Saturday, 14 June 2014

LAPORAN PRAKTIKUM AFP

LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS FORMULASI PAKAN

OLEH
DIAN FITRIA M



LABORATORIUM NUTRISI IKAN
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013


KATA PENGANTAR


Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum analisis formulasi pakan ini. Laporan ini dikerjakan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
            Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Ir. Adelina, Ms yang telah memberi materi yang berkaitan dengan praktikum, para asisten dosen yang telah membimbing serta rekan- rekan yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu hingga selesainya laporan praktikum ini
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan praktikum ini masih ada terdapat kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan usulan penelitian ini.


Pekanbaru, Desember 2013


PENULIS

DAFTAR ISI

Isi                                                                                                                      Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................                 i
DAFTAR ISI................................................................................................                ii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................                v
 I.      PENDAHULUAN..................................................................................                1
1.1.      Latar Belakang................................................................................                1      
1.2.      Tujuan dan Manfaat........................................................................                2
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................                4      
III. METODE PRAKTIKUM.................................................................. .                7
3.1.     Waktu dan Tempat........................................................................ .                7      
3.2.     Bahan dan Alat.............................................................................. .                7
3.3.     Metode Penelitian.......................................................................... .                7
3.4.     Prosedur Praktikum..........................................................................                7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... .              11
4.1.       Hasil .............................................................................................. .              11      
4.1.1. Pembuatan Pakan Berupa Pelet.............................................. .              11
4.1.2. Analisis Kualitas Fisik Pelet.....................................................              12
4.1.3. Analisis Kualitas Kimiawi Pelet...............................................              12
4.1.4. Pengamatan Pertumbuhan Ikan................................................              14
     4.2. Pembahasan........................................................................................              16

V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... .              19

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN






DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran                                                                                                        Halaman

1.      Alat dan Bahan yang digunakan selama praktikum.................................              22


I.                   PENDAHULUAN

1.1.             Latar Belakang
Keberhasilan dalam melakukan kegiatan budidaya dipengaruhi oleh 3 faktor penting yaitu Breeding (bibit), feeding (pakan), dan management. Namun selama ini faktor terpenting yang menjadi kendala dan problematika dalam melakukan kegiatan budidaya yaitu makanan atau pakan ikan.
Pakan merupakan salah satu faktor pembatas dalam melakukan kegiatan budidaya karena mempunyai peranan yang sangat penting baik ditinjau dari faktor penentu pertumbuhan maupun dilihat dari segi biaya produksi. Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa dilihat dari total biaya produksi dalam kegiatan budidaya, pakan (pakan buatan) memberikan kontribusi kebutuhan biaya operasional mencapai 60% dari biaya produksi. Tentunya dalam hal ini pakan merupakan kebutuhan termahal dari kegiatan budidaya. Untuk itu diperlukan adanya manajemen aplikasi pakan yang baik yang harus sesuai kondisi dengan media hidup serta jenis ikan dan tingkat kebutuhan ikan yang dibudidayakan agar pakan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan serta kelangsungan hidup ikan tersebut.
Ikan merupakan organisme air yang menggunakan protein sebagai sumber energi utama. Lain halnya dengan manusia yang menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi utamanya. Sehingga sebelum membuat suatu formulasi pakan, hal penting untuk diketahui adalah kebutuhan nutrisi bagi organisme yang akan memanfaatkan bahan pakan tersebut. Selain itu juga harus diketahui jenis bahan pakan apa saja yang digunakan serta bagaimana kandungan gizi dalam bahan pakan tersebut, sehingga dapat ditentukan berapa banyak bahan pakan yang diperlukan untuk membuat suatu formulasi pakan.
Dalam membuat formulasi pakan, kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan perlu diketahui terlebih dahulu. Banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan ikan tergantung dari spesies, ukuran serta kondisi lingkungan ikan itu hidup. Nilai nutrisi (gizi) pakan pada umumnya dilakukan melalui analisa proksimat. Beberapa kandungan gizi yang perlu untuk diketahui dalam rangka menyusun ransum pakan yaitu protein, lemak, karbohidrat yang terdiri dari BETN dan serat, serta abu.

