhitungan :
N = n x A/B x C/D x 1/E
    = 2,75 x 484/37,4 x 125/0,06 x 1/100
   = 2,75 x 12,94 x 2083,3 x 0,1
   = 7413,4231 sel/L
Dari pengamatan dilapangan maka diperoleh data mengenai jenis bentos dan tumbuhan air yang ditemukan selama praktikum sebagai berikut :
Table 2. Jenis-jenis zoobenthos yang ditemukan
No
Jenis benthos
Gambar
Keterangan
1.
Helacus bisculata



Berada di dasar perairan
2.
Pyramidella Sp



Berada di dasar perairan


Table 3. Jenis-jenis tumbuhan air yang ditemukan
No
Jenis benthos
Gambar
keterangan
1.
Sarracenia purpurea


Tumbuhan air yang mencuat
2.
Lysimachia thyrosiflora




Tumbuhan air yang mencuat
3.
Nymphacea Sp




Tumbuhan air yang mengapung
4
Salvinia Sp




Tumbuhan air yang tenggelam

5
Vaccinium oxycoccus




Tumbuhan air yang tenggelam


6
Chara Sp





Tumbuhan air yang tenggelam

7.
Galux maritima




Tumbuhan air yang
tenggelam




4.2. Pembahasan
4.2.1. Debit Air
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu (sungai, saluran, mata air) persatuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk). Ada beberapa cara mengukur debit air yaitu dengan Emboys Float Method dan metode Weir yang menggunakan papan bercelah.
Pemilihan lokasi debit air mempunyai beberapa syarat antara lain di bagian sungai yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen, aliran tidak melimpah melewati tebing sungai.
            Hasil dari pengukuran debit air secara metode emboys float adalah R = 0,0568 m3/detik. Sedangkan pada metode rectangular weir adalah Q = 0,05511 m3/dtk.
Person dan Hargrave (1977) mengatakan klasifikasi ukuran sedimen yang     umum dipakai adalah pasir (sand). Ukuran 2 - 0,05 mm, lumpur (slit) ukuran 0,005 - 0,002  mm, butiran yang lebih dari 2 mm digolongkan dalam kelompok kerikil.

4.2.2. Parameter Kimia 1
Pada pengukuran parameter kimia digunakan bahan larutan kimia. Pada pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan mengambil air sample dengan menggunakan botol BOD tanpa adanya gelembung udara didalam air sample kemudian ditambahkan 1 ml reagen O2 DAN 1 ml MnSO4, dikocok sampe endapan berwarna coklat, ditambahkan 1 ml H2SO4 kemudian dikocok lagi sampai endapan hialn, lalu dari sampel tersebut ambil 50 ml air sampel masukkan kedalam labu erlemeyer, titrasi langsung dengan Na2S2O3 5H2O sampai warana kuning pucat, ditambah 5 tetes amilum samape warna hilang lalu masukkan kedalam rumus yang menghasilkan pengukuran bernilai 14 mg/l. Pada pengukuran karbondioksida bebas dilakukan dengan mengambil sample air dengan botol BOD kedap gelembung udara, lalu air sample dimasukkan kedalam botol elemeyer sebanyak 100 ml, kemudian tambahkan 3-4 tetes indicator pp selanjutnya ditambahkan natrium karbonat sehingga air berunah warna merah jambu. Kemudian hitung banyaknya natrium karbonat yang habis sehingga mendapatkan hasil pengukuran 59,2958 mg/l. pada pengukuran alkalinitas dilakukan pengambilan 50 ml air sampel kedalam labu erlemeyer lalu tambah indicator pp kemudian titrasi dg H2SO4 kemudian dihitung alkalinitasnya yang menghasilkan 30 mg/l.
4.2.3. Parameter Kimia 2
Pada Nitrat – Nitrogen, campuran yang menunjukkan yang awalnya berwarna kuning lalu berubah menjadi warna kuning pekat, menandakan bahwa kandungan nitranya tinggi. Sedangkan pada Orthofosfat Hasil penambahan larutan menunjukkan hasil yang berwarna biru muda, artinya kandungan fosfatnya rendah.
4.2.4. Parameter Biologi
Benthos selalu terdapat dalam suatu group yang mempunyai sifat-sifat yang khas yang lebih dikenal sebagai komunitas yang berhubungan dengan kondisi lingkungan hidup yang spesifik. Komunitas ini biasanya didominasi oleh satu atau dua jenis hewan yang disertai oleh organisme yang bersifat sub dominant. Pada Helacus bisculata dan Pyramidella Sp menempati habitat yang terdapat pada dasar perairan.
Pada tumbuhan air yang ditemukan tersebut mempunyai sifat yang berbeda-beda yaitu tumbuhan air yang mencuat, tumbuhan air yang mengapung dan tumbuhan air yang tenggelam. Tumbuhan air yang ditemukan adalah Salvinia Sp, Vaccinium oxycoccus, Chara Sp dan Galux maritime. Sedangkan tumbuhan air yang mencuat adalah Sarracenia purpurea dan Lysimachia thyrosiflora. Bagian tumbuhan air yang mengapung adalah Nymphacea Sp.








