LAPORAN
PRAKTIKUM
ANALISIS FORMULASI PAKAN
OLEH
DIAN FITRIA M
LABORATORIUM NUTRISI IKAN
JURUSAN
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
RIAU
PEKANBARU
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat
Allah SWT, karena atas berkat dan kasihNya penulis dapat
menyelesaikan laporan praktikum
analisis formulasi pakan ini. Laporan ini dikerjakan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau.
Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Ir. Adelina, Ms yang
telah memberi materi yang berkaitan dengan praktikum, para asisten dosen yang
telah membimbing serta
rekan- rekan yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu hingga selesainya laporan praktikum ini
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan praktikum ini masih ada terdapat kekurangan, sehingga
penulis sangat mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan usulan penelitian ini.
Pekanbaru, Desember 2013
PENULIS
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
I.
PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1.
Latar Belakang................................................................................ 1
1.2.
Tujuan
dan Manfaat........................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 4
III. METODE PRAKTIKUM.................................................................. . 7
3.1.
Waktu dan Tempat........................................................................ . 7
3.2.
Bahan dan Alat.............................................................................. . 7
3.3.
Metode
Penelitian.......................................................................... . 7
3.4.
Prosedur
Praktikum.......................................................................... 7
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... . 11
4.1.
Hasil .............................................................................................. . 11
4.1.1. Pembuatan Pakan Berupa
Pelet.............................................. . 11
4.1.2. Analisis Kualitas Fisik
Pelet..................................................... 12
4.1.3. Analisis Kualitas
Kimiawi Pelet............................................... 12
4.1.4. Pengamatan Pertumbuhan
Ikan................................................ 14
4.2. Pembahasan........................................................................................ 16
V.
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... . 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1.
Alat dan Bahan yang digunakan selama praktikum................................. 22
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Keberhasilan dalam melakukan
kegiatan budidaya dipengaruhi oleh 3 faktor penting yaitu Breeding (bibit),
feeding (pakan), dan management. Namun selama ini faktor terpenting yang
menjadi kendala dan problematika dalam melakukan kegiatan budidaya yaitu
makanan atau pakan ikan.
Pakan merupakan salah satu
faktor pembatas dalam melakukan kegiatan budidaya karena mempunyai peranan yang
sangat penting baik ditinjau dari faktor penentu pertumbuhan maupun dilihat
dari segi biaya produksi. Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa dilihat dari
total biaya produksi dalam kegiatan budidaya, pakan (pakan buatan) memberikan
kontribusi kebutuhan biaya operasional mencapai 60% dari biaya produksi.
Tentunya dalam hal ini pakan merupakan kebutuhan termahal dari kegiatan
budidaya. Untuk itu diperlukan adanya manajemen aplikasi pakan yang baik yang
harus sesuai kondisi dengan media hidup serta jenis ikan dan tingkat kebutuhan
ikan yang dibudidayakan agar pakan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta kelangsungan hidup ikan tersebut.
Ikan merupakan organisme air
yang menggunakan protein sebagai sumber energi utama. Lain halnya dengan
manusia yang menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi utamanya. Sehingga
sebelum membuat suatu formulasi pakan, hal penting untuk diketahui adalah
kebutuhan nutrisi bagi organisme yang akan memanfaatkan bahan pakan tersebut.
Selain itu juga harus diketahui jenis bahan pakan apa saja yang digunakan serta
bagaimana kandungan gizi dalam bahan pakan tersebut, sehingga dapat ditentukan
berapa banyak bahan pakan yang diperlukan untuk membuat suatu formulasi pakan.
Dalam membuat formulasi pakan,
kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan perlu diketahui terlebih dahulu.
Banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan ikan tergantung dari spesies, ukuran
serta kondisi lingkungan ikan itu hidup. Nilai nutrisi (gizi) pakan pada
umumnya dilakukan melalui analisa proksimat. Beberapa kandungan gizi yang perlu
untuk diketahui dalam rangka menyusun ransum pakan yaitu protein, lemak,
karbohidrat yang terdiri dari BETN dan serat, serta abu.
1.2.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat selama
praktikum analisis formulasi pakan adalah:
·
Mahasiswa
mampu memformulasi pakan ikan dengan metoda bujur sangkar
·
Mahasiswa
mampu menyusun pakan ikan dengan menggunakan bahan-bahan yang ada dilingkungan
sekitarnya yang mempunyai harga relatif murah.