1.2.            Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat selama praktikum analisis formulasi pakan adalah:
·         Mahasiswa mampu memformulasi pakan ikan dengan metoda bujur sangkar
·         Mahasiswa mampu menyusun pakan ikan dengan menggunakan bahan-bahan yang ada dilingkungan sekitarnya yang mempunyai harga relatif murah.
·         Mahasiswa mampu mengenal beberapa peralatan yang digunakan dalam pembuatan pakan ikan berupa pelet
·         Mahasiswa mampu menyiapkan bahan-bahan baku pakan yang dibutuhkan dalam pembuatan pelet
·         Mahasiswa mampu membuat pakan berupa pelet
·         Mahasiswa mampu mengetahui kualitas pelet secara fisik dengan melihat faktor-faktor yang mengurangi kualitas fisik pelet dan mengetahui cara mengatasinya.
·         Mahasiswa mampu mengetahui kualitas pelet secara kimiawi dengan melihat kadar air, analisa protein kasar, analisa kadar lemak,penetapan aby, serat kasar dan karbohidrat
·         Mahasiswa mampu menguji kualitas pakan yang dibuat sendiri dengan mengamati pertumbuhan benih ikan
·         Mahasiswa mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan benih ikan selama waktu pemeliharaan

















II.                TINJAUAN PUSTAKA

Bahan pembuatan pakan ikan dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu bahan baku dan bahan tambahan (bahan pelengkap). Bahan baku pembuatan pakan ikan meliputi dedak halus (bekatul), tepung ikan, dan bungkil kedelai. Bahan tambahan pembuatan pakan ikan meliputi tepung jagung, tepung kepala udang, minyak ikan, sumber vitamin, dan mineral (Djarijah, 1998).
Tepung ikan dibuat dari ikan rucah yang dikeringkan dan digiling halus. Kualitas tepung ikan sangat tergantung pada kualitas dan jenis ikan sebagai bahan utamanya. Penyediaan tepung ikan dapat dibuat sendiri atau membeli langsung dari pabrik atau distributor atau kios pengecer. Namun kadang kala ketersediaan tepung ikan di alam sangat langka.Tepung ikan merupakan sumber protein hewani (Mudjiman, 1987).
Salah satu bahan pakan sumber protein nabati sebagai penyusun utuma pakan ikan adalah kacang-kacangan. Kacang-kacangan yang utama adalah kacang kedelai. Kacang kedelai merupakan sumber utama bahan pakan ikan yang mempunyai kandungan protein berkisar 40-45%. Problem utama dari kacang kedelai adalah tingkat ketersediaannya yang masih jarang. Problem kacang kedelai yang lain adalah adanya anti nutrisi dan anti tripsin yang mengganggu metabolisme tripsin (Girindra, 1971).
Bahan perekat pakan ikan biasanya merupakan bahan makanan yang mengandung karbohidrat atau yang banyak patinya. Contoh bahan perekat tersebut adalah agar-agar, gelatin, tepung terigu, tepung sagu, dll. Namun yang paling baik adalah tepung kanji dan tapioka. Tepung tapioka banyak digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi dan bahan pengikat bahan lain dalam industri makanan. Penggunaan bahan-bahan perekat tersebut hanya 10% (Anonim, 2011).
Pembuatan pakan ikan tidak mutlak harus disusun sesuai dengan ketentuan hasil perhitungan, tetapi komponen-komponennya tidak boleh menyimpang. Misalnya, jumlah dedak halus dapat dikurangi tetapi sebagai penggantinya ditambahkan tepung jagung. Setelah semua bahan ditentukan, langkah berikutnya adalah menimbang bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam wadah dan diaduk sampai rata kemudian tambahkan air secukupnya. Dikukus dalam panci alumunium sampai matang, kemudian dicetak dan dijemur (Djajasewaka, 1985).
Analisis kualitas pelet dapat di uji dengan uji fisika dan kimia. Pengujian fisik dilakukan dengan mengukur tingkat kehalusan bahan pernyusunnya, kekerasan, dan daya tahan hasil cetakan di dalam air. Kehalusan bahan pellet dapat dilihat dengan mata yaitu dengan menggiling atau menghancurkan contoh pellet yang akan diuji. Pengamatan tingkat kepadatan atau kekerasan dapat dilakukan dengan memberi beban pada contoh pellet yang akan diuji. Dan pengujian daya tahan dilakukan dengan cara meremdam contoh pellet yang akan diuji selama beberapa waktu di dalam air. Pellet ikan yang baik mempunyai daya tahan di dalam air minimal 10 menit (Akbar, 2000).
Pengujian kimia dilakukan di dalam laboratorium. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan zat-zat gizi pakan ikan. Beberapa komponen zat-zat gizi yang perlu diketahui adalah kandungan protein, lemak, karbohidrat, abu, serat kasar, dan kadar air. Pellet yang baik memiliki kadar air maksimal 10%, kandungan abu dan seart kasar maksimal 5%, kadar protein minimal 25%,  lemak antara 5-7%, dan karbohidrat antara 16-18% (Zuheid, 1990)






