           V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Debit Air
Dari hasil praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu (sungai, saluran, mata air) persatuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk). Pengukuran debit air menggunakan metode Emboys Float berbeda dengan menggunakan Metode Weir. Perbedaan ini disebabkan oleh luas penampang pada celah papan weir, sedangkan pada Emboys Float Method menggunakan lebar rata-rata dan kedalaman rata-rata.

5.1.2. Parameter Kimia 1
Waduk Faperika merupakan waduk yang mempunyai fluktuasi air yang kecil dan mempunyai keanekaragaman berbeda dalam pengukuran parameter kualitas air baik dari segi fisika maupun dilihat dari segi kimia setiap stasiun. Parameter fisika dan kimia yang ada disuatu perairan mempunyai hubungan secara langsung terhadap kondisi fisik perairan tersebut. Dengan mengetahui berbagai parameter kualitas air kita dapat menentukan produktivitas perairan dan tingkat kesuburan.
5.1.3. Parameter Kimia 2
Dari praktikum parameter kimia 2 adalah hasil kandungan nitrat yang tinggi apabila menghasilkan perubahan warna menjadi warna kuning pekat sedangkan kandungan nitrat yang rendah merupakan warna kuning muda. Sedangkan pada fosfat, apabila menghasilkan perubahan warna menjadi warna biru pekat bararti kandungan fosfatnya tinggi, tapi jika warna biru muda memiliki kandungan fosfat yang rendah.
5.1.4. Parameter Biologi
Dari praktikum parameter biologi dapat disimpulkan bahwa perairan yang menjadi objek praktikum tersebut adalah perairan eutrofik (kaya akan nutrien) dan juga perairan seperti ini baik dijadikan sebagai lokasi usaha budidaya perairan. Benthos adalah organisme yang hidup di bahagian dasar perairan dan menetap di sana. Berdasarkan ukurannya, benthos diklasifikasikan menjadi tiga, yakni Microfauna, Meiofauna, dan Macrofauna. Benthos selalu terdapat dalam suatu group yang mempunyai sifat-sifat yang khas yang lebih dikenal sebagai komunitas yang berhubungan dengan kondisi lingkungan hidup yang spesifik. Komunitas ini biasanya didominasi oleh satu atau dua jenis hewan yang disertai oleh organisme yang bersifat sub dominant.

5.2. Saran
Dalam praktikum hendaknya praktikan lebih memperhatikan arahan atau petunjuk dari asisten sehingga praktikum akan lebih lancar. Sebelum melakukan praktikum, segala sesuatu yang berhubungan dengan praktikum telah disiapkan. Baik alat-alat yang akan digunakan pada praktikum maupun bahan atau sampel yang akan dijadikan objek praktikum.



DAFTAR PUSTAKA

Adriman, 2006. Penuntun pratikum ekologi perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Akmal, E. 1996. Dinamika Populasi Zoocladocera Sehubungan Dengan  Beberapa Parameter Kualitas Air di Danau Baru Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. 78 hal (tidak diterbitkan).

Arfiati, D. 2001. Diktat Kuliah Limnologi. Kimia Air. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang
Arinardi, O. H., Trimaningsih dan Suirdjo. 1994. Pengantar Tentang Plankton Serta Kisaran Kelimpahan dan Plankton Predominan di Sekitar Pulau Jawa dan Bali. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. UPI-Jakarta. 108 hal.

Bako, R. R. M. 1988. Keadaan Makrozoobenthos di Situ Rawa Kalong Desa Curug Kecamatan Cimanggis Kabupaten Bogor. Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 49 hal (tidak diterbitkan).
Barus, T.A, 2004. Faktor-Faktor Lingkungan Abiotik Dan Keanekaragaman Plankton Sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba. Jurnal Manusia Dan Lingkungan, Vol. XI, No.2.

Bishop, J.E. 1973. Limnologi of Small Malaya River Gombak. Dr. W. Junk. V.B. Publisher the Hague. 205p.
Boyd, E. C. 1979. Water Quality in Warm Water Fish Ponds. Auburn Univercity  Agricultural Experiment Stasion. Alabama. 389 p.