·
Mahasiswa
mampu mengenal beberapa peralatan yang digunakan dalam pembuatan pakan ikan
berupa pelet
·
Mahasiswa
mampu menyiapkan bahan-bahan baku pakan yang dibutuhkan dalam pembuatan pelet
·
Mahasiswa
mampu membuat pakan berupa pelet
·
Mahasiswa
mampu mengetahui kualitas pelet secara fisik dengan melihat faktor-faktor yang
mengurangi kualitas fisik pelet dan mengetahui cara mengatasinya.
·
Mahasiswa
mampu mengetahui kualitas pelet secara kimiawi dengan melihat kadar air,
analisa protein kasar, analisa kadar lemak,penetapan aby, serat kasar dan
karbohidrat
·
Mahasiswa
mampu menguji kualitas pakan yang dibuat sendiri dengan mengamati pertumbuhan benih
ikan
·
Mahasiswa
mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan benih ikan selama
waktu pemeliharaan
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan pembuatan pakan ikan
dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu bahan baku dan bahan tambahan
(bahan pelengkap). Bahan baku pembuatan pakan ikan meliputi dedak halus
(bekatul), tepung ikan, dan bungkil kedelai. Bahan tambahan pembuatan pakan
ikan meliputi tepung jagung, tepung kepala udang, minyak ikan, sumber vitamin,
dan mineral (Djarijah, 1998).
Tepung ikan dibuat dari ikan
rucah yang dikeringkan dan digiling halus. Kualitas tepung ikan sangat
tergantung pada kualitas dan jenis ikan sebagai bahan utamanya. Penyediaan
tepung ikan dapat dibuat sendiri atau membeli langsung dari pabrik atau
distributor atau kios pengecer. Namun kadang kala ketersediaan tepung ikan di
alam sangat langka.Tepung ikan merupakan sumber protein hewani (Mudjiman,
1987).
Salah satu bahan pakan sumber
protein nabati sebagai penyusun utuma pakan ikan adalah kacang-kacangan.
Kacang-kacangan yang utama adalah kacang kedelai. Kacang kedelai merupakan
sumber utama bahan pakan ikan yang mempunyai kandungan protein berkisar 40-45%.
Problem utama dari kacang kedelai adalah tingkat ketersediaannya yang masih
jarang. Problem kacang kedelai yang lain adalah adanya anti nutrisi dan anti
tripsin yang mengganggu metabolisme tripsin (Girindra, 1971).
Bahan perekat pakan ikan
biasanya merupakan bahan makanan yang mengandung karbohidrat atau yang banyak
patinya. Contoh bahan perekat tersebut adalah agar-agar, gelatin, tepung
terigu, tepung sagu, dll. Namun yang paling baik adalah tepung kanji dan
tapioka. Tepung tapioka banyak digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi
dan bahan pengikat bahan lain dalam industri makanan. Penggunaan bahan-bahan
perekat tersebut hanya 10% (Anonim, 2011).
Pembuatan pakan ikan tidak
mutlak harus disusun sesuai dengan ketentuan hasil perhitungan, tetapi
komponen-komponennya tidak boleh menyimpang. Misalnya, jumlah dedak halus dapat
dikurangi tetapi sebagai penggantinya ditambahkan tepung jagung. Setelah semua
bahan ditentukan, langkah berikutnya adalah menimbang bahan-bahan tersebut.
Bahan-bahan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam wadah dan diaduk sampai
rata kemudian tambahkan air secukupnya. Dikukus dalam panci alumunium sampai
matang, kemudian dicetak dan dijemur (Djajasewaka, 1985).
Analisis kualitas pelet dapat
di uji dengan uji fisika dan kimia. Pengujian fisik dilakukan dengan mengukur
tingkat kehalusan bahan pernyusunnya, kekerasan, dan daya tahan hasil cetakan
di dalam air. Kehalusan bahan pellet dapat dilihat dengan mata yaitu dengan
menggiling atau menghancurkan contoh pellet yang akan diuji. Pengamatan tingkat
kepadatan atau kekerasan dapat dilakukan dengan memberi beban pada contoh pellet
yang akan diuji. Dan pengujian daya tahan dilakukan dengan cara meremdam contoh
pellet yang akan diuji selama beberapa waktu di dalam air. Pellet ikan yang
baik mempunyai daya tahan di dalam air minimal 10 menit (Akbar, 2000).