III.             METODE PRAKTIKUM

3.1.            Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan dari bulan oktober samapi november 2013 yang dilaksansakan di laboratorium Nutrisi Ikan milik Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2.            Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum adalah timbangan analitik, akuarium, aerator, alat penggiling daging, baskom kecil, stopwach, cawan porcelen, oven,desikator, labu penyaring, erlemeyer, tepung ikan, tepung kedele, tepung terigu, dedak halus, ampas tahu, tepung bekicot, vit mix, mineral mix, minyak ikan, pelet, HCL,  H2SO4 dan alkohol.

3.3.            Metode Praktikum
Metode yang digunakan selama praktikum analisis formulasi pakan adalah metode pengamatan secara lansung pada objek yang bersangkutan yaitu berupa ikan-ikan uji serta proses pembuatan pakan dengan adanya uji fisik dan kimia.

3.4.            Prosedur Praktikum
Proses pembuatan pelet :
·         Bahan-bahan baku yang akan digunakan dihancurkan menjadi partikel-partikel kecil/tepung
·         Setiap bahan ditimbang sesuai dengan hasil formulasi
·         Bahan-bahan pakan dicampur mulai dari yang paling sedikit jumlahnya hingga yang terbanyak, hingga homogen dengan menambahkan air hangat
·         Apabila telah homogen, maka dicetak dengan menggunakan alat penggiling daging. Keringkan dibawah matahari.
Analisis kualitas fisik pelet :
·         Wadah toples diisi dengan air. Kemudia dimasukkan pelet yang telah dibuat.
·         Hitung berapa lama waktu yang dibutuhkan setiap potongan pelet tetap dalam leadaan utuh, mulai pecah, mulai hancur, terapung dan tenggelam.
Menghuitng kadar air :
·         Cawan kosong ( dioven selama lebih kurang 10 menit, suhu 1050C)
·         Cawan didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Timbang cawan (berat A)
·         Dihitung sampel (pelet) di dalam cawan dengan berat B
·         Cawan plus sampel dikeringkan dalam oven (Selama 4 – 5 jam)
·         Cawan plus sampel didinginkan selama 30 menit
·         Timbang berat C
% AIR  = B – C          x 100%
                 B – A
            Menghitung kadar abu :
·         Cawan kosong dipanaskan dalam tanur (4000C) selama 1 jam, kemudian diutunkan temperatur sampel 1000C – 1500C, dinginkan dalam desikator selama 30 menit. Cawan ditimbang dengan berat A
·         Sampel (pelet) dengan cawan ditimbang dengan berat B
·         Cawan dan sampel diabukan kedalam tanur  (600C) selama 5 jam. Turunkan temperaturnya samapi 1000C – 1500C, dinginkan dalam desikator selama 30 menit. Ditimbang dengan berat C
%ABU = C – A          x 100%
                B – A
            Penentuan kadar lemak :
·         Pengeringan abu lemak dalam oven (1500C) selama lebih kurang 10 jam
·         Labu lemak didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang berat A
·         Ditimbang sampel diatas kertas saring seberat lebih kurang 5 gr
·         Labu dipasang pada alat ekstraksi dan sampel dimasukkan dalam timbar ekstraksi (soxhlet)
·         Dilakukan ekstraksi selama 4 – 5 jam. Mengeluarkan residu sampel. Pemngambilan pelarut. Pengeringan labu lemak dalam oven selama 45 menit. Dinginkan labu lemak dalam desikator selama 30 menit. Ditimbang lemak dengan berat B
% LEMAK = B – A         x 100%
                      gr sampel
            Penentuan serat kasar :
·         Sampel ditimbang lebih kurang 1 gr kedalam erlemeyer ditambah 150 ml H2SO4 1,25%. Panaskan hingga mendidih, dan didinginkan selama 30 menit. Saring kemudian ambil residunya.
·         Residu dimasukkan kedalam erlemeyer semual ditambahkan 150 ml NaOH 1,25 %. Panaskan hingga mendidih kemudian dinginkan selama 30 menit. Saring dengan kertas saring yang telah ditimbang dengan berat A
·         Residu dicuci dengan H2SO4 1,25 % panas sebanyak 3 x 25 ml
·         Residu dicuci dengan alkohol 50 ml
·         Residu dan kertas saring dimasukkan kedalam cawan porselen yang telah ditimbang dengan berat A
·         Cawab plus residu dan kertas dikeringkan dalam oven (1050C) selama 3 jam. Dinginkan dalam desikator selama 30 menit timbang berat dengan B
·         cawan dan residu kerats saring diabukan dalam turnance suhu 600C) sealama 4 jam. Dinginkan dalam desikator selama 30 menit. Maka dapat berat C
% SERAT KASAR = B – C – A       x 100%
                                    Gram sampel
            Pengamatan pertumbuhan ikan :
·         Akuarium diisi dengan air secukupnya dengan adanya perlengakapan aerasi. Kemudian ikan dimasukkan kedalam akuarium tersebut.
·         Setiap harinya ikan diberi pakan dengan 10% bobot tubuh ikan.










IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
                                                    
4.1.      Hasil
4.1.1    Pembuatan Pakan Berupa Pelet
Pelet yang dihasilkan adalah pelet yang terbuat dari beberapa macam bahan yang telah diolah sehingga bisa dicampurkan mulai dari bahan yang jumlahnya sedikit hingga yang terbanyak dengan menggunakan pengaduk sehingga menjadi homogen. Pembuatan pelet ini adalah dalam skala laboratorium dimana proses pembuatannya sangat sederhana dan peralatan yang digunakan juga sangat sederhana. Bahan-bahanya adalah bekicot, kepala ikan, dedak, ampas tahu yang semua itu dibuat menjadi tepung kemudian minyak, vitamin dan mineral. Komposisi proteinnya adalah 35 % dimana telah dibuat secara metode komputerisasi.

   Jenis Bahan

Jumlah Bahan  % 

Protein %

Lemak %

   BETN
Tepung Ikan  
Tepung Bekicot
Ampas Tahu 
Dedak
Tepung Terigu
Vit mix
Mineral misx
Minyak Ikan
38
25
21
5
5
2
2
2
40
54
24
13
12,27
0
0
0
7
6
26
16
2
0
0
100
0,5
15
4
50,5
86
0
0
0


4.1.2. Analisis Kualitas Fisik Pelet
Analisis kualitas fisik pelet dapat dilihat dengan berbagai cara seperti dengan mengukur kandungan-kandungan nutriennya dan melihat pertumbuhan ikan yang diberi pakan tersebut serta dapat diketahui dengan melihat tampilan fisik pelet dan ketahanan menggumpalnya pelet tersebut di dalam air. Pada praktikum ini hasil pengamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Ø  Lama waktu yang dibutuhkan setiap potong pelet tetap dalam keadaan utuh/menggumpal adalah 5,5 jam yaitu dari jam 15.00-20.30 WIB
Ø  Lama waktu yang dibutuhkan pelet ketika mulai pecah adalah 2 jam yaitu dari jam 20.30-22.12 WIB
Ø  Lama waktu yang dibutuhkan pelet ketika mulai hancur adalah 10 jam yaitu dari jam 22.19-10.00 WIB
Ø  Sedangkan waktu yang dibutuhkan pelet ketika mulai tenggelam adalah sangat cepat yaitu sekitar 2,6 detik. Hal ini disebabkan oleh pelet yang dibuat adalah pelet tenggelam. Pengamatan dilakukan selama 24 jam.

4.1.3. Analisis Kualitas Kimiawi Pelet
a. Kadar Air

% Air = ? x 100 %

           = ? x 100 %

           = 12,32 %

b. Kadar Abu

% Abu = ? x 100 %

           = ? x 100 %

           = 27,96  %
c. Kadar Lemak
    Diketahui A= 111,96% B= 26,230
    % Lemak= ? x 100 %
                   = 26,230 – 111,962   x 100%
                             4,97 gr
                   =    85,73    x 100 % 
                         4,97 gr
                   =   1,72 %

d. Kadar Protein
% Protein = ?  x 100 %
= 3,35 x 0,1501 x 14,077 x 6,25       x 100%
                     0,5 x 1000
= 35,39 %     

e. Serat Kasar

Diketahui  A= 23,581 B= 24,889 dan C= 23,808
=     B - C – A   x 100%
          gr Sampel