Cahyono, N., 2001. Efek Pengudaraan terhadap Kualitas Air Waduk Tropika. Jurnal Lembaga PenelitianUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta. 3 (1): 1 – 7.
Dahril, T., 1998. Reformasi di Bidang Perikanan Menuju Perikanan Indonesia Yang Tangguh Abad ke-21, hal 25-34. Dalam Feliatra (editor) Strategi Pembangunan Perikanan dan Kelautan Nasional Dalam Meningkatkan Devisa Negara. Universitas Riau Press, Pekanbaru.
Davis, C.C. 1951. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State University Press, USA.
Dianthani, D. 2003. Identifikasi Jenis Plankton Di Perairan Muara Badak, Kalimantan Timur. Program Pasca Sarjana /S3. Institut Pertanian Bogor. 2003.
Dinas Perikanan Tingkat I Propinsi Riau. 1997. Buku Tahunan Statistik II. I. Press. Jakarta. 393 hal.

Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Amrico. Bandung.

Edmonson, W. T., 1958. Fresh Water Biology. 2 nd. John Wiley and Sons, inc New York.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta
Emilawati. 2001. Kualitas Perairan dan Struktur Komunitas Fitoplankton. Faperika UNRI (tidak diterbitkan).

Hadiwigeno, 1990. Petunjuk Praktis Pengelolaan Perairan Umum bagi Pembangunan Perikanan. Departemen Perikanan, Badan Penelitian dan Pembangunan Pertanian, Jakarta, 80 hal.
Harsoyo, Bangun. 1977. Pengelolaan Air Irigasi. Dinas Pertanian Jawa Timur.

Hehanussa, P dan Hariyani S. 2001. Kamus Limnologi Perairan Darat. IHPUNESCO.

iCLEAN, 2007. pH.http://www.mysaltz.net. Diakses tanggal 26 Mei 2009.
Jorgensen, S.E., 1980. Lake Management. Pergaman Press. Oxford. 167 hal.
Kartasapoetra, Ir. A.G. dan Sutedjo Mulyani. 1986. Teknologi Pengairan Perikanan. Penerbit Bina Aksara. Jakarta.
Kordi K., M.G.H. dan A.B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta.
Montagna., P. J. E. Bauer, D. Hardin and R. B., Spies.1989. Vertical Distribution of Microbial and Meiofaunal Populations in Sediments of Natural Coostal Hydrocarbon Seep. Journal of Marine Science.
Nybakken, J. W. 1992 . Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan oleh M. Eidman, Koesoebiono, D.G.Bengen, M. Hutomo dan S. Soekardjo. Gramedia. 459 hal.
Odum, E.P. 1971. Fundamental Ecology W. B. Saunders Company. Philadelphia.
Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Ahli Bahasa : Samingan, T.Gadjahmada University Press. Yogyakarta
Person, T. R. M. Takashi dan B.Hargrave. 1977. Biological Oceanografic. 2eds Pergamon Press. Hamburg.332 p.

Presiden Republik Indonesia. 2004. UU No. 7 tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air. Sekretaris Negara RI. Jakarta.
Purwakusuma, W. 2009. Kualitas Air. http://o-fish.com/Air/kualitas_air.php. Diakses tanggal 26 Mei 2009.
Purwohadiyanto, Prapti S., Sri A. 2006. Pemupukan dan Kesuburan Perairan Budidaya. Universitas Brawijaya Fakultas Perikanan Jurusan Budidaya. Malang.
Sachlan, M., 1980 Planktonologi. Diktat Pekuliahan Planktonologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 135 hal (tidak diterbitkan).
Sigid, Asmika Harnalin, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. 33 Hal (Tidak diterbitkan).
Sihotang, C.,  1989. Limnologi I. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 33 hal. (tidak diterbitkan).

Siska. M, 2002. Distribusi Ikan Kapiek (Barbodes schwanefeldi Blkr) di Waduk PLTA Koto Panjang Provinsi Riau dan Propinsi Sumatera Barat. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru, 48 hal. (tidak diterbitkan).
Sosrodarsono, Ir. Suyono, Cs. 1985. Hidrologi Untuk Pengairan. Penerbit Pradnya
Paramita. Jakarta.

Uktoselya, H., 1991, Beberapa Aspek Fisika Laut dan Peranannya Dalam Masalah Pencemaran , Puslitbag LIPI, Jakarta.

Utama, H, W. 2007. Keracunan Nitrit-Nitrat. http://klikharry.wordpress.com. Diakses tanggal 26 Mei 2009.
Wardoyo, S. T. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Trainning Analisa Dampak lingkungan PDLH-UNDP-PUSDI-PSL dan IPB Bogor 40 hal (tidak diterbitkan).
Welch, P. 1981. Limnology. Second Edition. McGraw. Hill Book  Company, New York. 382 pp.
Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarata : Grasindo
Wijanarko, P. 2005. Catatan Kuliah Manajemen Kualitas Air. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.
Zonneveld, N, E, A. Huisman dan J. H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

No comments:

Post a Comment

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laatar Belakang Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk pengg...