Pengujian kimia dilakukan di
dalam laboratorium. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan
zat-zat gizi pakan ikan. Beberapa komponen zat-zat gizi yang perlu diketahui
adalah kandungan protein, lemak, karbohidrat, abu, serat kasar, dan kadar air.
Pellet yang baik memiliki kadar air maksimal 10%, kandungan abu dan seart kasar
maksimal 5%, kadar protein minimal 25%,
lemak antara 5-7%, dan karbohidrat antara 16-18% (Zuheid, 1990)
III.
METODE PRAKTIKUM
3.1.
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan dari
bulan oktober samapi november 2013 yang dilaksansakan di laboratorium
Nutrisi Ikan milik Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau.
3.2.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan
selama praktikum adalah timbangan analitik, akuarium, aerator, alat penggiling
daging, baskom kecil, stopwach, cawan porcelen, oven,desikator, labu penyaring,
erlemeyer, tepung ikan, tepung kedele, tepung terigu, dedak halus, ampas tahu,
tepung bekicot, vit mix, mineral mix, minyak ikan, pelet, HCL, H2SO4 dan alkohol.
3.3.
Metode Praktikum
Metode yang digunakan selama
praktikum analisis formulasi pakan adalah metode pengamatan secara lansung pada
objek yang bersangkutan yaitu berupa ikan-ikan uji serta proses pembuatan pakan
dengan adanya uji fisik dan kimia.
3.4.
Prosedur Praktikum
Proses pembuatan pelet :
·
Bahan-bahan
baku yang akan digunakan dihancurkan menjadi partikel-partikel kecil/tepung
·
Setiap
bahan ditimbang sesuai dengan hasil formulasi
·
Bahan-bahan
pakan dicampur mulai dari yang paling sedikit jumlahnya hingga yang terbanyak,
hingga homogen dengan menambahkan air hangat
·
Apabila
telah homogen, maka dicetak dengan menggunakan alat penggiling daging.
Keringkan dibawah matahari.
Analisis kualitas fisik
pelet :
·
Wadah
toples diisi dengan air. Kemudia dimasukkan pelet yang telah dibuat.
·
Hitung
berapa lama waktu yang dibutuhkan setiap potongan pelet tetap dalam leadaan
utuh, mulai pecah, mulai hancur, terapung dan tenggelam.
Menghuitng kadar air :
·
Cawan
kosong ( dioven selama lebih kurang 10 menit, suhu 1050C)
·
Cawan
didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Timbang cawan (berat A)
·
Dihitung
sampel (pelet) di dalam cawan dengan berat B
·
Cawan
plus sampel dikeringkan dalam oven (Selama 4 – 5 jam)
·
Cawan
plus sampel didinginkan selama 30 menit
·
Timbang
berat C
% AIR = B – C x 100%
B – A
Menghitung
kadar abu :
·
Cawan
kosong dipanaskan dalam tanur (4000C) selama 1 jam, kemudian
diutunkan temperatur sampel 1000C – 1500C, dinginkan
dalam desikator selama 30 menit. Cawan ditimbang dengan berat A
·
Sampel
(pelet) dengan cawan ditimbang dengan berat B
·
Cawan
dan sampel diabukan kedalam tanur (600C)
selama 5 jam. Turunkan temperaturnya samapi 1000C – 1500C,
dinginkan dalam desikator selama 30 menit. Ditimbang dengan berat C
%ABU = C – A x 100%
B – A
Penentuan
kadar lemak :
·
Pengeringan
abu lemak dalam oven (1500C) selama lebih kurang 10 jam
·
Labu
lemak didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang berat A
·
Ditimbang
sampel diatas kertas saring seberat lebih kurang 5 gr
·
Labu dipasang
pada alat ekstraksi dan sampel dimasukkan dalam timbar ekstraksi (soxhlet)
·
Dilakukan
ekstraksi selama 4 – 5 jam. Mengeluarkan residu sampel. Pemngambilan pelarut.
Pengeringan labu lemak dalam oven selama 45 menit. Dinginkan labu lemak dalam
desikator selama 30 menit. Ditimbang lemak dengan berat B
% LEMAK = B – A x
100%
gr sampel
Penentuan
serat kasar :
·
Sampel
ditimbang lebih kurang 1 gr kedalam erlemeyer ditambah 150 ml H2SO4
1,25%. Panaskan hingga mendidih, dan didinginkan selama 30 menit. Saring
kemudian ambil residunya.