=     24,889 – 23,808 – 23,581 x 100%
                     0,963
=    -22,5   x 100%
                   0,963
            =   2,33 %
4.1.4. Pengamatan Pertumbuhan Ikan
 Ikan yang digunakan saat praktikum adalah ikan baung. Dengan hitungan berat tubuh ikan dan pakan sebagai berikut:
·         Minggu ke pertama
Ø  Berat ikan = 30 gr
Ø  Berat rata-rata ikan =  30 gr/ 20 ekor = 1,62 gram
Ø  Konversi pakan (10%) = 10/100 x 32,5 gram = 3,25 gram
Ø  Jumlah pakan sekali pemberian = 3,25 gram/ 3 kali = 1,08 gram
Ø  Jumlah pakan satu minggu = 3,25 gr x 7hari (3 kali)=  22,75  gram
·         Minggu ke tiga
Ø  Berat ikan = 32,7 gr
Ø  Berat rata-rata ikan =  32,7 gr/ 20 ekor = 1,63 gram
Ø  Konversi pakan (10%) = 10/100 x 32,7 gram = 3,27 gram
Ø  Jumlah pakan sekali pemberian = 3,27 gram/ 3 kali = 1,09 gram
Ø  Jumlah pakan satu minggu = 3,27 gr x 7hari (3 kali)=  22,89  gram
·         Minggu ke empat

Berat ikan = 33,4 gr
Berat rata-rata ikan =  33,4 gr/ 20 ekor = 1,67 gram
Konversi pakan (10%) = 10/100 x 33,4 gram = 3,34 gram
Jumlah pakan sekali pemberian = 3,34 gram/ 3 kali = 1,11 gram
Jumlah pakan satu minggu = 1,83 gr x 7hari (3 kali)=  23,38 gram
·         Minggu ke lima
Berat ikan = 36 gr
Berat rata-rata ikan =  36 gr/ 20 ekor = 1,8 gram
Konversi pakan (10%) = 10/100 x 36 gram = 3,60 gram
Jumlah pakan sekali pemberian = 3,60 gram/ 3 kali = 1,2 gram
Jumlah pakan satu minggu = 3,6 gr x 7hari (3 kali)=  25,20 gram

LPS  =   LnWt – LnWo x 100%
                        T
         = Ln 36 gram – Ln 30 gram  x 100%
                          28 hari
         = 5,23 – 4,97    x 100 %
                   28 hari

         = 0,65 %

EP     =   (Wt + D) – Wo x 100%
                        F
         = 36 gram +  0 gram – 30 gram       x 100%
                    94,22 gram

         =  0,063 x 100%

         =  6,33  %

SR    =   Nt  x 100%
              No
                     = 20/20 x 100 %
                     = 100 %

4.2. Pembahasan
Pemberian pakan pada ikan memiliki tujuan yaitu menyediakan kebutuhan gizi untuk kesehatan yang baik, pertumbuhan dan hasil panenan yang optimum, produksi limbah yang minimum dengan biaya yang masuk akal demi keuntungan yang maksimum. Konversi yang efisien dalam memberi makan ikan sangat penting bagi pembudidaya ikan sebab pakan merupakan komponen yang cukup besar dari total biaya produksi.
Pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20 – 60%, dan optimum 30 – 36%. Protein nabati biasanya miskin metionin, dan itu dapat disuplau oleh tepung ikan yang kaya metionin. Kebutuhan ikan akan lemak bervariasi antara 4 – 18%. Ikan karnivora biasanya membutuhkan karbohidrat sekitar 12%, sedangkan untuk omnivora kadar karbohidratnya dapat mencapai 50%.
 Menurut Supardjo (2008) bahan baku pakan adalah bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat pakan buatan yang sudah disesuaikan dengan jenis ikan yang akan mengkonsumsi pakan buatan tersebut. Dalam hal ini bahan baku pakan yang digunakan yaitu tepung ikan teri, tepung kedelai, tepung jagung dan tepung tapioka. Dimana menurut Ekasari (2009), bahan-bahan tersebut tergolong dalam bahan baku hewani dan bahan baku nabati. Bahan-bahan tersebut memiliki kandungan nutrisi yang cukup bagus untuk dijadikan pakan. Hal ini sesuai dengan yang telah diuraikan oleh Anonim (2010), bahwa kandungan nutrisi ikan teri yakni 63,76% protein, 4,1% karbohidrat, 3,7% lemak; tepung kedelai mengandung 39,6% protein, 29,50% karbohidrat, 14,30% lemak; tepung jagung mengandung protein hanya 7,63%, karbohidrat 74,23%, lemak 4,43%. Selain itu juga ditambahkan pula tepung tapioka sebagai bahan perekat dengan kandungan nutrisi yaitu protein : 8,9%; lemak ; 1,3%; karbohidrat : 77,3%; abu ; 0,06%; air : 13,25% (Anonim, 2010).
Adanya perbedaan daya tahan pakan dalam air pada masing-masing kelompok ini disebabkan karena kekompokan pada partikel pakan yang berbeda. Dimana semakin kompak tekstur suatu pakan maka semakin tahan ia berada dalam air. Kekompakan tekstur pakan yang berbeda ini disebabkan karena adanya penambahan bahan perekat berupa tepung tapioka pada beberapa kelompok yakni pada kelompok 2, 4 dan 8. Dimana tepung tapioka ini dapat melengketkan bahan baku karena kandungan karbohidratnya yang tinggi yakni 77,3% (Anonim, 2010). Menurut Vannesa (2008), pakan yang baik secara fisik yaitu yang mempunyai daya larut 2-3 jam. Pakan yang hancur di bawah 2-3 jam kurang baik untuk diberikan ke ikan karena pakan tersebut cepat hancur dan kesempatan ikan untuk memakannya relatif sedikit sedangkan pakan yang hancur lebih dari 2-3 jam kurang baik juga untuk ikan karena pakan tersebut akan lama dicerna oleh ikan karena teksturnya yang sulit terurai (keras).
Kecernaan adalah suatu parameter yang menunjukkan berapa dari makanan yang dikonsumsi dapat diserap oleh tubuh, karena dalam suatu proses pencernaan selalu ada bagian makanan yang tidak dapat dicerna dan dikeluarkan dalam bentuk feses. Ikan mempunyai kemampuan mencerna yang berbeda dengan hewan darat (Darsudi, 2008).
Menurut Suparjo (2008), kecernaan pakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: keberadaan enzim dalam saluran pencernaan ikan, tingkat aktivitas enzim-enzim pencernaan dan lamanya pakan yang dimakan bereaksi dengan enzim pencernaan. Masing-masing faktor tersebut akan dipengaruhi oleh faktor sekunder, yang berhubungan dengan spesies ikan, umur, dan ukuran ikan,kondisi lingkungan dan komposisi, ukuran serta pakan yang dikonsumsi.

V.                 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1.      Kesimpulan
           
Kadar protein yang digunakandalam pembuatan pelet untuk ikan baung adalah 35 %. Kadar air dalam pakan buatan 12,32 %kadar abu 27,96  %, kadar lemak 1,72 %, kadar protein 35,39 % dan serat kasar 2,33 %. Pertumbuhan ikan baung yang didpat selama proses pemeliharaan, mendapatkan LPS 0,65 %, EP 6,33  % dan SR 100 %.
Lama waktu yang dibutuhkan setiap potong pelet tetap dalam keadaan utuh/menggumpal adalah 5,5 jam, Lama waktu yang dibutuhkan pelet ketika mulai pecah adalah 2 jam, Lama waktu yang dibutuhkan pelet ketika mulai hancur adalah 10 jam dan sedangkan waktu yang dibutuhkan pelet ketika mulai tenggelam adalah sangat cepat yaitu sekitar 2,6 detik. Hal ini disebabkan oleh pelet yang dibuat adalah pelet tenggelam. Pengamatan dilakukan selama 24 jam.

5.2.      Saran
            Agar praktikum dapat berjalan dengan lancar, maka diharapkan kepada para praktikan untuk tertib selama menjalankan praktikum. Butuh ketegasan para asisten dosen dalam membimbing para praktikan. 

DAFTAR PUSTAKA

carii sendirii yooo...!!!


 

















LAMPIRAN
























Lampiran 1. Alat dan Bahan yang digunakan selama praktikum


carii sendirii yooooo...!!!!!






No comments:

Post a Comment

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laatar Belakang Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk pengg...