·
Residu
dimasukkan kedalam erlemeyer semual ditambahkan 150 ml NaOH 1,25 %. Panaskan
hingga mendidih kemudian dinginkan selama 30 menit. Saring dengan kertas saring
yang telah ditimbang dengan berat A
·
Residu
dicuci dengan H2SO4 1,25 % panas sebanyak 3 x 25 ml
·
Residu
dicuci dengan alkohol 50 ml
·
Residu
dan kertas saring dimasukkan kedalam cawan porselen yang telah ditimbang dengan
berat A
·
Cawab
plus residu dan kertas dikeringkan dalam oven (1050C) selama 3 jam. Dinginkan
dalam desikator selama 30 menit timbang berat dengan B
·
cawan
dan residu kerats saring diabukan dalam turnance suhu 600C) sealama
4 jam. Dinginkan dalam desikator selama 30 menit. Maka dapat berat C
% SERAT KASAR = B – C – A x 100%
Gram
sampel
Pengamatan
pertumbuhan ikan :
·
Akuarium
diisi dengan air secukupnya dengan adanya perlengakapan aerasi. Kemudian ikan
dimasukkan kedalam akuarium tersebut.
·
Setiap
harinya ikan diberi pakan dengan 10% bobot tubuh ikan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1 Pembuatan Pakan Berupa Pelet
Pelet
yang dihasilkan adalah pelet yang terbuat dari beberapa macam bahan yang telah
diolah sehingga bisa dicampurkan mulai dari bahan yang jumlahnya sedikit hingga
yang terbanyak dengan menggunakan pengaduk sehingga menjadi homogen. Pembuatan
pelet ini adalah dalam skala laboratorium dimana proses pembuatannya sangat
sederhana dan peralatan yang digunakan juga sangat sederhana. Bahan-bahanya
adalah bekicot, kepala ikan, dedak, ampas tahu yang semua itu dibuat menjadi
tepung kemudian minyak, vitamin dan mineral. Komposisi proteinnya adalah 35 %
dimana telah dibuat secara metode komputerisasi.
Jenis Bahan
|
Jumlah Bahan %
|
Protein %
|
Lemak %
|
BETN
|
Tepung
Ikan
Tepung Bekicot
Ampas Tahu
Dedak
Tepung Terigu
Vit mix
Mineral misx
Minyak Ikan
|
38
25
21
5
5
2
2
2
|
40
54
24
13
12,27
0
0
0
|
7
6
26
16
2
0
0
100
|
0,5
15
4
50,5
86
0
0
0
|
4.1.2. Analisis Kualitas Fisik
Pelet
Analisis
kualitas fisik pelet dapat dilihat dengan berbagai cara seperti dengan mengukur
kandungan-kandungan nutriennya dan melihat pertumbuhan ikan yang diberi pakan
tersebut serta dapat diketahui dengan melihat tampilan fisik pelet dan
ketahanan menggumpalnya pelet tersebut di dalam air. Pada praktikum ini hasil
pengamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Ø Lama waktu yang
dibutuhkan setiap potong pelet tetap dalam keadaan utuh/menggumpal adalah 5,5
jam yaitu dari jam 15.00-20.30 WIB
Ø Lama waktu yang
dibutuhkan pelet ketika mulai pecah adalah 2 jam yaitu dari jam 20.30-22.12 WIB
Ø Lama waktu yang
dibutuhkan pelet ketika mulai hancur adalah 10 jam yaitu dari jam 22.19-10.00
WIB
Ø Sedangkan waktu
yang dibutuhkan pelet ketika mulai tenggelam adalah sangat cepat yaitu sekitar
2,6 detik. Hal ini disebabkan oleh pelet yang dibuat adalah pelet tenggelam.
Pengamatan dilakukan selama 24 jam.
4.1.3. Analisis Kualitas Kimiawi Pelet
a. Kadar Air
% Air = ? x 100 %
= ? x 100 %
= 12,32 %
b. Kadar Abu
% Abu = ? x 100 %
= ? x 100 %
= 27,96 %
c. Kadar Lemak
Diketahui A= 111,96% B= 26,230
% Lemak= ? x 100 %
= 26,230 – 111,962 x 100%
4,97 gr
= 85,73 x
100 %
4,97 gr
= 1,72 %
d. Kadar Protein
% Protein = ? x 100 %
= 3,35 x 0,1501 x 14,077 x 6,25
x 100%
0,5 x 1000
= 35,39 %
e. Serat Kasar
Diketahui A= 23,581 B= 24,889 dan C= 23,808
= B - C – A
x 100%
gr
Sampel
= 24,889 – 23,808 – 23,581
x 100%
0,963
= -22,5 x 100%
0,963
= 2,33 %
4.1.4. Pengamatan Pertumbuhan Ikan
Ikan yang digunakan saat praktikum adalah ikan
baung. Dengan hitungan berat tubuh ikan dan pakan sebagai berikut:
·
Minggu ke pertama
Ø
Berat ikan = 30 gr
Ø
Berat rata-rata ikan = 30 gr/ 20 ekor = 1,62 gram
Ø
Konversi pakan (10%) = 10/100 x 32,5 gram = 3,25
gram
Ø
Jumlah pakan sekali pemberian = 3,25 gram/ 3
kali = 1,08 gram
Ø Jumlah
pakan satu minggu = 3,25 gr x 7hari (3 kali)=
22,75 gram
·
Minggu ke tiga
Ø
Berat ikan = 32,7 gr
Ø
Berat rata-rata ikan = 32,7 gr/ 20 ekor = 1,63 gram
Ø
Konversi pakan (10%) = 10/100 x 32,7 gram = 3,27
gram
Ø
Jumlah pakan sekali pemberian = 3,27 gram/ 3
kali = 1,09 gram
Ø
Jumlah pakan satu minggu = 3,27 gr x 7hari (3
kali)= 22,89 gram
·
Minggu ke empat
Berat ikan = 33,4 gr
Berat rata-rata ikan = 33,4 gr/ 20 ekor = 1,67 gram
Konversi pakan (10%) = 10/100 x 33,4 gram
= 3,34 gram
Jumlah pakan sekali pemberian = 3,34 gram/
3 kali = 1,11 gram
Jumlah pakan satu
minggu = 1,83 gr x 7hari (3 kali)= 23,38
gram
·
Minggu ke lima
Berat ikan = 36
gr
Berat rata-rata
ikan = 36 gr/ 20 ekor = 1,8 gram
Konversi pakan
(10%) = 10/100 x 36 gram = 3,60 gram
Jumlah pakan
sekali pemberian = 3,60 gram/ 3 kali = 1,2 gram
Jumlah pakan satu minggu = 3,6 gr x 7hari (3 kali)= 25,20 gram
LPS = LnWt – LnWo x 100%
T
= Ln
36 gram – Ln 30 gram x 100%
28 hari
=
5,23 – 4,97 x 100 %
28 hari
=
0,65 %
EP = (Wt + D) – Wo x 100%
F
= 36
gram + 0 gram – 30 gram x 100%
94,22 gram
= 0,063 x 100%
= 6,33 %
SR = Nt
x 100%
No
=
20/20 x 100 %
=
100 %
4.2. Pembahasan
Pemberian pakan pada
ikan memiliki tujuan yaitu menyediakan kebutuhan gizi untuk kesehatan yang
baik, pertumbuhan dan hasil panenan yang optimum, produksi limbah yang minimum
dengan biaya yang masuk akal demi keuntungan yang maksimum. Konversi yang
efisien dalam memberi makan ikan sangat penting bagi pembudidaya ikan sebab
pakan merupakan komponen yang cukup besar dari total biaya produksi.
Pada umumnya ikan
membutuhkan protein sekitar 20 – 60%, dan optimum 30 – 36%. Protein nabati
biasanya miskin metionin, dan itu dapat disuplau oleh tepung ikan yang kaya
metionin. Kebutuhan ikan akan lemak bervariasi antara 4 – 18%. Ikan karnivora
biasanya membutuhkan karbohidrat sekitar 12%, sedangkan untuk omnivora kadar
karbohidratnya dapat mencapai 50%.
Menurut Supardjo
(2008) bahan baku pakan adalah bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat
pakan buatan yang sudah disesuaikan dengan jenis ikan yang akan mengkonsumsi
pakan buatan tersebut. Dalam hal ini bahan baku pakan yang digunakan yaitu
tepung ikan teri, tepung kedelai, tepung jagung dan tepung tapioka. Dimana
menurut Ekasari (2009), bahan-bahan tersebut tergolong dalam bahan baku hewani
dan bahan baku nabati. Bahan-bahan tersebut memiliki kandungan nutrisi yang
cukup bagus untuk dijadikan pakan. Hal ini sesuai dengan yang telah diuraikan
oleh Anonim (2010), bahwa kandungan nutrisi ikan teri yakni 63,76% protein,
4,1% karbohidrat, 3,7% lemak; tepung kedelai mengandung 39,6% protein, 29,50%
karbohidrat, 14,30% lemak; tepung jagung mengandung protein hanya 7,63%,
karbohidrat 74,23%, lemak 4,43%. Selain itu juga ditambahkan pula tepung
tapioka sebagai bahan perekat dengan kandungan nutrisi yaitu protein : 8,9%;
lemak ; 1,3%; karbohidrat : 77,3%; abu ; 0,06%; air : 13,25% (Anonim, 2010).
Adanya perbedaan daya tahan
pakan dalam air pada masing-masing kelompok ini disebabkan karena kekompokan
pada partikel pakan yang berbeda. Dimana semakin kompak tekstur suatu pakan
maka semakin tahan ia berada dalam air. Kekompakan tekstur pakan yang berbeda
ini disebabkan karena adanya penambahan bahan perekat berupa tepung tapioka
pada beberapa kelompok yakni pada kelompok 2, 4 dan 8. Dimana tepung tapioka
ini dapat melengketkan bahan baku karena kandungan karbohidratnya yang tinggi
yakni 77,3% (Anonim, 2010). Menurut Vannesa
(2008), pakan yang baik secara fisik yaitu yang mempunyai daya larut 2-3 jam.
Pakan yang hancur di bawah 2-3 jam kurang baik untuk diberikan ke ikan karena
pakan tersebut cepat hancur dan kesempatan ikan untuk memakannya relatif sedikit
sedangkan pakan yang hancur lebih dari 2-3 jam kurang baik juga untuk ikan
karena pakan tersebut akan lama dicerna oleh ikan karena teksturnya yang sulit
terurai (keras).
Kecernaan adalah suatu parameter yang menunjukkan berapa
dari makanan yang dikonsumsi dapat diserap oleh tubuh, karena dalam suatu
proses pencernaan selalu ada bagian makanan yang tidak dapat dicerna dan
dikeluarkan dalam bentuk feses. Ikan mempunyai kemampuan mencerna yang berbeda
dengan hewan darat (Darsudi, 2008).
Menurut Suparjo (2008), kecernaan pakan dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu: keberadaan enzim dalam saluran pencernaan ikan, tingkat
aktivitas enzim-enzim pencernaan dan lamanya pakan yang dimakan bereaksi dengan
enzim pencernaan. Masing-masing faktor tersebut akan dipengaruhi oleh faktor
sekunder, yang berhubungan dengan spesies ikan, umur, dan ukuran ikan,kondisi
lingkungan dan komposisi, ukuran serta pakan yang dikonsumsi.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kadar protein yang
digunakandalam pembuatan pelet untuk ikan baung adalah 35 %. Kadar air dalam
pakan buatan 12,32 %kadar abu 27,96 %,
kadar lemak 1,72 %, kadar
protein 35,39 % dan serat kasar 2,33 %. Pertumbuhan ikan baung yang didpat
selama proses pemeliharaan, mendapatkan LPS 0,65 %, EP 6,33 % dan SR 100 %.
Lama waktu yang dibutuhkan setiap
potong pelet tetap dalam keadaan utuh/menggumpal adalah 5,5 jam, Lama waktu
yang dibutuhkan pelet ketika mulai pecah adalah 2 jam, Lama waktu yang
dibutuhkan pelet ketika mulai hancur adalah 10 jam dan sedangkan waktu yang
dibutuhkan pelet ketika mulai tenggelam adalah sangat cepat yaitu sekitar 2,6
detik. Hal ini disebabkan oleh pelet yang dibuat adalah pelet tenggelam.
Pengamatan dilakukan selama 24 jam.
5.2. Saran
Agar
praktikum dapat berjalan dengan lancar, maka diharapkan kepada para praktikan
untuk tertib selama menjalankan praktikum. Butuh ketegasan para asisten dosen
dalam membimbing para praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
carii sendirii yooo...!!!
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat dan Bahan
yang digunakan selama praktikum
carii sendirii yooooo...!!!!!